Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengincar Posisi Tertinggi lewat Akuisisi

Demi menguasai pasar konsol game, Microsoft mengeluarkan uang hingga Rp 1.000 triliun untuk mengakuisisi studio game.

28 September 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Microsoft Xbox. Pexels

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Microsoft berupaya menguasai pangsa pasar konsol game dengan mengakuisisi studio pengembang game.

  • Akuisisi pengembang game memungkinkan perusahaan besar mengendalikan distribusi game.

  • Microsoft sempat berencana mengakuisisi Nintendo.

PERANG di pasar konsol game terus berkobar antara Sony PlayStation dan Microsoft Xbox. Microsoft berupaya mengkudeta takhta Sony dengan mengakuisisi studio-studio pengembang game kelas kakap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembelian tersebut memungkinkan Microsoft mengendalikan distribusi suatu game, termasuk menjadikannya sebagai game eksklusif alias hanya dapat dimainkan di konsol mereka, Xbox. Contoh teranyar adalah Starfield. Dirilis pada 6 September 2023, game bertema penjelajahan antariksa ini dimainkan sepuluh juta orang per pekan lalu. Pemilik PlayStation hanya bisa gigit jari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Game Xbox terbaru, Starfield. Dok. Xbox

Mengenal Konsol Game dan Eksklusivitasnya

Sejak era perintis pada 1970-an, berbagai konsol game datang dan pergi, termasuk Atari serta Sega. Nintendo nyaris menjadi pemain tunggal di pertengahan 1990-an sebelum PlayStation dirilis pada 1995. Dengan kehadiran Xbox pada 2001, pasar konsol game hanya dihuni oleh tiga merek tersebut, yakni Sony PlayStation, Microsoft Xbox, dan Nintendo.

Game yang dihadirkan konsol berbeda dengan game mobile di ponsel yang kebanyakan merupakan game casual, seperti Candy Crush. Game konsol biasanya berupa AAA, sebutan bagi game yang dibuat dengan biaya produksi paling sedikit ratusan miliar rupiah oleh ratusan orang pengembang dan tersebar di banyak negara. Berbeda dengan game mobile yang kebanyakan gratis, game konsol dijual hingga seharga Rp 1 juta per kopi. 

Red Dead Redemption 2, misalnya, menghabiskan biaya produksi Rp 8,3 triliun. Game koboi yang dirilis pada 2018 oleh Rockstar Games dan terjual 50 juta kopi ini bisa dimainkan di PlayStation serta Xbox—juga PC yang punya spesifikasi yahud.

Namun ada sebagian kecil game yang hanya bisa dibuat di konsol tertentu. Misalnya, Mario Bros dan Legend of Zelda di Nintendo. Artinya, jika ingin memainkan dua seri game yang mendunia sejak 1980-an itu, kita harus memiliki konsol Nintendo—generasi terkini adalah Nintendo Switch yang dirilis pada 2017. Sony mengikuti langkah itu dengan menjadikan Last of Us, Ratchet and Clank, serta Uncharted sebagai game eksklusif mereka dan sukses mendongkrak penjualan PlayStation 4 mulai 2014.

Akuisisi Sana-Sini 

Microsoft melangkah lebih jauh lewat Game Pass sejak 2017. Game Pass merupakan program game berlangganan seperti Netflix. Dengan biaya setara Rp 263 ribu per bulan, pelanggan bisa memainkan ratusan game, termasuk game AAA yang baru dirilis. "Microsoft yakin Game Pass merupakan masa depan game," ujar Pladidus Santoso, editor game Jagat Play, kepada Tempo, Selasa, 26 September 2023. Pelanggan yang punya PC yahud juga bisa memainkan game-game tersebut di komputer atau laptop mereka.

Untuk mewujudkan masa depan seperti yang mereka inginkan, Microsoft mengakuisisi sederet pembuat game populer. Pada 2020, mereka membeli ZeniMax Media seharga Rp 12,5 triliun. Di antara anggota ZeniMax adalah Bethesda, yang menelurkan Fallout dan The Elder Scrolls, dua di antara seri role-play game (RPG) dengan penggemar paling banyak. Starfield juga merupakan bikinan studio yang berbasis di Rockfield, Amerika Serikat, itu dan dirilis di Game Pass. Artinya, pemain Xbox yang membayar program berlangganan itu bisa memainkannya sejak hari peluncuran secara "gratis".

Program langganan game pada Xbox, Game Pass. Istimewa

Di bawah CEO Microsoft Gaming, Phil Spencer, Xbox terus melebarkan sayap dengan membeli Activision Blizzard pada Januari 2022 seharga US$ 68,7 miliar atau setara dengan Rp 1.000 triliun dengan kurs Rp 15.500. Pembelian ini menjadi kontroversi bukan hanya dari nilainya yang fantastis, tapi juga karena studio itu memproduksi satu game paling disukai sepanjang masa, Call of Duty, yang terbit sejak 2003.

Game perang ini memiliki basis massa yang besar di PlayStation. Sebuah laporan menyebutkan sebanyak satu juta orang membeli PlayStation hanya untuk memainkan Call of Duty dan tidak memiliki game lain. Jutaan orang lainnya menghabiskan sebagian besar waktu bermain PlayStation mereka di Call of Duty. Sony pun ketar-ketir.
 
Kekhawatiran menjadikan Call of Duty sebagai game eksklusif membuat Microsoft terseret ke Pengadilan Perdagangan Federal Amerika Serikat. Namun, setelah rangkaian sidang berbulan-bulan yang berakhir pada pekan lalu, dugaan monopoli itu tak terbukti.

Ilustrasi game konsol Nintendo Switch. Unsplash

Nintendo pun Hendak Dibeli

Dalam persidangan tersebut, terkuak rencana Microsoft yang lebih gila: membeli Nintendo. Informasi itu merebak dari bocoran e-mail di antara petinggi Microsoft Gaming pada 2019-2022. Pada 5 Agustus 2020, di puncak popularitas game eksklusif Nintendo Switch, Animal Crossing: New Horizon, Phil Spencer menyebut Nintendo sebagai aset utama mereka di gaming dan menyampaikan sejumlah percakapan soal rencana pembelian. Spencer juga mengatakan eks dewan komisaris mereka telah membeli sejumlah saham Nintendo sebagai pembuka jalan akuisisi.

Microsoft mengkonfirmasi bocoran e-mail tersebut, tapi informasinya tak akurat karena banyak dari rencana tersebut yang telah direvisi. Pladidus juga yakin keinginan Microsoft membeli Nintendo tak akan terwujud karena sedikitnya ada tiga alasan.

"Ini bukan pertama kalinya mereka hendak membeli Nintendo," ujarnya. Sekitar 2001, petinggi Microsoft mendatangi Nintendo dengan niat menjadikan game-game perusahaan Jepang itu tersedia di Xbox yang baru akan diluncurkan. Tawaran itu dijawab dengan tertawaan dari bos-bos Nintendo.

Pladidus mengatakan, meski menempati porsi paling kecil dalam pangsa pasar konsol game, rentang hidup Nintendo yang jauh lebih lama dari pesaingnya membuat perusahaan itu kaya raya. Pada 2012, misalnya, jauh sebelum kesuksesan Nintendo Switch, Nintendo dilaporkan memiliki Rp 163 triliun di bank. Seandainya terus merugi, uang tunai itu cukup untuk membuat perusahaan bertahan hingga 2052. "Mereka tak butuh investasi," ujar Pladidus.

Alasan kedua, dia melanjutkan, sama dengan kontroversi pembelian Activision. "Kalau pembelian studio saja bisa memicu investigasi soal monopoli, apalagi membeli langsung perusahaan pesaing," kata Pladidus.

Editor Jagat Play Pladidus Santoso dan Presiden Sony Interactive Entertainment Studios Shuhei Yoshida, 2019. Dok. Pribadi

Terakhir, penolakan fan. Ibarat suporter klub sepak bola, pemain susah berpaling ke konsol lain. Generasi 90-an Indonesia yang tumbuh bersama PlayStation, misalnya, butuh waktu panjang untuk bisa sreg memainkan Xbox. Nintendo, Pladidus melanjutkan, punya kelebihan dari dua pesaingnya, yaitu nilai historis. "Nintendo-lah yang membuat gaming menjadi sesuatu yang mainstream pada 1980-an," ujarnya. "Penggemar tak akan rela mereka begitu saja dikuasai perusahaan lain." 

REZA MAULANA | GAME SPOT | GAME RANT | GAMES RADAR | INDEPENDENT

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Reza Maulana

Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus