Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA -Pertumbuhan sektor usaha kecil dan menengah (UKM) diperkirakan tak jauh berbeda dengan realisasi tahun ini. Hal ini salah satunya dipicu oleh kondisi makro-ekonomi tahun depan yang diprediksi sejumlah pihak belum terlalu baik.
"Kalau ekonomi membaik, ya pertumbuhan UKM juga akan baik. Bila sebaliknya, kondisi UKM akan memburuk," ujar Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Industri Kreatif dan Penyelenggara Ekshibisi, Budiarto Linggowijono, ketika dihubungi Tempo, kemarin.
Namun, dia yakin sektor UKM bakal bertahan, karena hal tersebut sudah terbukti pada masa krisis lalu. Tahun lalu, sektor UKM menyumbang 57,48 persen atas produk domestik bruto nasional menurut harga berlaku. Sisanya dikontribusikan usaha besar yang mencapai 43 persen.
Pernyataan Budiarto ini untuk menanggapi hitungan Menteri Keuangan Chatib Basri soal perekonomian tahun depan yang diperkirakan stabil di kisaran 5,5-6 persen. Angka tersebut lebih rendah dibanding yang dipatok pemerintah dalam asumsi makro di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2013 sebesar 6,3 persen.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik menyatakan ekonomi melambat ke level 5,62 persen pada kuartal III tahun ini. Angka itu lebih rendah ketimbang realisasi pertumbuhan di kuartal I dan II yang sebesar 6,02 persen dan 5,8 persen.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah Sjarifuddin Hasan mengungkapkan perekonomian yang melambat tak banyak berdampak terhadap UKM. "Selama inflasi bisa dikendalikan, tidak berdampak banyak pada UKM," ucap dia.
Dia menjelaskan, tekanan inflasi bisa meningkatkan biaya usaha UKM dan menggerus daya beli masyarakat. Di masa mendatang, pemerintah akan terus mendorong upaya pengembangan UKM, salah satunya melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). "Baru-baru ini ada relaksasi dengan membolehkan KUR digunakan bukan hanya untuk modal kerja, melainkan kebutuhan investasi," tuturnya (lihat tabel 1).
Sjarif menyambut positif kebijakan Bank Indonesia yang mewajibkan bank menyalurkan minimal 20 persen dari kreditnya kepada sektor UKM. "Sekarang sudah mulai banyak kredit mikro muncul. Apalagi nanti ada Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro, sektor UKM bakal makin tumbuh," ucap dia.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan, selain mendorong penyaluran kredit untuk UKM, pihaknya terus mendorong perluasan akses masyarakat terhadap layanan keuangan melalui program financial inclusion.
Dukungan terhadap UKM perlu terus dilakukan agar sektor tersebut lebih berdaya tahan. "Apalagi dalam masa-masa pertumbuhan ekonomi yang melambat, segmen ini sebetulnya bisa sangat positif dalam menciptakan lapangan kerja dan membantu pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan," kata Perry.
Bank Indonesia mencatat angka total penyaluran kredit perbankan untuk UKM per Agustus 2013 mencapai Rp 579,31 triliun dengan rasio kredit macet 3,6 persen. Kredit terbesar mengalir untuk bisnis perdagangan besar dan eceran, yakni Rp 308,61 triliun, diikuti dengan industri pengolahan Rp 57,4 triliun dan pertanian, perburuan, dan kehutanan Rp 43,73 triliun (lihat tabel2).MAYA NAWANGWULAN | MARTHA THERTINA | RR ARIYANI
Pengetatan Kredit Hambat Pertumbuhan UKM
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan hambatan utama pertumbuhan industri usaha kecil dan menengah adalah kebijakan pembatasan kredit oleh Bank Indonesia. BI diperkirakan akan semakin memperketat penyaluran kredit tahun depan, seiring dengan rencana pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tahun depan.
"Berkurangnya kredit yang hendak disalurkan akan berpengaruh pada akses kredit yang dapat mereka peroleh. Mereka akan sulit dapat kredit dari bank," ujar dia ketika dihubungi Tempo, kemarin.
Menurut dia, hambatan yang akan dirasakan industri UKM tahun depan adalah diberlakukannya kenaikan suku bunga bank, efek dari pengetatan stimulus dari Amerika tersebut. Jika BI Rate naik, bank penyalur kredit UKM juga akan menaikkan suku bunga kreditnya. Selain sulit mendapatkan kredit, bunga yang semakin tinggi akan menghambat industri yang biasanya dilakoni masyarakat kelas menengah ke bawah tersebut.
Meski begitu, Lana menegaskan industri UKM biasanya selalu tangguh dalam berbagai kondisi ekonomi yang sulit. "Kalau sulit dapat pinjaman bank, mereka akan cari rentenir, asal produksi bisa terus berjalan," ujar dia.
Dampak ekonomi akibat pembatasan pertumbuhan kredit menjalar tidak hanya ke sektor UKM, sektor usaha lainnya pun tak luput.
Lana memperkirakan tahun depan, yang merupakan tahun politik penyelenggaran pemilihan umum (pemilu), tidak akan banyak berimbas negatif terhadap kinerja usaha kecil dan menengah. Tahun politik justru akan lebih banyak memberi nilai positif kepada UKM. Sebab, angka pesanan (order) yang diperoleh UKM akan meningkat. Peluang negatifnya, pesanan terhadap UKM itu hanya akan tertunda selama belum ada kepastian mengenai pemimpin baru Indonesia.MAYA NAWANGWULAN
Penyaluran KUR dan Kredit Seret (November 2007-Agustus 2013)
Nama Bank | Plafon (Rp triliun) | Outstanding(Rp triliun) | Jumlah Debitor | Rasio Kredit Seret/NPL (%) |
BNI | 14,1 | 4,7 | 223.884 | 4,9 |
BRI (KUR Ritel) | 15,7 | 6,5 | 92.962 | 3,4 |
BRI (KUR Mikro) | 61,9 | 18,4 | 8.470.436 | 1,9 |
Bank Mandiri | 12,5 | 5,9 | 244.993 | 4,5 |
BTN | 4 | 2,1 | 22.483 | 12,4 |
Bukopin | 1,75 | 0,69 | 11.719 | 4,1 |
Bank Syariah Mandiri | 3,34 | 1,7 | 45.856 | 7,3 |
BNI Syariah | 0,13 | 0,09 | 889 | 3,8 |
Total | 113,36 | 40,2 | 9.113.22 | 3,7 |
Penyaluran Kredit Bank untuk UKM (Rp triliun)
Kelompok Bank | 2011 | 2012 | 2013* | Pangsa Pasar 2013** | |||
Kredit | NPL | Kredit | NPL | Kredit | NPL | (%) | |
Bank Persero | 222,7 | 9 | 242,9 | 9 | 283,1 | 11,5 | 48,9 |
BPD | 31,3 | 1,6 | 45,08 | 2,6 | 44,6 | 3,2 | 7,7 |
Bank Swasta Nasional | 194,23 | 4,7 | 228,9 | 5,1 | 242,9 | 5,9 | 41,9 |
Bank Asing dan Campuran | 9,9 | 0,4 | 9,5 | 0,2 | 8,8 | 0,19 | 1,5 |
Total | 458,2 | 15,7 | 526,4 | 17 | 579,3 | 20,9 | 100 |
Sumber: Bank Indonesia
*: hingga Agustus
**: bisa dibuat pie chart
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo