Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Silang Pendapat Sandiaga dan Enggartiasto soal Bawang Merah

Calon wakil presiden Sandiaga Uno kembali mengkritik pemerintah Joko Widodo atau Jokowi dan kali ini yang dipersoalkan adalah soal bawang merah.

23 Oktober 2018 | 18.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sandiaga Uno dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Dok TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno kembali mengkritik pemerintah Joko Widodo atau Jokowi. Kali ini ia menuding impor bawang merah secara masif pada akhirnya memukul kalangan petani. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari hasil dialognya dengan para perwakilan petani bawang merah di Desa Sajen Pacet, Mojokerto, Ahad pekan lalu, Sandiaga mengaku mendengar banyak keluhan. "Berdialog dengan perwakilan petani bawang merah di Desa Sajen Pacet, mereka mengeluhkan biaya produksi yang tidak seimbang dengan harga jual ditambah impor besar-besaran yang dilakukan pemerintah," ujarnya dalam cuitan di akun resmi Twitter-nya, @sandiuno, Selasa, 23 Oktober 2018.

Dalam cuitan yang disertai video bincang-bincang dengan para petani berdurasi 59 detik itu, Sandiaga mengaku tahu persis soal masalah yang dikeluhkan terkait bawang merah. "Dulu sempat jadi wakil gubernur DKI Jakarta. Saat itu permintaan tinggi dan pada suatu saat harganya bisa di atas Rp 60 ribu per kilogram. Berarti permintaannya rendah, tapi ada rantai distribusi yang perlu diperbaiki," katanya.

Oleh karena itu, Sandiaga berjanji bersama Prabowo Subianto jika terpilih menjadi presiden akan mengupayakan kerjasama dengan para petani bawang merah. "Agar mendapat harga yang baik, bibit yang bisa disuplai, langsung dari sini dan juga mendapat pelatihan, pendampingan," ucapnya.

Konkretnya, kata Sandiaga, pemerintah bakal membeli semua produk hasil petani. "Rencananya kita mau beli semua supaya harga itu tidak ditekan oleh para trader (pedagang). Dan kita juga ingin produk impor tidak merajai di sini karena selain tidak adil buat para petani, produk impor juga memperlemah," tuturnya.

Sebab, menurut Sandiaga, impor yang masif dilakukan pemerintah di tengah kondisi pelemahan kurs rupiah saat ini menjadi ancaman perekonomian. "Sekarang dengan harga dolar yang naik, ini menjadi salah satu ancaman kita. Insya Allah Prabowo-Sandi akan hadir untuk menyejahterakan para petani,".

Cuitan itu mendapat banyak respons dari kalangan netizen. Tak sedikit netizen yang balik mempertanyakan pernyataan Sandiaga karena sebelumnya ia pernah menyebutkan harga bawang melonjak dan menyulitkan kalangan emak-emak. 

Pada awal September lalu, Sandiaga menyampaikan ke wartawan soal hasil perbincangannya dengan ibu rumah tangga, Ibu Lia, yang cekcok dengan suaminya di Pekanbaru. Saat itu ia mendapat cerita bahwa uang belanja Rp 100 ribu hanya dapat membeli bawang dan cabai di pasar. 

Pernyataan Sandiaga itu berkembang viral sampai sempat ada gerakan #100ribudapatapa. Dan kali ini Sandiaga malah mempersoalkan jebloknya harga bawang dan menuding hal itu disebabkan lonjakan impor yang diizinkan pemerintah. 

Terkait tudingan Sandiaga itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita secara tak langsung menanggapi dengan menyatakan bahwa pihaknya tengah melirik peluang pasar komoditas bawang merah yang berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat. Enggartiasto di Kabupaten Lombok Barat, mengatakan peluang pasar dari komoditas bawang merah asal Bima ini dapat dilihat dari kualitas produksinya yang dinilai mampu bersaing dalam dunia ekspor.

"Jadi sebenarnya bisa diekspor, karena bawangnya Bima itu tumbuhnya bagus sekali," ujar Enggartiasto, Senin, 22 Oktober 2018. Hal itu diungkapkannya usai bertemu dengan Gubernur NTB H Zulkieflimansyah yang didampingi Kepala Dinas Perdagangan NTB, Selly Andayani.

Saat itu Enggartiasto mendapat penjelasan terkait potensi penjualan dari komoditas bawang merah asal Bima tersebut. "Jadi saya baru tahu, kalau bawang ini berwisata, dari Bima berwisata ke Brebes, dari Brebes ke tempat lain lagi. Kan yang boleh berwisata itu orang, masak bawang," ucapnya.

Dari pemaparan yang didapat, Enggartiasto berencana mengejar target penjualan dari komoditas bawang merah asal Bima ini hingga merambah ke dunia internasional. "Sebenarnya potensinya besar, tetapi dia (produksi bawang merah) fluktuasi. Padahal waktu panen berlebih, tidak ada bicara penyimpanan, jadi pascapanen itu yang menjadi masalah. Makanya pas tidak ada panen, harganya naik," ujarnya.

Tudingan Sandiaga juga ditanggapi sinis oleh para netizen. "Impor besar besaran gimana bro,sejak 2016 tidak ada impor bawang merah," ujar Lina Anandya melalui cuitan di akun Twitter-nya, @anandyalina. 

Begitu juga @dyrman091 yang mencuitkan, "Yg pernah bilang klo harga bawang itu mahal siapa yaa... Uang 100rb cuma dapet bawang Ama cabe,,,!?" Selain itu ada juga @ivanGLNO yang balik menuding pernyataan Sandiaga tidak konsisten. "Kemarin bilang harga mahal, pas butuh suara petani bilang hrg barang petani murah.. Sandi asal ngomong gak sinkron."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus