Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tak Perlu Menunggu Telepon

Lingkaran dalam SBY puasa bicara. Calon menteri akan diminta menandatangani kontrak.

4 Oktober 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INSTITUT Pertanian Bogor akhir pekan lalu mendadak sesak. Sekitar 400 pengunjung tumpah di seputar auditorium rektorat. Kandidat doktor yang menempuh sidang terbuka Sabtu siang itu memang bukan orang sembarang: Susilo Bambang Yudhoyono. Calon presiden terpilih itu tengah meniti tangga meraih gelar doktor dari program pascasarjana IPB.

Ujian Sabtu kemarin merupakan yang kedua dan bisa dibilang hanya formalitas bagi SBY untuk meraih gelar doktor. Dalam sidang pertama, yang berlangsung tertutup, dua hari menjelang pemilihan presiden putaran final, Yudhoyono telah dinyatakan lulus sebagai kandidat doktor dengan nilai indeks prestasi kumulatif 3,91.

Lewat tengah hari, akhirnya SBY resmi dinyatakan berhak atas gelar doktor. Taufiq Ismail, sastrawan yang juga alumni IPB, memeriahkan acara pengukuhan Yudhoyono dengan mendeklamasikan Almamaterku, puisi yang ditulisnya pada 1960-an. Walau sidang kedua tak "seseru" sidang pertama, pengunjung yang datang justru jauh lebih melimpah.

Di kursi tamu, tampak orang-orang terdekat SBY: sang istri, Kristiani, dan putra kedua mereka, Baskoro. Jusuf Kalla, calon wakil presiden terpilih, terlihat bersama lingkar dalam SBY yang lain seperti Sudi Silalahi, Mohammad Ma'roef, dan Suratto Siswodihardjo. Tampak juga Salahuddin Wahid, Denny J.A., Andi Mallarangeng, Todung Mulya Lubis, Rizal Ramli, Surya Paloh, Fahmi Idris, H.S. Dillon, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri.

Mereka yang tak beruntung masuk ke auditorium harus puas menonton sidang melalui dua televisi layar datar bergaris tengah lebih dari setengah meter yang dipacakkan di halaman depan. Saat tanya-jawab dengan tim penguji yang berjumlah enam orang, Yudhoyono, yang mengenakan jas hitam, terlihat lebih santai dibandingkan dengan sidang pertama.

Lepas dari upacara promosi, SBY sudah dinanti ujian lain yang tak kalah pelik: penyusunan kabinet. Tugas ini, ditegaskan SBY, baru akan dilakukannya setelah seluruh proses pemilihan presiden tuntas. Tak hanya menunggu penghitungan suara di Komisi Pemilihan Umum, yang pada Sabtu siang baru mencapai 110,599 juta suara, SBY menyatakan juga akan menanti hingga proses hukum di Mahkamah Konstitusi usai. Seluruh proses itu diperkirakan secepat-cepatnya baru akan usai pada pekan ini.

Sebagai Presiden Indonesia pertama yang dipilih langsung rakyat, SBY menyadari ia leluasa bergerak menyusun kabinet. "Keputusan ada di tangan saya," katanya. Kendati demikian, ia berjanji tak mengabaikan selera para pemilihnya. Caranya? "Saya akan melempar nama ke publik untuk diuji," katanya Senin pekan lalu kepada masyarakat yang memenuhi acara open house di Cikeas.

Surat lamaran untuk menjadi menteri yang melayang ke Puri Cikeas disebutkan telah mencapai ratusan. "Sampai sekarang, surat lamaran itu masih terus mengalir," kata Suratto kepada Cahyo Junaedy dari Tempo. Surat itu ada yang diantar langsung, ada yang lewat kurir. Yudhoyono sendiri, kata Suratto, menanggapi banyaknya lamaran yang masuk dengan gembira.

Kendati curriculum vitae yang masuk telah menumpuk, orang-orang terdekat SBY kompak menutup mulut ketika ditanya siapa saja yang telah memikat hati SBY. "Ada tim yang menyeleksi tokoh yang akan duduk di kabinet," kata Suratto, yang termasuk dalam tim pemenangan Yudhoyono. "Itu hak prerogatif presiden," kata Sofyan Djalil dari Lembang 9, tim yang berada di belakang Jusuf Kalla. Aksi diam juga dilakukan tim Brighten Institute, yang berada di belakang konsep-konsep ekonomi yang dijual SBY selama kampanye.

Aksi diam barisan pendukung Yudhoyono malah dimanfaatkan oleh otak jahil. Pada akhir dua pekan lalu, misalnya, beredar pesan pendek yang mengatakan SBY telah memanggil para pilihannya ke Cikeas. "Sama sekali belum," Yudhoyono membantah. Anggota DPR dari Fraksi Kebangkitan Bangsa, Ali Masykur Musa, mengaku termasuk korban pesan pendek hoax.

Pesan pertama diterima Ali pada Jumat malam. Isinya: "Diharap tepat pukul 06.30 WIB ke Cikeas Bogor. Terima kasih." Si pengirim pesan, menurut Ali, mengaku-aku sebagai orang dekat SBY. Pesan kedua datang dari nomor yang sama: "Silahkan apabila Anda tidak percaya. Datang atau tidak silahkan, saya tinggal melapor ke Bapak."

"Saya yakin itu tidak benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan," kata Ali. Dia mengaku sempat menghubungi nomor tersebut, tapi hanya mendapat balasan (lagi-lagi): "Maaf, saya tidak diperkenankan oleh Bapak untuk bicara."

Pesan pendek bukan satu-satunya jalur spekulasi kabinet. Ada banyak surat elektronik tentang kandidat menteri yang berseliweran di Internet. Berbagai nama, dari pengamat sampai menteri yang masih menjabat, tertera sebagai kandidat pengisi kursi tim ekonomi Yudhoyono.

Untuk posisi Menteri Koordinator Perekonomian, muncul nama Irsan Tanjung. Irsan, yang kemarin baru dilantik sebagai anggota DPR dari Partai Demokrat, menanggapi kabar itu dengan rendah hati. "Selama 22 tahun bekerja, saya belajar tidak gede rasa," katanya, "Yang pantas kita terima, ya, terimalah. Kalau tidak, ya, sudah. Ini posisi saya. Jadi, lebih baik saya diam."

Nama lain yang mengisi bursa calon Menko Ekonomi adalah Boediono, yang kini masih Menteri Keuangan. Boediono, yang sedang menghadiri sidang Dana Moneter Internasional di Amerika, tak dapat dimintai keterangan. Hanya, seorang pejabat Departemen Keuangan yang minta namanya tak dikutip mengatakan, sang bos tak tahu-menahu soal pencalonan.

Boediono disebut pula tetap layak mengisi kursi Menteri Keuangan. Kursi ini vital karena mengurusi anggaran negara. Kendati tak banyak mendapat lirikan dari partai politik, Boediono terhitung favorit di mata para pelaku pasar keuangan. Yang diperkirakan dapat menggusur Boediono dari kursi Menteri Keuangan adalah Sri Mulyani Indrawati.

Ekonom yang kini menjabat Direktur Eksekutif IMF untuk 12 negara Asia Tenggara itu sedang disibukkan oleh rapat tahunan IMF. "Saya sedang ada acara annual meeting itu. Napas saja saya tidak bisa," ujarnya kepada wartawan Tempo Poernomo G. Ridho.

Nama Sri Mulyani kembali disebut sebagai kandidat Menteri Perindustrian dan Perdagangan, bersama Mari Elka Pangestu. Mari, yang lama berkiprah di lembaga pemikir CSIS, juga tak mau mengomentari kabar seputar peluangnya menjadi menteri.

Posisi yang paling banyak disorot apa lagi kalau bukan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kementerian ini membawahkan lebih dari seratus BUMN. Setelah Badan Penyehatan Perbankan Nasional bubar tahun kemarin, praktis perusahaan-perusahaan pelat merahlah yang menjadi mesin uang terbesar pemerintah. Pada 2005 esok, perusahaan-perusahaan itu ditargetkan menyetor dividen ke kas negara Rp 10,59 triliun.

Dengan peran semacam itu, tak aneh jika posisi pucuk kementerian yang baru berusia tujuh tahun ini selalu jatuh ke tangan orang kepercayaan presiden. Tradisi itu kemungkinan besar akan dipertahankan, ujar seorang sumber di kubu SBY kepada Nugroho Dewanto dari Tempo.

Orang kepercayaan SBY, kata sumber yang menolak disebut namanya, juga akan menduduki kursi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sumber ini juga menyebut, kemungkinan besar kursi menteri akan diduduki kalangan "orang dalam" ESDM. Posisi Menteri ESDM tak bisa dianggap enteng dalam tim ekonomi. Selain ikut menentukan kebijakan soal harga dan ketersediaan bahan bakar di dalam negeri, Menteri ESDM memainkan peran dalam perundingan konsesi pertambangan dan minyak di dalam negeri.

Siapa pun yang berharap menjadi menteri tak perlu menongkrongi telepon di rumah selama 24 jam. Seusai pengukuhannya sebagai doktor, Yudhoyono mengatakan tak akan melanjutkan tradisi menelepon calon menteri. "Saya akan membuat kontrak dengan orang yang saya pilih tentang apa yang harus mereka lakukan," katanya.

Thomas Hadiwinata, M. Fasabeni, Multazam, Danto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus