Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Selama Pandemi, Ekspor Sayur dan Buah ke Jepang Meningkat

Sepanjang kuartal pertama 2020 misalnya, ekspor sayur ke Jepang meningkat sebesar 24,2 persen (year-on-year/yoy).

24 Juli 2020 | 08.19 WIB

Ilustrasi sayur kol (pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi sayur kol (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ekspor sayur dan buah Indonesia ke Jepang meningkat selama pandemi Covid-19. Sepanjang kuartal pertama 2020, ekspor sayur ke Jepang meningkat sebesar 24,2 persen (year-on-year/yoy).

"Tingginya kenaikan impor sayuran Jepang dari Indonesia salah satunya disebabkan adanya peralihan negara pemasok dari pasar Tiongkok akibat pandemi Covid-19," kata Konsul Jenderal KJRI Osaka, Mirza Nurhidayat dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, 23 Juli 2020.

Tren kenaikan sudah terjadi sejak lima tahun terakhir sebesar 11,5 persen per tahun. Akan tetapi, pangsa pasar Indonesia masih kecil yaitu 0,9 persen atau pemasok ke-13 terbesar. Pemasok terbesar yaitu Cina (dengan pangsa pasar 57,3 persen), Amerika Serikat (8 persen), dan Korea Selatan (4,7 persen) pada 2019.

Selain sayur, ekspor buah ke Jepang selama kuartal pertama 2020 juga naik 7,4 persen yoy. Menurut Mirza, tingginya ekspor tersebut salah satunya disebabkan peningkatan konsumsi masyarakat Jepang akan buah yang menghasilkan vitamin tinggi. "Untuk
menjaga daya tahan tubuh selama masa pandemi Covid-19," kata dia.

Indonesia merupakan pemasok ke-19 pasar buah impor di Jepang. Sehingga, kata Mirza, pangsa pasarnya yang relatif masih kecil. Sementara pemasok utama saat ini adalah Filipina (dengan pangsa pasar 26,2 persen), Amerika Serikat (24,7 persen), dan Selandia Baru (12,0 persen).

Di sisi lain, Mirza menyebut Jepang saat ini juga mengimpor lebih banyak sayur dan buah karena produksi dalam negeri mereka semakin sedikit. Sehingga, kata dia, kondisi ini bisa menjadi peluang bagi produsen Indonesia.

Hanya saja, tiga hal harus diperhatikan untuk bisa masuk ke pasar Jepang, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Kualitas terkait dengan pemenuhan persyaratan standar kelayakan pangan yang diakui Jepang, seperti pengemasan dengan deskripsi yang jelas, dan pelabelan yang menarik.

Kuantitas terkait dengan konsistensi jumlah produk yang diekspor. Sedangkan kontinuitas terkait dengan kesanggupan dalam mempertahankan keberlanjutan ekspor. "Diperlukan kolaborasi dan kerja keras semua pihak agar ketiga poin utama ini dapat terlaksana,” kata Mirza.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FAJAR PEBRIANTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Fajar Pebrianto

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus