SIAPA tak kenal Mirzan Mahathir, putra sulung Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad. Di tanah semenanjung namanya mencuat sejak Konsortium Perkapalan Berhad yang dipimpinnya mencatat sukses demi sukses. Kini Konsortium Perkapalan Berhad menjadi salah satu perusahaan bumiputra kebanggaan Malaysia, padahal dulu hanya dipandang sebelah mata. Sukses pertama diraih pada 1996, ketika Konsortium Perkapalan membukukan laba US$ 22,8 juta. Bandingkan dengan laba tahun-tahun sebelumnya yang paling tinggi hanya US$ 10,9 juta. Serta-merta peningkatan ini membelalakkan mata para analis bursa di Kuala Lumpur.
Mirzan Mahathir, sosok di balik sukses fenomenal itu, baru berumur 37 tahun waktu itu. Dalam sekejap, anak orang kuat Malaysia ini melejit sebagai salah satu pengusaha mumpuni di negerinya. Para pengamat tak segan-segan mengakui kebolehan anak muda yang terbilang cerdas dan juga bertangan dingin itu.
Menurut Lo Chok Ping dari Phileo Allied Securities—seperti dikutip Asiaweek edisi dua tahun lalu—Mirzan mampu memoles citra buruk yang selama ini melekat pada industri pengangkutan dan pengapalan. Sebelum ia terjun ke Konsortium Perkapalan, perusahaan itu hanya dipandang tak lebih dari anak bawang. Di tangan Mirzan, Konsortium Perkapalan mampu merebut posisi nomor satu dalam bisnis jasa angkutan laut di dalam negeri dan bahkan di Asia Tenggara. Nilai bisnis industri ini mencapai US$ 1,7 triliun.
Syahdan, ketika mengambil alih Konsortium Perkapalan Sdn. Bhd.—yang melahirkan Konsortium Perkapalan Berhad dan Konsortium Logistik Berhad—ia langsung mengincar kerja sama maupun kepemilikan dengan perusahaan-perusahaan serupa di berbagai negara. Matanya jeli dan langkahnya taktis. Misinya untuk menciptakan pusat layanan logistik yang terintegrasi di Asia Tenggara mendapat dukungan pelaku pasar.
Sukses yang diraih Mirzan tentu tak lepas dari pendidikan yang diperolehnya. Gelar bachelor of science (B.Sc.) untuk Ilmu Komputer di Brighton Polytechnic, Inggris, direbutnya pada 1982. Lima tahun kemudian, ia menyandang gelar MBA di bidang keuangan dan manajemen dari universitas nomor wahid di AS, Wharton School University of Pennsylvania.
Dengan bekal pendidikan itu, Mirzan pun malang-melintang di dunia bisnis, yang memang dipilihnya sebagai jalan hidup. Keterampilannya di bidang komputer membawanya bekerja di IBM World Trade Corporation, Malaysia. Di sana ia menjabat systems engineer di divisi systems and data communications. Minatnya di bidang keuangan dan manajemen menjadikannya sebagai associate proprietary equity trading yang bekerja dengan Salomon Brothers, New York (1988-1989) dan sebagai associate investment banking di Salomon Brothers, Hong Kong (1989-1990).
Ia kemudian mendirikan firma konsultan di Malaysia pada 1990, meski tetap menjadi penasihat bagi Salomon. Sejak itu Mirzan mulai mengembangkan sayap dan merambah pelbagai perusahaan sebagai investor. Kini, di usianya yang ke-44, ia masih tercatat sebagai executive chairman di Konsortium Logistik Bhd. (sejak 1992), di Sabit Sdn. Bhd. (sejak 1990), dan direktur di Dataprep Holdings Bhd. (sejak 1990).
Dengan kerja keras, Konsortium Logistik Bhd. yang dipimpinnya bisa melebarkan sayap ke Indonesia, Thailand, India, dan Filipina, serta membawahkan 34 perusahaan. Mereka ini memiliki fasilitas pergudangan, pusat distribusi, depot kontainer dan stasiun pemuatan kontainer, pusat pengangkutan kontainer, serta kantor lainnya, yang tersebar di 68 lokasi strategis.
Kini Mirzan tengah melirik grup perusahaan raksasa Texmaco, yang terancam bangkrut. Dia ingin merambah ke bisnis tekstil—bidang yang tentu asing baginya. Akankah pria bertangan dingin ini kembali memetik sukses? Ataukah Texmaco akan menjadi batu ujian yang membuat dirinya limbung dan hilang keseimbangan? Tak seorang siap dengan jawaban, tidak juga agaknya PM Mahathir Mohamad, yang berencana mengakhiri karier politiknya pada Oktober mendatang.
Dara Meutia Uning
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini