Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Gatot Irianto memastikan gagal panen atau sawah puso pada musim kemarau pada tahun 2019 tidak akan mengurangi stok beras nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ya sekarang saja kekeringannya kecil, mosok ribut stok beras. Sekarang harga beras murah, masih aman. Ini (pusonya) kecil sekali," kata Gatot di Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jakarta, Senin, 8 Juli 2019.
Kementan mencatat total luas kekeringan pada MK-2019 mencapai 102.746 hektare dan 9.358 hektare di antaranya mengalami puso. Luasan lahan padi yang mengalami puso ini dinilai relatif kecil karena tidak mencapai 3 persen atau sekitar 450.000 hektare dari total luas tanam setahun sekitar 15 juta hektare per 2018 lalu.
Seperti diketahui, Kementerian Pertanian mencatat terdapat sekitar 100 kabupaten/kota yang terdampak kekeringan pada musim kemarau (MK) 2019 yang tersebar di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB dan NTT.
Sementara itu, tercatat pula bahwa Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi dengan wilayah paling luas terdampak kekeringan mencapai 34.006 hektare dengan puso 5.069 hektare.
Gatot menjelaskan mitigasi kekeringan tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya karena Kementan mengembangkan wilayah dengan potensi lahan rawa. Potensi lahan yang masih bisa ditanami padi mencapai 670.000 hektare, di antaranya dengan memanfaatkan lahan rawa. "Adaptasi kekeringan di daerah rawa yang airnya justru surut ini untuk membuat surplus makin besar dan produktivitasnya semakin baik," katanya.
Untuk lahan yang belum terdampak puso namun sudah terjadi kekeringan, Kementan akan mengantisipasi dengan pengairan lewat pipanisasi, mengoptimalkan sumber air terdekat (sungai, danau, embung), menormalisasi saluran, serta menyediakan sumur pantek.
Pada wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Perum Jasa Tirta (PJT-I dan PJT-II ) diharapkan dapat mengamankan standing crop pertanaman, sekaligus meningkatkan luas tambah tanam.
Baca: Dampak Kekeringan, Bojonegoro Kirim 1.000 Ton Beras ke Jambi
Kemudian, Kementan juga mengimbau terhadap wilayah-wilayah yang masih diuntungkan dengan curah hujan relatif tinggi, seperti Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan untuk mengakselerasi tanaman menggunakan padi gogo, dan melakukan tumpang sari tanaman jagung dan kedelai.
ANTARA