Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Rangkaian Acara Tempo Media Week 2017 yang dimulai sejak 24 November telah menginjak hari terakhir. Di hari puncak ini yakni 26 November 2017, ada 13 pembicara yang memberikan inspirasi positifnya tentang Indonesia 2045 di Main Stage Theater, Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ke-13 pembicara tersebut adalah para anak muda yang rerata berusia 20 hingga 20 tahun. Mereka adalah para founder startup yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, agama, agrikultur, budaya, kesehatan, teknologi dan pangan di Indonesia bahkan di luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Acara Panggung Indonesia dipandu oleh presenter kondang Najwa Sihab. Pemimpin Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso dalam sambutannya mengatakan ada dua kelompok orang dalam menanggapi Indonesia 2045. Dua kelompok tersebut adalah kelompok yang optimistis dan pesimistis.
Kelompok optimistis adalah mereka yang menganggap 2045 terlalu lama dan seharusnya bisa dicapai dengan waktu yang lebih singkat. Sedangkan kelompok yang pesimistis dan menganggap target Indonesia 2045 masih terlalu lama.
"Hari ini kita akan mengambil contoh dari orang-orang yang telah bergerak untuk menciptakan kemajuan," kata dia.
Prasetyo Andy Wicaksono, yang bersama timnya membuat Citizen Relation Management (CRM), mengatakan teknologi digital seharusnya tidak hanya untuk orang-orang yang di Jakarta, tetapi juga di kota-kota lain. CRM adalah sistem integrator pengaduan masyarakat dari berbagai kanal: Qlue, SMS, medsos dan email.
Menurut Prasetyo, ada lima sektor krusial yang bisa dikembangkan melalui teknologi digital. Sektor-sektor tersebut yakni pendidikan, kesehatan, peternakan, logistik dan turisme.
Meskipun begitu, kata Prasetyo, Indonesia kekurangan sumber daya manusia dalam mengembangkan teknologi digital. Untuk itu kata Prasetyo ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia tersebut yakni komunitas, pengembangan kapasitas dan kolaborasi.
Prasetyo mengatakan, teknologi digital seharusnya tidak hanya dirasakan di kota besar. "Pada 2045 tidak ada alasan kita hidup di kota," kata dia.
Inspirator lain yaitu Dissa Syakina, pencetus Fingertalk, Deaf, Cafe and Carwash yang mengambil lokasi di Pamulang, Tangerang Selatan. Kafe tersebut melibatkan para tuna rungu setelah mendapat pelatihan.
Menurut Dissa, sekitar 74 persen tuna rungu tidak memiliki pekerjaan. Data ini yang membuat ia tergerak untuk membuat fingertalk. Fingertalk ada sebuah kafe, tempat cuci mobil dan lokakarya, yang 32 pekerjanya adalah ada para tuna rungu. "Mimpi kami adalah bekerja bersama mereka untuk membuka kesempatan kerja baru," kata dia.
Dissa mengatakan dirinya telah berkunjung ke beberapa kota di daerah seperti di Padang, Surabaya, Wonosobo dan Lombok. Selain itu Dissa mengatakan proyek Fingertalk juga telah diapresiasi langsung oleh President Amerika Serikat ke-44 Barack Obama di Laos pada 2016 lalu.
Di akhir acara selebritis Chelsea Islan juga akan memberikan inspirasi positifnya kepada para hadirin di Perpustakaan Nasional.
Kursi-kursi Main Stage Theater Perpustakaan Nasional penuh oleh pengunjung Tempo Media Week. Salah satu pengunjung Tempo Media Week Faishal Hilmi, 25 tahun mengatakan dia sengaja hadir dari tempat tinggalnya di Depok, Jawa Barat.
Mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia itu mengatakan, dirinya datang ke Tempo Media Week karena menganggap tema Indonesia 2045 sangatlah menarik."Saya rasa sebagai anak muda, tema Indonesia 2045 tidak untuk kita tunggu. Tetapi kita harus menjemputnya dari sekarang," kata Faishal.