JALAN-jalan raya tampaknya bakal lebih ramai lagi. Bukan oleh
hiruk-pikuknya mobil sedan. Tapi oleh truk dari ukuran maksi
sampai yang mini. Untuk mengerem perusahaan perakitan mobil -
yang kini sudah berjumlah 20 itu -- dari membuat lebih banyak
sedan, Presiden Soeharto telah menginstruksikan kepada Menteri
Perindustrian M. Jusuf agar lebih banyak meningkatkan produksi
kendaraan komersiil. Instruksi yang keluar selepas sidang
Kabinet dua pekan lalu itu juga sudah di sambut Dirjen Industri
Logam dan Mesin ir Suhartojo. Akhir pekan lalu Suhartojo yang
juga Presiden Komisaris PT Toyota-Astra telah mengeluarkan
ultimatum kepada para pengusaha perakitan, agar dalam 2 minggu
menyampaikan usul kepada Pemerintah tentang produksi dan
penjualan kendaraan komersiil dimaksud.
Pucuk dicinta ulam tiba. Hadi S. Topobroto, Sekjen GAAKINDO,
menyambut cepat ajakan Presiden. Bahkan dari seluruh produksi
permobilan yang dirakit di Indonesia, menurut Topobroto sebanyak
70% sudah terdiri dari kendaraan komersiil. Menurut yang empunya
cerita, di tahun 195 aneka kendaraan komersiil yang dirakit di
Indonesia mencapai 45.000-an. Sedang yang masuk kelas sedan dan
station wagon dalam tahun yang sama berjumlah 30.770 buah. Namun
begitu Pemerintah rupanya masih ingin memperbanyak perakitan
mobil komersiil. Maka sejak beberapa waktu lalu para perakit
sudah diberi berbagai keringanan bea masuk dan pajak penjualan.
Pajak untuk kendaraan komersiil, bea masuknya dan PPn cuma 12%.
Sedang untuk yang jenis sedan 70 %: terdiri dari bea masuk sedan
CKD 50 %, PPn impor 10%, PPn lokal atas mobil yang selesai
dirakit 10%. Plus biaya balik nama di polisi dan biaya
registrasi.
Mudah dimengerti kalau para perakit kini makin berpaling ke arah
kendaraan yang disebut komersiil itu. Mitsubishi Colt yang
selama ini memegang rekor penjualan -- juga dalam hal kecelakaan
mendapat saingan baru dengan tampilnya berbagai ukuran truk
merek Daihatsu, Toyota, Isuzu, Fiat, Holden, Datsun, Mazda 1500,
Hino, Mersedez dan sebuah merek asal Perancis yang diageni oleh
kelompok Astra juga. Kelompok Astra, yang sejak lama sudah
merajai dalam urusan perakitan dan distribusi mobil sedan dan
lainnya, dalam waktu dekat kabarnya sudah akan membuat mobil
"murah" bernama Mobilindo yang PMA. Mobil merek Morina -- yang
bisa dilihat dalam salah satu stand Pekan Raya Jakarta juga
sudah merakit pick-up yang tak kalah "murahnya" dengan rencana
produksi Indomotor: hanya Rp 1,25 juta dalam keadaan kosong.
Moeljono Boentaran, Duut PT Garuda Diesel yang memasarkan
Morina, mengaku sudah banyak bagian-bagian dari pick-up itu
(local content) yang dibuat di dalam negeri. Antara lain body,
chassis, aki dan ban. Bisa diramalkan makin berhandai-handainya
bisnis perakitan mobil komersiil itu akan dihadapkan pada soal
yang klasik: modal. Ketua GAAKINDO F.H. Eman pernah berkata
kepada TEMPO, tentang sulitnya para agen tunggal dan perakit
mendapat kredit bank. Apakah keluhan itu akan cepat ditanggapi
Pemerintah dengan membuka lebih lebar kran kredit di bank-bank
Pemerintah, belum jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini