Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Semoga Si Gajah Tidak Nganggur

Proyek krakatau Steel telah selesai. Biaya ditekan dari $ 3,5 milyar jadi $ 2 milyar. Akan diproduksi besi beton, siku, billet. Dilengkapi sarana pelabuhan, PLTU, Perumahan Pegawai, country club dll.

6 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KRAKATAU Steel, proyek raksasa besi baja yang nyaris berantakan akibat krisis Pertamina lebih 31 tahun lalu, akhirnya rampung juga. Presiden Soeharto dan nyonya, disertai rombongan para Menteri menyempatkan diri untuk berkeliling pabrik baja itu 27 Juli lalu. Dan Menteri PAN Sumarlin, yang mengetuai tim penyehatan kembali PT Krakatau Steel tampak merasa puas. Apa sebabnya, bcrikut ini adalah laporan DS Karma dari TEMPO. Tak ada yang lebih gembira dari Menten Sumarlin, agaknya, ketika Presiden meninjau pabrik baja itu. "Saya puas," kata Sumarlin ketika ditanya TEMPO. "Saya puas karena usaha saya dapat dikatakan optimal atau maksimal." Sumarlinlah yang tanpa lelah beserta stafnya melakukan perundingan kembali yang tak sebentar dengan para kontraktor asing - terutama dari Jemlan Barat - untuk menekan biaya dan menciutkan rencana besar proyek itu. Dari rencana semula yang $ 3,5 milyar itu, dia berhasil menekannya "sampai jadi sekitar $ 2 milyar." Menurut Dirut PT Krakatau Steel ir. Tunky Ariwibowo -- yang menggantikan ir. Marjuni Warganegara yang boros itu -- kapasitas produksi pabrik itu tak kurang dari 2,2 juta ton setiap tahun. Ini, menurut Ariwibowo, akan berlangsung selama 10 tahun. Dalam rencana besar selama dasawarsa itu akan dibuat besi beton, berkapasitas 150 ribu ton setahun dan besi siku yang berkapasitas 85 ribu ton setahun. Pabrik yang dilengkapi dengan mesin-mesin modern alias padat modal itu juga akan membuat besi billet dengan kapasitas produksi 500 rihu ton setahun. Untuk itu pabrik billet kini tengah sibuk digarap. Juga pabrik untuk besi spons berkapasitas 200 ribu ton setahun dan pabrik hesi wire rod berkapasitas 220 ribu ton setahun tengah dalam tahap penyelesaian. Total jenderal pabrik raksasa yang akan membuat aneka jenis besi itu termasuk dalam program tahap pertama (1975-1979). PLTU 400 MW Untuk menunjang pabrik baja komplit -- atau dalam istilah asingnya: ingrated - kompleks 'kota baja' yang seluruhnya menelan 2.300 Ha itu ditunjang, dengan macam-macam sarana besar lain. Untuk mendatangkan barang dari luar negeri sudah pula tegak berdiri pelabuhan Cigading, 200 Ha. Pelabuhan yang hampir sebesar Tanjung Priok (230 Ha) itu mampu melayani kapal seberat 50 ribu DWT, buatan kontraktor Jerman Barat Kloekner. Sebuah ban berjalan sepanjang 7 Km dari pelabuhan ke pabrik sudah pula dipasang. Masih akan menyusul pusat listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 400 MW dan pusat listrik tenaga disel berkapasitas 30 Megawatt. PLTU yang dalam buku Krakatau Steel sekaligus dikemukakan sebanyak 400 Megawatt itu agaknya perlu lebih diperinci. Di tahun 1973 kontrak dengan Siemens sebenarnya hanya mencakup 3 x 80 Megawatt dengan harga masing-masing $ 150 juta. Tapi setahun kemudian pimpinan Krakatau Steel meneken kontrak dengan maskapai Jerman itu untuk membuat tambahan PLTU 2 x 80 Megawatt dengan harga yang sama untuk satu unit. Dalam perundingan kembali rupanya kelima PLTU itu tak ada yang dikurangi, sekalipun yang tambahan dua unit itu dimaksudkan untuk tahap yang kedua, setelah 1979. Menurut seorang pejabat yang mengetahui, dalam tahap pertama sekarang pabrik sudah cukup dengan menggunakan 2 PLTU x 80 Megawatt. Kalau benar begitu, tidakkah unit ketiga hanya akan menganggur sebagai cadangan? Apalagi tambahan unit yang lain, kalau saja Siemens akan selesai membuatnya sebelum 1979? Pemborosan adalah soal yang peka dalam perkara pembangunan Krakatau Steel. Adanya perumahan pegawai yang mewah, bioskop Krakatau Ria yang megah, Country Club yang eksklusif dan lapangan golf 18 holes yang didirikan Marjuni dulu, sudah terlanjur dibuat. Biaya $ 2 milyar sudah dan akan dibenamkan dalam kompleks pabrik itu. Maka, kalau tak berhati-hati, itu proyek bisa jadi super gajah nganggur Terutama jika diingat pula faktor pemasaran hasil produksi. Sekalipun pemerin tah sudah memberikan proteksi kepada sekian banyak pabrik besi PMDN dan PMA, beberapa waktu berselang pihak APBESI (Asosiasi Pabrik Besi se-Indonesia) masih juga berteriak. Banyak alasan mereka kcmukakan. Tapi yang paling menarik adalah yan pernah dikemukakan ketua APBESI Dr ir. Johannes Mulyono kepada TEMPO: "Dengan 6 sampai 7 pabrik saja sebenamya kebutuhan besi beton untuk Indonesia sudah bisa terpenuhi." Menurut catatan di BKPM, ada 30 pabrik besi di Indonesia di luar raksasa Krakatau Steel: 8 punya PMA dan selebihnya PMDN. Empat di antara yang- PMDN itu, lahir setelah pecahnya krisis Krakatau Steel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus