Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Supaya Komersil

Presiden Soeharto mengintruksikan agar perusahaan perakitan mobil lebih banyak memproduksi kendaraan komersil. Namun hambatan yang dihadapi soal modal, akan diusahakan penanaman modal asing.

3 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JALAN-jalan raya tampaknya bakal lebih ramai lagi. Bukan oleh hiruk-pikuknya mobil sedan. Tapi oleh truk dari ukuran maksi sampai yang mini. Untuk mengerem perusahaan perakitan mobil - yang kini sudah berjumlah 20 itu -- dari membuat lebih banyak sedan, Presiden Soeharto telah menginstruksikan kepada Menteri Perindustrian M. Jusuf agar lebih banyak meningkatkan produksi kendaraan komersiil. Instruksi yang keluar selepas sidang Kabinet dua pekan lalu itu juga sudah di sambut Dirjen Industri Logam dan Mesin ir Suhartojo. Akhir pekan lalu Suhartojo yang juga Presiden Komisaris PT Toyota-Astra telah mengeluarkan ultimatum kepada para pengusaha perakitan, agar dalam 2 minggu menyampaikan usul kepada Pemerintah tentang produksi dan penjualan kendaraan komersiil dimaksud. Pucuk dicinta ulam tiba. Hadi S. Topobroto, Sekjen GAAKINDO, menyambut cepat ajakan Presiden. Bahkan dari seluruh produksi permobilan yang dirakit di Indonesia, menurut Topobroto sebanyak 70% sudah terdiri dari kendaraan komersiil. Menurut yang empunya cerita, di tahun 195 aneka kendaraan komersiil yang dirakit di Indonesia mencapai 45.000-an. Sedang yang masuk kelas sedan dan station wagon dalam tahun yang sama berjumlah 30.770 buah. Namun begitu Pemerintah rupanya masih ingin memperbanyak perakitan mobil komersiil. Maka sejak beberapa waktu lalu para perakit sudah diberi berbagai keringanan bea masuk dan pajak penjualan. Pajak untuk kendaraan komersiil, bea masuknya dan PPn cuma 12%. Sedang untuk yang jenis sedan 70 %: terdiri dari bea masuk sedan CKD 50 %, PPn impor 10%, PPn lokal atas mobil yang selesai dirakit 10%. Plus biaya balik nama di polisi dan biaya registrasi. Mudah dimengerti kalau para perakit kini makin berpaling ke arah kendaraan yang disebut komersiil itu. Mitsubishi Colt yang selama ini memegang rekor penjualan -- juga dalam hal kecelakaan mendapat saingan baru dengan tampilnya berbagai ukuran truk merek Daihatsu, Toyota, Isuzu, Fiat, Holden, Datsun, Mazda 1500, Hino, Mersedez dan sebuah merek asal Perancis yang diageni oleh kelompok Astra juga. Kelompok Astra, yang sejak lama sudah merajai dalam urusan perakitan dan distribusi mobil sedan dan lainnya, dalam waktu dekat kabarnya sudah akan membuat mobil "murah" bernama Mobilindo yang PMA. Mobil merek Morina -- yang bisa dilihat dalam salah satu stand Pekan Raya Jakarta juga sudah merakit pick-up yang tak kalah "murahnya" dengan rencana produksi Indomotor: hanya Rp 1,25 juta dalam keadaan kosong. Moeljono Boentaran, Duut PT Garuda Diesel yang memasarkan Morina, mengaku sudah banyak bagian-bagian dari pick-up itu (local content) yang dibuat di dalam negeri. Antara lain body, chassis, aki dan ban. Bisa diramalkan makin berhandai-handainya bisnis perakitan mobil komersiil itu akan dihadapkan pada soal yang klasik: modal. Ketua GAAKINDO F.H. Eman pernah berkata kepada TEMPO, tentang sulitnya para agen tunggal dan perakit mendapat kredit bank. Apakah keluhan itu akan cepat ditanggapi Pemerintah dengan membuka lebih lebar kran kredit di bank-bank Pemerintah, belum jelas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus