Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Teka-teki GSA

Bappenas sulit merencanakan stockpile karet AS. General Service Administration (GSA) menunda pelepasan persediaan karet pertengahan April, sehingga harga karet naik. Pedagang berspekulasi, harga akan turun.

24 Juli 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALAU ada satu variabel jang paling sulit diramalkan oleh para perentjana di BAPPENAS dalam proses perentjanaan, maka variabel tersebut tidak lain adalah stockpile karet Amerika Serikat. Tingkah laku jang tidak dapat diramalkan dari General Service Administration (GSA), instansi pemerintah Amerika jang menguasai persediaan karet lebih, menjebabkan perentjanaan dibidang perdagangan luar negeri sedikit sulit. Pengumuman GSA jang mengatakan bahwa sedjumlah 72.000 long ton karet akan dilepaskan dalam djangka waktu dua tahun baru-baru ini untuk kesekian kalinja mengedjutkan dan sekaligus mengetjewakan negara-negara produsen karet alam. Hal ini terdjadi sekalipun ANRPC (Persatuan Negara-Negara Penghasil Karet Alam) bulan Djanuari jang lalu telah mengirimkan satu delegasi ke Washington jang mendesak pemerintah Amerika untuk menunda pelepasan persediaan karet lebih. Hal jang sama djuga dilakukan oleh duta besar Sudjatmoko sebulan sebelumnja. Tekanan-tekanan diplomatik jang keras seperti ini rupanja tidak dapat memaksa pemerintah Amerika untuk mendjandjikan satu penjelesaian masalah stockpile karet setjara permanen. Jang diperoleh selalu hanjalah "penger-tian" pemerintah Amerika akan memburuknja harga karet alam di pasaran internasional. Sekalipun demikian, ternjata pada bulan Mei-Djuni jang lalu, GSA dapat menahan diri untuk hal melepaskan persediaan karetnja. Negara penghasil karet alam berharap bahwa keadaan ini akan berlangsung terus, karena ternjata memberi pengaruh jang baik bagi harga karet alam. Segera sesudah GSA mengumumkan akan menunda pelepasan persediaan karetnja perteng-ahan April jang lalu Rusia dan RRT mulai terdjun kepasaran. Di Singapura, harga karet naik dengan 2 sen MS per kilo, di London naik dengan 0,25 pence, dan di New York naik dengan 1/8 point per kilo. Dan pada pertengahan Mei jang lalu, harga meningkat mentjapai titik tertinggi untuk tahun 1971. Di Singapura harga mentjapai M$ 116,50 per kilo, di London mentjapai 16,65 pence per kilo. Dan di New York mentjapai 19,5 dollar AS per kilo. Spekulasi. Ternjata keadaan jang baik ini tidak berlangsung lama. Mendjelang achir Djuni jang lalu harga karet merosot lagi. Hal ini disebabkan karena kontrak kontrak pembelian dari Rusia atau-pun RRT belum ada jang terlaksana. Sementara itu diantara peda-gang karet mulai timbul spekulasi bahwa penundaan pelepasan karet oleh GSA akan segera berachir, dan bahwa waktunja tidak akan lama lagi bagi GSA untuk mengumumkan pelepasan stok karetnja lagi. Apa jang mendjadi spekulasi sebelumnja, pada awal Djuli ini ternjata memang benar. Bagaimanapun djuga memang sulit diharap bahwa GSA akan terus menunda pelepasan persediaan karetnja. Apalagi kalau diingat, bahwa djumlah jang direntjanakan semula untuk dilepas, baru sedikit sekali jang terlaksana Bulan Pebruari tahun 1970 jang lalu, GSA mengumumkan akan melepas persediaan karetnja sedjumlah 16o.000 long ton (172.000 ton). Tetapi pada tahun 1970 tersebut baru senpat dilepaskan 25.936 ton, dan pada bulan Djanuari dan Pebruari 1971 sudah dilepas sedjumlah 2.500 ton. Djadi dengan demikian, masih ada sisa sekitar 143.000 ton jang djelas se- waktu-waktu akan mengantjam pasaran karet alam. Djadi sekalipun misalnja dalam dua tahun ini berhasil dilepas 5.000 ton, masih akan ada sisa sekitar 5.000 ton karet dalam persediaan GSA. Dengan demikian maka berarti bahwa dalam dua atau tiga tahun mendatang, nasalah persediaan karet alam GSA masih akan tetap merupakan sumber jang menambah harga karet alam dipasaran internasional Lihai. Jang sulit untuk dimengerti adalah mengapa GSA musti merasa perlu sekarang ini untuk mulai melepaskan persediaan karetnja, sesudah dimasa lalu beberapa kali dia dapat menundanja. Barangkali GSA berpendapat bahwa dengan makin giatnja Rusia dan RRT menggunakan kontrak-kontrak pembela akan memperbaiki harga karet, sehingga pelepasan 6.000 long ton sebulan menurut pendapatnja tidak akan banjak berpengaruh. Djumlah ini memang tidak seberapa dibanding dengan seluruh djumlah persedlaan karet dunia. Namun jang djelas, djumlah jang hampir sama dengan ekspor karet Indonesia ke Amerika tiap bulan ini akan berpengaruh besar tentunja bagi ekspor karet Indonesia. Tahun jang lalu, dengan kemerosotan hingga jang disebabkan oleh pelepasan karet CSA, Indonesia diperkirakan menderita rugi sebesar kurang lebih 50 djuta $AS. Dan untuk setengah tahun pertama tahun 1971 ini harga jang sudah merosot rata-rata 3 sen dollar AS per kilo, maka kalau djumlah jang sudah diekspor Indonesia meliputl 375.000 ton, berarti dalam waktu 6 bulan pertama sadja Indonesia sudah kehilangan devisa sekitar 11,25 djuta dollar AS. Sekalipun djumlah jang dilepaskan memang ketjil, tapi kechawatiran negara-negara produsen karet alam memang dapat dimengerti. Tahun jang lalu, sekalipun djumlah jang dilepaskan hanja 1%, dari seluruh penawaran dunia, tapi sudah tjukup untuk menarik kebawah harga karet dengan 32,5%, Pelepasan karet GSA ini bukan satu-satunja penjebab kemerosotan harga, (sebab lain karena makin meluasnja penggunaan karet sintetis, dan keadaan ekononi dunia jang masih belum pulih dari resesi) Tapi GSA jang selalu memprodusir teka-teki, menjebabkan para spekulan karet di Singapura jang lihai itu dapat mempermainkan harga, dan inilah jang menambah buruknja situasi harga selama ini. Laut. Beberapa tjara penjelesaian telah dikemukakan dalam menghadapi antjaman persediaan karet GSA. Menteri Perdagangan Malaysia pernah mengusulkan agar persediaan karet GSA dibuang sadja kelaut, satu usul jang kedengarannja seperti lelucon, tetapi jang sebenarnja tjukup serius, mengingat bahwa pembuangan barang kelaut bukan tidak pernah dikerdjakan dimasa-masa lalu dalam menghadapi kelebihan produksi. Dikalangan ANRPC sendiri timbul pikiran untuk mengusahakan agar IMF membantu membeli seluruh tjadangan karet GSA seharga 100 djuta dollar AS. Sebagian besar anggota IMF pasti tidak akan senang melihat IMF melakukan hal ini, apalagi negara penghasil karet alam hanjalah minoritas dalam IMF, disamping IMF sendiri masih banjak mempunjai prioritas-prioritas lain disamping hanja sekedar mengurusi masalah harga karet. Salah satu djalan jang paling mendekati kemungkinan barangkali adalah seperti apa jang dikemukakan Ketua GPEI Naafie, jaitu agar dilakukan kontrak djangka pandjang dalam ekspor karet. Kalau ini dapat ditjapai, maka ekspor karet sekurang-kurangnja akan ter-lindung dari londjakan harga dan akan mendjamin penerimaan devisa. Masalahnja adalah apakah konsumen karet akan bersedia mengadakan kontrak djangka pandjang seperti ini, mengingat bahwa selama ini mereka dalam posisi penawaran jang lebih kuat daripada si eksportir. Karena itu pada achirnja, negara penghasil karet alam akan terus hidup di bawah bajangan hantu stockpile karet.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus