BULOG tiba-tiba menjerit kekurangan gudang, juga karung goni.
Baru saja menempati gedung jangkung di Jalan Jenderal Gatot
Subroto, Jakarta, Bulog kini makin sibuk. Selain mengurus
pengadaan pangan juga mengimpor 1 juta karung goni dari
Muangthi. Bahkan dalam rapat koordinasi penadaan pangan 7 Juni
lalu di Ujungpandang, Kepala Bulog Bustanil Arifin mengajurkan
para Kadolog di seluruh Indonesia "lebih gesit mencari tanah
untuk lokasi pembangunan gudang Bulog di berbagai daerah."
Tahun ini Bulog merencanakan akan membangun gudang dengan daya
tampung sekitar 800.000 ton beras. Menurut Kabulog, "berhasilnya
pembangunan gudang itu sebagian besar ditentukan oleh kegesitan
para Kadolog mencari tanah dengan harga yang wajar dan lokasi
yang optimal." Ini kerja baru bagi para Kadolog yang tersebar di
setiap provinsi. Bagi para calon kontraktor kelak rencana Bulog
itu pasti merupakan rezeki yang lumayan besarnya.
Tak disebutkan berapa anggaran untuk pembangunan gudang itu.
Jelas ini proyek raksasa kedua bagi Bulog setelah badan yang
memonopoli impor beras ini merampungkan pembangunan 320 unit
gudang tahun 1977, menelan biaya sekitar US$ 111 juta. Semua
gudang yang berada di tangan Bulog berdaya tampung 1.115.000 ton
beras.
Kapasitas itu sekarang tidak cukup. Apalagi setelah terjadinya
"ledakan" panen musim rendengan 198o 1981 ini. Benarkah
demikian? Pengadaan pangan yang sudah terkumpul sampai 7 Juni
lalu berjumlah sekitar 900.000 ton. Ini diperkirakan alam
meningkat menjadi 1.121.000 ton beras Agustus mendatang. Sedang
semua persediaan termasuk impor mencapai 1,9 juta ton.
Suatu Rekor
Akibatnya "memang Bulog kekurangan gudang," kata Ibnu Sujono,
kepala Puslitbang Deperdagkop. Untuk stok penyangga itu pun
menurut bekas Dirjen Koperasi itu, Bulog sudah menyewa gudang
milik Koperasi Unit Desa (KUD) yang menampung sekitar 200. 000
ton.
Di Ja-Tim saja sampai 13 Juni lalu, pengadaan pangan sudah
mencapai 511. 827 ton. Suatu rekor yang belum pernah terjadi
selama ini. Tapi Dolog cuma punya 79 gudang dengan kapasitas
maksimum 300.000 ton. "Padahal pengadaan tahun ini bisa mencapai
600 ribu ton," sahut A.A. Fauzi, Waka Dolog Ja-Tim.
Karena itu Dolog Ja-Tim menyewa 182 gudang swasta dengan ongkos
Rp 6 per ton sehari. Di Malang gudang milik Angkatan Laut juga
dimanfaatkan. Sedang di Jember Dolog-menyewa gudang-gudang
tembakau. Kesemuanya itu menurut Fauzi berjumlah 211.000 ton
dengan biaya sekitar Rp 1 juta per hari.
Kesulitan gudang ini juga terjadi di Ja-Teng, Bali dan Ja-Bar,
meskipun sudah menyewa gudang swasta dan KUD. Tapi Jakarta yang
memiliki sarana penyangga 252.000 ton tak punya pengaruh pada
pengadaan pangan.
Sesungguhnya gudang milik swasta cukup besar. Berdasarkan
penelitian Puslitbang Deperdagkop, di seluruh Indonesia terdapat
94.618 gudang, dari ukuran 60 mÿFD- 1.200 mÿFD ke atas. Umumnya
berkelompok di kota-kota besar. Namun gudang swasta ini "tidak
cukup mendukung distribusi pangan nasional karena dipakai
masing-masing perusahaan sebagai penunjang pemasaran mereka
sendiri," kata Ibnu Sujono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini