Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Swasta besar di PMDN

Peranan swasta dalam investasi pmdn, sahamnya naik 63,9%, bagai mengikuti kenaikan investasi pemerintah di pma. pembalikan porsi saham dalam pmdn ini merupakan indikasi terjadinya swastanisasi. (eb)

24 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

STRUKTUR investasi di Indonesia, dalam lima tahun terakhir, ternyata banyak berubah. Peranan swasta dalam investasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) diam-diam naik hebat. Pada periode 1967 hingga 1980, pemerintah masih memegang saham 56,8%, sedang swasta hanya 43,2%. Tapi, dalam perkembangan sampai 1986, saham pemerintah tinggal 36,1% dari total investasi PMDN Rp 26,2 trilyun, sedang saham swasta menggelembung sampai 63,9%. "Pembalikan porsi saham dalam PMDN ini merupakan indikasi terjadinya swastanisasi," begitu disimpulkan Direktur Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), Christianto Wibisono. Hasil penelitian PDBI yang diungkapkan pekan lalu itu, memang, menunjukkan sejumlah perkembangan baru. Lihat saja kenyataan berikut. Di PMA (Penanaman Modal Asing), sebaliknya, saham pemerintah justru meningkat, mengimbangi turunnya investasi asing. Sejak 1967 hingga 1980, tercatat pihak asing menguasai 68,3%, swasta nasional memegang saham 22,5%, dan pemerintah hanya memegang 9,2%. Kedudukan itu ternyata berubah tahun lalu ketika total investasi mencapai US$ 14 milyar lebih: saham swasta asing tinggal 58,9%, swasta nasional masih relatif bertahan, sedangkan saham pemerintah meningkat jadi 18,9%. Investasi pemerintah paling besar nilainya ditanamkan dalam industri metal (hampir Rp 2,5 trilyun), pertambangan (Rp 2 trilyun lebih), industri kimia (hampir Rp 2 trilyun), sektor perkebunan (Rp 1,3 trilyun), dan keuangan (hampir Rp 1,3 trilyun). Sedang investasi asing paling besar adalah di sektor pertambangan (Rp 1,2 trilyun), dan keuangan (Rp 1,1 trilyun). Sektor-sektor yang dimasuki swasta nasional belum ada yang menyerap modal sampai Rp 1 trilyun. Tapi tidak kurang dari 18 sektor yang mereka suntik dengan modal di atas Rp 100 milyar. Menurut ranking, 10 sektor yang paling banyak menyerap modal swasta nasional adalah perlengkapan transpor (Rp 952 milyar), metal, semen, makanan minuman, semen, kayu, tekstil, perkebunan, keuangan, dan gelas & keramik (Rp 406 milyar). Menurut penelitian itu, saham pemerintah paling banyak di sektor industri kimia (83,8%), perkebunan (69,4%), metal (67,2%), pertambangan (58,5%), dan industri semen (50,5%). Sedang di keuangan, investasi pemerintah ternyata hanya 45,5%, Indonesianisasi tampaknya belum berjalan di sektor industri hobi dan industri cat, karena saham asing di sektor-sektor itu masih 83,5% dan 65,9%. Para pengusaha swasta nasional tampaknya telah merajai tak kurang dari 18 sektor. Investasi mereka melampaui 50% di sektor-sektor industri tekstil kehutanan, makanan & minuman, elektronik, real estate, konstruksi, perikanan, gelas & keramik, perdagangan, pelayanan transpor, peternakan, perkayuan, hotel dan restoran, karet, optik dan perlengkapan laboratorium, perlengkapan musik, kosmetik, dan terutama di kerajinan kulit. Hasil penelitian itu, diakui direktur PDBI, memang lebih merupakan tinjauan dalam bentuk makro. Secara mikro, kenyataannya bisa lain atau bahkan dramatis. Sektor perkebunan, misalnya, menurut anatomi itu hampir 70% dikuasai pemerintah. Tetapi produksi cokelat, kelapa sawit, dan tebu (pabrik gula) cukup banyak dihasilkan swasta. Bahkan kopi, kapas, cengkih karet, dan tembakau lebih dari 50% dihasilkan perkebunan rakyat. Demikian pula pada beberapa sektor aneka industri. Kretek, misalnya, 100% dikuasai swasta nasional, dan bir dikuasai asing. Sebaliknya, sektor jasa konstruksi yang kelihatan didominasi investor swasta, dalam kenyataan, produksi jasanya dikuasai lima kontraktor pemerintah. Begitu pula di perhotelan, investasi swasta nasional tercatat paling besar 50%. "Tetapi hotel-hotel berbintang tiga ke atas ternyata paling banyak dikuasai negara," demikian catatan Christianto. M.W., Laporan Happy S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus