Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Sebelum Sukses dengan Gojek, Nadiem Pernah Gagal Tiga Kali

Bos Gojek mengatakan peluang sukses perusahaan startup sangat kecil.

15 Mei 2018 | 15.55 WIB

Pendiri dan CEO Go-Jek (Gojek) Indonesia, Nadiem Makarim. TEMPO/Ratih Purnama
Perbesar
Pendiri dan CEO Go-Jek (Gojek) Indonesia, Nadiem Makarim. TEMPO/Ratih Purnama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Pendiri serta CEO Gojek Nadiem Anwar Makarim mengatakan peluang sukses bagi perusahaan rintisan atau start up sangat kecil. Sebelum merintis Gojek, Nadiem mengaku pernah tiga kali gagal saat mendirikan perusahaan rintisan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Nadiem, meski gagal harus tetap dicoba hingga berhasil. Orang-orang yang gagal namun tetap berusaha, merupakan calon pengusaha sukses. "Saya sendiri tidak pernah belajar lebih dari kesuksesan, selalu lebih banyak dari kegagalan," kata lulusan Harvard Business School itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Untuk sukses mendirikan startup, menurut Nadiem dibutuhkan kegilaan. "Secara statistik, 92-95 persen startup akan gagal. Kita genapkan sajalah 90 persen," kata bos Gojek ini di STIKOM The London School of Public Relations, Jakarta Pusat, Selasa, 15 Mei 2018.

Center for Human Genetic Research (CHGR) mencatat, startup di Indonesia tahun 2016 kurang-lebih berjumlah 2.000. CHGR memprediksi angka tersebut naik 6,5 kali lipat pada tahun 2020.

Baca juga: Nadiem Makarim Beberkan 4 Alasan Go-Jek Ekspansi

Situs www.startupranking.com menyebutkan, startup di Indonesia tahun 2018 berjumlah 1,807. Indonesia menempati peringkat ke-6 sebagai negara dengan startup terbanyak di dunia, sekaligus pemuncak di level Asia Tenggara.

Desember 2017, Google dan Temasek merilis hasil riset mengenai investasi usaha startup digital di Asia Tenggara. Hasilnya, investasi yang masuk ke startup digital Asia Tenggara mencapai US$12 miliar (Rp 16,3 triliun) sepanjang 2016 hingga kuartal III 2017. Dari total dana tersebut, sebanyak 34 persen atau US$ 4,08 miliar (Rp 55 triliun) masuk ke Indonesia.

Riset Google dan Temasek berjudul "e-Economy SEA Spotlight 2017" juga memperkirakan aliran modal ke startup Indonesia meningkat tahun 2018. Riset itu menyebutkan sebagian besar investasi masuk ke startup yang menyandang status unicorn atau memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar. Keempat Unicorn Indonesia itu adalah Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus