Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Selalu di ujung tanduk

Jb sumarlin melantik sejumlah pejabat di departemen keuangan. diantaranya, suhardjo sbg dirjen bea cukai dan sudardjono sebagai kepala badan pelayanan kemudahan ekspor dan pengolahan data keuangan.

7 Desember 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pergantian besar-besaran terjadi di jajaran Departemen Keuangan, termasuk Dirjen Bea & Cukai. Menyusul Ketua Bapepam? ISU tentang muka baru itu, sudah beredar sejak awal tahun ini tapi pelantikannya baru berlangsung Sabtu pekan silam. Suhardjo kini resmi menjadi komandan Bea Cukai, menggantikan pendahulunya, Sudjana Surawidjaja. Setelah menggembala pasukan seragam abu-abu selama tiga tahun, Sudjana kembali ke posisi semula, yakni sebagai deputi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). "Di lingkungan Ditjen Bea dan Cukai, saya termasuk yang lama," ujar Sudjana. Ucapan ini ada benarnya juga. Kecuali Tahir yang menjabat Dirjen BC selama tujuh tahun, rata-rata umur Dirjen BC tak lebih dari dua tahun. Sebelum ada perampingan lewat Inpres No. 4 tahun 1985, Mayjen. Bambang Soejarto, misalnya, hanya menjabat 1,5 tahun. Kemudian, Hardjono, yang bertahan 22 bulan. Penggantinya, Suhardjo, juga bukan orang baru. Selama Sudjana menjabat dirjen, Suhardjo adalah Sekretaris Ditjen BC. Tak hanya Sudjana yang harus meninggalkan posnya. Kepala Badan Pelayanan Kemudahan Ekspor dan Pengolahan Data Keuangan (BPKEPDK), Hamongan Hutabarat, juga harus angkat kaki. Kini, kursinya ditempati Sudardjono, yang sebelumnya adalah staf ahli Bidang Pembinaan Umum Pengelolaan Departemen Keuangan. Kabarnya, sebelum ada penggantian di gedung BPKEPDK ini, Menteri Keuangan menemukan ruang gelap alias tempat transfer uang pelicin. Selain Dirjen BC dan Kepala BPKEPDK, hari itu juga Menteri Keuangan J.B. Sumarlin melantik sejumlah pejabat di jajaran Departemen Keuangan dan bank pemerintah. Jumlahnya pas 50 orang. Santer diisukan bahwa Ketua Bapepam, Marzuki Usman, termasuk yang akan diganti. Namun, desas-desus ini tak terbukti akhir pekan lalu itu. "Mungkin pekan-pekan depan karena setelah ini masih ada pergantian lagi," ujar seorang pejabat di Departemen Keuangan. Menurut sebuah sumber, Marzuki masih harus membenahi Bursa Efek Jakarta, yang kini compang-camping. Selain itu, ia juga ditugasi memangkas pialang-pialang gurem. Barulah kemudian, Marzuki menempati pos barunya sebagai Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan, yang kabarnya kurang bergengsi itu. Sekalipun pergantian pejabat adalah hal yang rutin, di baliknya selalu ada isu yang siap mengharu-biru. Dirjen BC lama, misalnya. Menurut seorang pejabat di Dirjen BC sendiri, Sudjana dinilai kurang bisa mengendalikan anak buahnya sehingga ada beberapa bawahan yang lebih suka langsung berhubungan dengan Menteri Muda Keuangan. "Mungkin karena ia pendiam sehingga kurang tegas sama anak buahnya," ujar sumber ini. Ungkapan yang tak terlalu berlebihan, apalagi Sudjana memang agak pendiam. Sampai kini orang tak akan pernah lupa dengan kejujuran Sudjana. Pejabat yang kenal betul dengan Sudjana bisa memastikan bahwa dia tidak pernah punya kasus. "Saya tahu persis, selain jujur, Sudjana termasuk pejabat yang antisogok. Makanya, ia tenang-tenang saja," ujarnya. Ciri khas seperti itu pula yang diharapkan Pemerintah dari dirjen yang baru. Mengapa? Selama dalam posisi yang sangat strategis sehingga Dirjen BC selalu disorot oleh berbagai pihak. "Citra aparatur Bea dan Cukai selalu berada di ujung tanduk. Sedikit saja bergoyang, citra tersebut akan meluncur ke bawah," ujar Sumarlin, ketika melantik Suhardjo. Apa yang diharapkan Pemerintah rupanya tak sulit dipenuhi oleh Suhardjo. Keduanya mewarisi gaya yang hampir sama, yakni low profile. Hanya sebelum diangkat menjadi dirjen tahun 1988, Sudjana adalah bekas kepala perwakilan BPKP di Ujungpandang. Akan halnya Suhardjo, ia betul-betul merintis karier di BC dari titik nol. "Ia punya integritas dan keahlian di bidangnya," ujar pejabat Departemen Keuangan tentang Suhardjo. Benarkah? Soalnya, sebelum pelantikan, sudah terdengar suara bahwa Suhardjo juga kurang tegas. Apalagi ia masih kerabat dekat keluarga Presiden. "Terus terang, saya tidak menyangka akan dipilih," kata Suhardjo. Lucunya lagi, orang-orang juga mengaitkan pengangkatan ini dengan ketentuan baru dari Pemerintah dalam rangka pengamanan tata niaga cengkeh. Dalam keputusan bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perdagangan itu, disebutkan bahwa setiap pabrik rokok yang hendak memesan pita cukai ke BC harus menyertakan Surat Bukti Penyerahan Cengkeh dari BPPC. Terlepas dari suara-suara sumbang tadi, pengangkatan dirjen dari sekjen bukanlah hal yang aneh. Suhardjo boleh dikatakan tak terdengar sebelumnya. Padahal, lelaki kelahiran Solo, 50 tahun silam, itu sudah lama mengabdi di BC. Ia pernah mengikuti kursus penilik pabean dan LAN (Lembaga Administrasi Negara). Namun, Suhardjo, yang dikenal pandai menyenangkan banyak orang ini, tetap merendah. "Saya ini orang biasa dan tidak ada istimewanya," ujarnya. Dalam menjalankan jabatan barunya, Suhardjo mengaku tak punya rencana khusus. Katanya, ia akan lebih banyak menaruh perhatian pada pelaksanaan Inpres No. 3 tahun 1991 dan soal penyelundupan. Seperti diketahui, lewat Inpres itu sebagian wewenang pabean yang selama enam tahun diambil alih SGS (Societe Generale de Surveillance), dikembalikan lagi kepada BC. Tentu ini bukan kerja ringan bagi Suhardjo karena, dengan pengembalian wewenang itu, bisa jadi penyakit pungli (pungutan liar) yang menggerogoti aparat BC bisa kumat lagi, seperti sebelum disunat oleh Inpres No. 4 tahun 1985. Tugas berat inilah yang kini dibebankan Sumarlin di pundak Suhardjo. Bambang Aji dan Nunik Iswardhani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus