Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Mengatasi kegagalan

24 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JACK Rosenberg, pedagang mobil bekas yang sukses, mengganti namanya hanya gara-gara ia membaca artikel menarik dalam majalah Esqire. Majalah itu menulis tentang dua tokoh Jerman yang luar biasa Werner Heisenberg dan Ludwig Erhard. Gabungan nama kedua orang itu lalu menjadi nama Jack yang baru. Bukan namanya saja yang berubah. Ia pun berubah profesi. Ia mendirikan EST, sebuah gerakan cult baru yang, katanya, dapat menolong umat manusia mengubah kualitas spiritual dan materialnya. Pandangannya tentang kegagalan dikutip oleh Edward de Bono dalam buku Tactics. "Bila saya mampu mengatasi kegagalan saya, artinya saya lebih besar daripada kegagalan itu sendiri," kata Werner. "Kegagalan hanya menghentikan seseorang bila ia tak mampu mengatasinya." Kedengarannya hanya seperti permainan kata-kata. Tapi, mungkin, ada baiknya direnungkan, khususnya bila Anda sendiri sedang dirundung kegagalan. Siapa, sih, yang tak pernah gagal dalam hidupnya? Failure is success turned inside out. Ya, betul. Tapi, baik sukses maupun kegagalan sebenarnya hanyalah pernyataan. Ketika Anda memenangkan sebuah perdebatan, Anda merasa telah memperoleh kemenangan. Hanya itu saja bukan ? Sukses tidak mengajarkan sesuatu. Kegagalan - hampir selalu - mengajarkan kepada orang sebuah pengalaman baru untuk menghadapi masa depannya. Orang-orang sukses di dunia adalah orang-orang yang pernah mengalami kegagalan. Kemampuan untuk mengatasi kegagalan adalah kekuatan yang mendasari orang-orang yang sukses dalam kehidupannya. Artinya, sukses itu sendiri sebenarnya mencakup kegagalan. Jim Rogers, seorang money manager yang sekarang sudah pensiun (karena ia hanya bekerja 12 tahun, 20 jam sehari, dan sekarang menikmati hasil kerjanya), pernah mengalaml kegagalan yang sangat besar dalam hidupnya. Semula, ketika baru memulai bisnisnya, ia begitu takut akan perihal kebangkrutan. Tapi, pada akhir kariernya, ia malah berkata, "Bukan saja kebangkrutan itu baik untuk seseorang, yang lebih baik lagi adalah bila seseorang mengalami kebangkrutan dua kali." Ketika ia bangkrut habis-habisan, Jim malah berkomentar santai, "Itu adalah hal terbaik yang pernah terjadi atas diri saya. Karena dengan demikian saya belajar bahwa saya pun dapat berbuat salah dan mengalami kegagalan." Pada suatu ketika Jim mengeluarkan seluruh hartanya dan membeli saham-saham, sedemikian rupa sehingga ia justru hanya akan beruntung bila bursa saham anjlok. Entah mengapa, bursa saham memang benar anjlok. Ketika orang-orang lain buntung, Jim beruntung tiga kali lipat. Orang-orang menyumpahi keberuntungan Jim. Lalu Jim mengubah posisinya agar ia memperoleh keberuntungan bila nilai saham naik kembali. Dan itu pun ternyata terjadi. Alangkah mudahnya, pikir Jim. Kalau begitu - ini masih pikiran Jim - akan kubalik lagi posisi. Ternyata, kali itu Jim buntung. Semua hartanya ludes. "The market didn't see it the way I did," kata Jim. Dan itulah pelajaran terpenting yang diperolehnya dalam hidup. Ia sebenarnya tidak hanya bertindak secara naluriah, tapi ia juga membaca buku-buku tentang money management. Tapi buku 'kan tidak sama dengan realitas kehidupan? "Baru pada saat itulah saya sadar bahwa pasar bisa juga bereaksi mengikuti caranya sendiri." Dengan pengalaman itu, Jim Rogers yang memulai usahanya dengan kakayaan hanya US$ 600, mengakhiri masa kerjanya selama 12 tahun dengan kekayaan US$ 14 milyar. Dengan kekayaan itulah ia menikmati sisa hidupnya tanpa bekerja lagi. Sting, alias Gordon Sumner, adalah bekas guru yang lantas kondang sebagai bintang penyanyi rock. Tetapi, sebagai makhluk sosial, ia pun siap menghadapi risiko kegagalan. "Pada suatu saat nanti, kemasyhuran saya tak akan ada gunanya lagi. Masyarakat akan menemukan idolanya yang baru. Saya siap menghadapi kegagalan. Saya memang tak menyukainya. Tetapi saya bisa menerimanya." Dengan sikap seperti itu, ia lalu memperluas parameter ekspresi artistiknya. Ia lalu menjadi bintang film, menembus masa depan yang baru. Maka, kembalilah kita kepada Werner Erhard yang ucapannya dikutip De Bono itu. "Yang penting bukanlah apakah seseorang pernah mengalami kegagalan. Tetapi cara dia mengatasi kegagalan itu. Saya selalu bertanggung jawab atas kegagalan yang saya lakukan. Itu bukan berarti bahwa saya menyalahkan diri sendiri atau merasa bersalah karena telah melakukan kesalahan, tetapi sekadar mengakui bahwa sayalah penyebab kegagalan itu. Mencoba mencari penyebab lain dari kegagalan itu hanya berarti bahwa saya tidak bertanggung jawab atas kegagalan itu." Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus