KREDIBILITAS Pusat Data Business Indonesia (PDBI) pekan lalu agak guncang. Masalahnya, lembaga riset yang dikelola Christianto Wibisono itu menelurkan suatu angka fantastis. Menurut PDBI, simpanan Indonesia di ACU (Asian Currency Unit), dewasa ini ada sekitar US$ 76 milyar. Sebagai lembaga riset yang laris dan terkemuka, PDBI tentu tidak mengada-ada. Menurut Direktur PDBI, Christianto Wibisono, angka tersebut diperoleh dari perkiraan seorang eksekutif ATKearney Inc. cabang Singapura dikaitkan pada data resmi penguasa moneter Singapura (MAS). Business Times edisi 26 Februari 1991, memuat tulisan Vice President ATKearney cabang Singapura, Alberto Lapuz, menyebutkan 41% dari ACU berasal dari Indonesia. Sementara itu, dalam buletin MAS, jumlah utang ACU pada Maret 1991 ada USS 367,7 milyar. Oleh MAS, angka-angka deposito tadi dirinci: Sekitar US$ 63 milyar berasal dari pribadi dan perusahaan bukan bank. Selebihnya pinjaman antarbank (US$ 12,3 milyar), ada dari bank-bank anggota ACU (US$ 30,4 milyar), dan paling banyak (US$ 248,2 milyar) dari bank-bank luar Singapura. PDBI kemudian menggabungkan data ATKearney dan MAS. "Kalau dana orang Indonesia 41%, itu berarti jumlahnya US$ 26 milyar," kata Christianto. Karena adanya pinjaman antarbank, PDBI memperkirakan hanya 20% dari US$ 248,2 milyar yang murni dari Indonesia, atau sekitar US$ 50 milyar. Jumlah ini, jika ditambah US$ 26 milyar, menghasilkan angka US$ 76 milyar. Pada tahun 1984, PDBI mengeluarkan analisa ACU yang pertama. Ketika itu modal Indonesia diduga baru sekitar 2%-5% dari aset ACU yang US$ 111 milyar. Tahun 1987, PDBI mencatat, modal RI naik lagi menjadi 1/8 - 1/4 dari aset ACU yang US$ 236,6 milyar. Maksud PDBI tak lain untuk mengingatkan bahwa Indonesia sebenarnya mempunyai cukup uang dan tak perlu meminta-minta pinjaman pada IGGI. Merasa kurang ditanggapi, pada November 1990 PDBI menyelenggarakan seminar di Singapura. Dari situ tersimpul bahwa dana ACU hanya bisa berputar menurut hukum pasar hingga sisi komersialisasi akan sangat menonjol. Jelas kurang menarik jika dibandingkan pinjaman lunak atau semilunak dari IGGI. Namun, tanggapan Pemerintah terhadap PDBI kali ini agak tajam. "Jangan mengutip satu angka, lalu membiarkan masyarakat menginterpretasikan sendiri-sendiri. Akhirnya lari ke mana- mana. Soal pelarian modallah, atau ke manalah," kata Gubernur Bank Sentral Adrianus Mooy. "Kalau mau mengungkapkan data orang lain, pahami dulu sebaik-baiknya dan berikan penjelasan selengkap-lengkapnya," nasihat Mooy, akhirnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini