Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Employee benefit dinilai belum berkembang di Asia Tenggara.
Venteny menawarkan ekosistem yang cocok dengan kebutuhan karyawan.
Venteny menyasar UMKM yang selama masa pandemi menjadi tulang punggung ekonomi.
JAKARTA – Karyawan merupakan aset terpenting di sebuah perusahaan. Bila loyalitasnya terganggu oleh faktor krusial, seperti kesejahteraan, bisnis perusahaan yang menaunginya bisa timpang. Pemikiran ini terpatri dalam benak Junichiro Waide, pria kelahiran Tokyo pendiri startup Venteny yang mulai bekerja di Asia Tenggara pada 2011, setelah berkarier di Amerika Serikat.
Menurut Jun, sapaan akrab Junichiro, kesejahteraan karyawan merupakan aspek yang sangat diutamakan oleh kalangan korporasi di negara besar, seperti Jepang dan Amerika Serikat. Dari pengalaman kerja sebelumnya, dia paham bahwa perusahaan asing berani mengalokasikan anggaran jumbo untuk benefit karyawan semata-mata agar fokus dan motivasi kerja mereka tetap terjaga. Namun dia mendapati kesan berbeda saat memimpin sebuah perusahaan di Filipina.
“Di Asia Tenggara, tidak hanya status employee benefit yang belum berkembang, akses keuangan untuk perusahaan dan karyawan pun terbatas,” katanya melalui jawaban tertulis kepada Tempo, kemarin.
Jun Waide, Founder and Group CEO of Venteny. Dokumentasi Pribadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jun jatuh cinta pada energi pekerja dan pertumbuhan bisnis yang pesat di Filipina. Namun dia ingin mengatasi isu pembatasan benefit karyawan di negara tersebut. Masalah kesejahteraan kerap menghalangi perkembangan karier karyawan. Umur pekerja di sebuah entitas menjadi pendek lantaran selalu mencari tempat kerja dengan penghasilan yang lebih menarik.
Asal Nama Venteny
"Saya membangun perangkat plug and play (mudah dipakai) untuk mengatasi kekhawatiran karyawan dan perusahaan," tuturnya. Konsep startup aplikasi ketenagakerjaan yang dirintisnya sejak 2015 itu bernama Venteny. Menurut Jun, nama salah satu dewi pembawa kemakmuran dan kebahagiaan yang dipercaya oleh masyarakat Jepang tersebut cocok untuk visi yang diusung timnya.
Chief Operating Officer Venteny, Damar Raditya, mengatakan perusahaannya menawarkan ekosistem yang cocok dengan kebutuhan karyawan, dari keuangan, pendidikan, kesehatan, gaya hidup, hingga aspek lainnya. Bisa diakses melalui iOS maupun Play Store, fitur Venteny disebutnya berikat dengan peningkatan kesejahteraan. “Kami sudah mengantongi izin penyelenggara sistem elektronik,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
V-Nancial, salah satu fitur Venteny, merupakan solusi dana darurat untuk para karyawan. Ada juga Venteny Insurance and Protection untuk perlindungan kecelakaan kerja, termasuk cacat tetap. Perusahaan pun menawarkan V-Academy untuk akses kelas-kelas pengembangan skill. Misalnya, kelas public speaking, pelatihan kepemimpinan, serta pengembangan kemampuan bahasa. Ada juga fitur unik V-Merchants yang dianggap bisa membahagiakan kalangan karyawan lewat tawaran promo, diskon, dan voucer belanja.
Alih-alih dipandang sebagai penyedia teknologi bidang sumber daya manusia atau HR tech, Damar mengatakan manajemennya lebih nyaman disebut sebagai perusahaan teknologi saja. “Meski spirit kami untuk employee dan layanannya erat dengan divisi HR, kami tidak ingin membatasi perangkat ini hanya untuk karyawan dalam artian konvensional.”
Pengguna Venteny Mulai dari Freelance
Pengguna Venteny mencakup karyawan freelance, pelaku usaha kecil dan menengah, bahkan para pelamar kerja. Hingga saat ini, Venteny menggalang 220 ribu pengguna di Filipina. Setelah berekspansi ke Indonesia pada 2019, perusahaan mengumpulkan 200 ribu pengguna lainnya. Pendanaan seri B pada 2017 membantu manajemen untuk melebarkan bisnis lintas negara.
Di Indonesia, tim Venteny mengenalkan Program Percepatan Kinerja Perusahaan. Artinya, fitur mereka dimanfaatkan oleh konsumen perorangan dan perusahaan. Pada tahun ini, Damar melanjutkan, perusahaan juga menawarkan program My Benefit, konsep kemitraan dengan perusahaan yang sedang menjalankan program efisiensi anggaran internal dan eksternal, seperti dana pelatihan, asuransi, serta penyediaan fasilitas penunjang gaya hidup.
Damar mengakui kesulitan mengedukasi pelaku usaha lokal mengenai pentingnya kebahagiaan karyawan untuk kelancaran bisnis. Namun, seiring dengan meluasnya jaringan Venteny, dia optimistis layanan HR itu bakal diadopsi banyak perusahaan.
“Fokus pendekatan kami sekarang adalah business-to-business-to-employee (B-to-B-to-E), jadi diadopsi melalui divisi HR perusahaan, lalu diakses oleh karyawan,” ucapnya.
Untuk jangka pendek, Damar menyebutkan manajemen masih akan menyasar segmen UMKM yang selama masa pandemi menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto pada 2021, kata dia, mencapai 61 persen. Pasar pengguna Venteny kini masih terpusat di Jabodetabek, Palembang, Lampung, Surabaya, dan Banjarmasin. Ke depan, layanannya akan dilebarkan ke Jawa Timur, Sumatera, Bali, Kalimantan, hingga Indonesia timur.
PROFIL VENTENY
Nama: PT Venteny Fortuna International
Awal berdiri: 2015 di Filipina, 2019 ekspansi ke Indonesia
Manajemen:
- Jun Waide (Founder dan CEO)
- Damar Raditya (COO)
Alamat: World Trade Center 5, Lantai 13, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta
Pendanaan: Indogen Capital, Asia Summit Capital, SV-Fintech Fund, SBI Investment, dll
YOHANES PASKALIS
Baca juga:
Memotong Rantai Pasok untuk Kesejahteraan Petani
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo