Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Johnson & Johnson (J&J) telah setuju untuk membayar US$8,9 miliar (Rp 131 triliun) untuk menyelesaikan puluhan ribu tuntutan hukum yang menyatakan bahwa bedak bayi dan produk lainnya menyebabkan kanker. Jumlah tersebut mengerdilkan tawaran asli J&J sebesar US$2 miliar (Rp 29 triliun). Perjanjian tersebut mengikuti putusan pengadilan banding pada Januari yang membatalkan manuver kebangkrutan "dua langkah Texas" J&J.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merangkum Reuters, anak perusahaan J&J, LTL Management telah mengajukan perlindungan kebangkrutan pada 11 April 2023 untuk kedua kalinya. Pengajuan ini bertujuan untuk menyajikan rencana reorganisasi yang berisi penyelesaian kepada hakim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
J&J telah membuat pengaturan pembiayaan baru dengan anak perusahaannya untuk menghindari pelanggaran keputusan banding. Putusan tersebut menetapkan bahwa Manajemen LTL tidak memiliki klaim pailit yang sah karena tidak mengalami kesulitan keuangan. Penolakan pengadilan banding secara efektif menaikkan label harga bagi J&J untuk melepaskan diri dari litigasi bedak yang luas, setelah pengacara penggugat menolak taktik perusahaan dan menang.
Dengan tegas, J&J menyatakan bahwa produk bedaknya aman dan tidak menyebabkan kanker. Pengacara perusahaan mengatakan klaim bedak kurang ilmiah dan menuduh pengacara penggugat terus mengiklankan klien dengan harapan mendapatkan uang dalam jumlah besar.
Profil Johnson & Johnson
Johnson & Johnson (J&J) didirikan oleh Robert Wood Johnson, seorang buruh Pabrik asal Amerika. Ia meniti kariernya sebagai magang di apotek dan menjadi apoteker ritel. Kemudian, ia juga menjadi broker obat di New York City.
Melansir Britannica, pada 1874, ia membentuk kemitraan Seabury & Johnson untuk memproduksi perban menggunakan formula baru yang menggunakan karet India. Sebelas tahun kemudian, Johnson meninggalkan kemitraan itu untuk membentuk perusahaan Johnson & Johnson yang sekarang terkenal dengan saudara laki-lakinya, James dan Edward. Perusahaan ini menjadi terkenal karena persediaan dan perban medisnya yang murah dan berkualitas tinggi. Johnson pun memegang gelar presiden sejak pendirian perusahaan sampai kematiannya pada 1910.
Selama masa kepemimpinannya, Johnson juga membuat kredo bagi perusahaan ini pada 1943 dan masih diterapkan sampai sekarang. Kredo perusahaan ini adalah mengutamakan kebutuhan dan kesejahteraan orang-orang yang dilayani. Kredo tersebut pun diyakini sebagai resep untuk kesuksesan bisnisnya yang telah berkembang selama lebih dari satu abad.
J&J mengklaim bahwa akan selalu meletakkan tanggung jawab pertamanya kepada pasien, dokter dan perawat, dan semua orang yang menggunakan produknya. Perusahaan ini juga terus berupaya memberikan nilai, mengurangi biaya, dan mempertahankan harga yang wajar. Selain itu, mitra bisnis pun harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang adil.
Merujuk laman resmi jnj.com, perusahaan ini bertanggung jawab kepada karyawan di seluruh dunia dengan menyediakan lingkungan kerja yang inklusif, menjunjung tinggi keragaman dan martabat, serta mengakui jasa mereka. Berbeda dengan perusahaan lainnya yang kala itu masih mengesampingkan peran perempuan, J&J telah memberdayakan perempuan, baik sebagai karyawan maupun konsumen. Sejak pertama kali perusahaan ini didirikan, peran perempuan memiliki arti penting dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Johnson & Johnson menyatakan bahwa selalu melindungi lingkungan dan sumber daya alam di lingkungan kerja. Sebab, perusahaan ini percaya bahwa kesehatan yang baik adalah dasar dari kehidupan dinamis, komunitas berkembang, dan kemajuan dunia ke tingkat lebih baik. Dengan semua landasan tersebut, J&J kini telah memiliki beragam produk yang mendunia dengan berlandaskan sains, di antaranya Johnson & Johnson MedTech, Johnson & Johnson Consumer Health, dan produk farmasi.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.