Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Satu sumbangan

Gedung dewan pers di jakarta diremsikan presiden soeharto. biaya pembangunannya rp 1,5 milyar, terkumpul dari asosiasi importir film mandarin. (md)

13 Maret 1982 | 00.00 WIB

Satu sumbangan
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
GEDUNGNYA berbentuk L. Bagian mukanya dua tingkat, sedang bagian belakangnya delapan tingkat. Dua bagian itu dihubungkan oleh semacam corridor. Lantai-lantainya cocok untuk perkantoran, konperensi, bahkan pesta. Seluruhnya hampir menyita pelataran tanah seluas lebih tiga hektar. Tapi kurang tersedia tempat parkir mobil. Jalan raya Kebon Sirih, yang di depan gedung itu, akan sering tampaknya jadi tempat parkirnya. Itulah Gedung Dewan Pers. Pemakaiannya diresmikan oleh Presiden Soeharto, awal Maret. Seluruh bangunannya terbikin dari bahan kelas satu. Di bagian-bagian tertentu, misalnya di tempat menunggu lift, ada cermin. Sementara tangga-tangga ke seluruh tingkat berlapiskan kain linen hijau yang mahal. Tentu dengan AC sentral. Biaya pembangunannya Rp 1,5 milyar. Uang sebanyak itu diperoleh dari Asosiasi Importir Film Mandarin. Maka pengusaha Sudwikadmono, Ketua Asosiasi itu membuka upacara peresmian gedung itu. Ini hasil usaha "gotong royong," katanya. Memang, seperti diumumkan Menpen Ali Murtopo pada upacara pemancangan tiang pertamanya satu setengah tahun lalu, "Asosiasi Importir Film Mandarin yang menggotong, kami (Deppen) yang meroyongkan." Dalam upacara peresmian tadi, Menpen yang merangkap Ketua Dewan Pers, menyatakan "penghargaan sebesar-besarnya," pada unsur perfilman yang membantu unsur pers. H.B.M. Diah, Ketua Harian Dewan Pers di upacara yang sama, merasa perlu menjelaskan kenapa kalangan pers dapat gedung mahal itu tanpa keluar uang sepeser pun. Menteri Penerangan sebagai Ketua Dewan Pers, kata Diah yang sehari-hari memimpin koran Merdeka,"tidak sampai hati membebankan pers Indonesia dengan biaya besar ini, karena sebagian terbesar masih lemah." Unsur film sebagai"saudarasepupu" (istilah Diah) menjadi sumber dana bagi unsur pers. Pemerintah mengimbanginya dengan jatah impor untuk ketiga asosiasi (Importir Film Eropa dan Amerika, Importir Film Mandarin dan Importir Film Non-Mandarin) itu. Sedikitnya 260 judul film untuk 26 importir setahun. Dari ketiganya, adalah Asosiasi Importir Film Mandarin yang punya kemampuan paling besar untuk menyumbang. Suatu pertanda pula betapa besarnya pasaran flim Kung Fu. Saudara Kandung Untuk Monumen Pers di Sala diperoleh (sekitar Rp 700 juta) dari Asosiasi Importir Film Eropa dan Amerika. Dana pembangunan Monumen Perjuangan di Pacitan terkumpul dari Asosiasi Importir Film Eropa dan Amerika, dan yang di Sibolga dari Asosiasi Importir Film Asia Non-Mandarin. Bebankah semua itu bagi asosiasi? "Pers dan film bukan lagi saudara sepupu, tapi sudah saudara kandung," kata Marius Nizart, Sekretaris Asosiasi Importir Film Mandarin. Maksudnya, tentu, dana Rp 1,5 milyar untuk Gedung Dewan Pers itu sudah sewajarnya diberikan. Dana sumbangan tersebut dalam prakteknya tidak dipungut sebagai iuran importir, tapi sudah terkait dan diperhitungkan dalam harga jual film. Menurut seorang importir, sumbangan itu sekitar Rp 10 juta per judul film Sementara importir bisa memperbanyak copy sampai enam, hingga lebih cepat peredarannya. Belum lagi kesempatan menjualnya untuk pasaran video casset. "Saudara sepupu" akan tetap untung. PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), SPS (Serikat Perusahaan Suratkabar) dan SGP (Serikat Grafika Pers)--yang selama ini berkantor secara terpencar-akan berkumpul bersama Dewan Pers di gedung itu. Di situ "ada kesempatan yang lebih luas untuk bekerja dan berpikir lebih tenang," kata H. Soekarno SH, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, Deppen. "Mudah-mudahan kita bisa lebih mengembangkan konsep-konsep nasional tentang kehidupan pers,"ujar Soekarno SH yang juga Sekretaris Dewan Pers.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus