Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tergiur Frekuensi Tetangga

Blok frekuensi hasil merger Axis dan XL bakal dikurangi. Tarif GSM tak akan turun.

1 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARA putus-putus yang terdengar dari telepon seluler Global System for Mobile Communications (GSM) kerap dialami pelanggan belakangan ini. Anggota Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia, Nonot Harsono, mengatakan putusnya koneksi tiba-tiba atau suara putus-putus lantaran lebar pita frekuensi operator kurang besar untuk menampung banyaknya sinyal.

Ibarat transportasi, lebar pita frekuensi adalah lajur di jalan raya. Adapun kendaraan adalah sinyal yang dikirim dari seluler pelanggan. Suara putus-putus pada telepon lantaran sinyal dalam lajur frekuensi yang sama bertumpuk. Kondisi ini dapat digambarkan seperti kemacetan pada jam pulang kerja di Jakarta.

Jalan raya dalam frekuensi telekomunikasi disebut spektrum. Untuk operator GSM, negara menyediakan tiga spektrum, yaitu 900 MHz, 1.800 MHz, dan 2.100 MHz. Setiap operator memiliki lebar lajur yang berbeda-beda di setiap spektrum. Saat ini pita frekuensi paling lebar adalah 22,5 MHz yang dimiliki Telkomsel di spektrum 1.800 MHz untuk layanan GSM dan 2G (second generation technology). Nonot menilai lebar pita paling ideal adalah 30 MHz di setiap spektrum. "Di Indonesia belum sampai alokasi itu," katanya Jumat pekan lalu.

Setiap operator menginginkan lebar pita lebih besar agar pelayanannya prima. Alasan inilah yang diduga berada di balik rencana akuisisi PT XL Axiata Tbk terhadap PT Axis Telecom Indonesia. Selain bakal bertambah lebar, blok frekuensi jatah XL dan Axis di spektrum 2.100 MHz bakal contiguous atau berdampingan. Di spektrum untuk layanan 3G (third generation technology) ini, XL menguasai tiga blok dan sedang bermigrasi di lajur 8, 9, dan 10. Adapun Axis sedang bermigrasi ke lajur ujung, yaitu 11 dan 12.

Jika keduanya bergabung tanpa diikuti perubahan, XL akan menguasai lima blok bertetangga. Jumlah ini terbesar ketimbang semua operator GSM (lihat boks). Juru bicara Axis, Anita Avianty, menjelaskan, keuntungan pelanggan yang operatornya menguasai banyak blok dan berdampingan adalah koneksi lancar jaya dan pelayanan data (Internet) semakin cepat. "Ibarat kendaraan mau melaju lebih cepat dan mendahului tetap aman terkendali."

Juru bicara XL, Turina Farouk, setuju tambahan frekuensi yang bertetangga menguatkan pelayanan. Menguasai lima blok frekuensi di spektrum 3G dinilai sebagai kuda-kuda yang kuat bagi perseroan menghadapi persaingan dengan operator lain. "Pembelian ini untuk masa depan," katanya.

Kendati demikian, Turina enggan menyebutkan harga yang disodorkan Axis. Begitu juga Anita. "Belum deal," katanya. Saudi Telecom Company (STC), yang menguasai 80,1 persen saham, mengumumkan akan menjual Axis pada Juli lalu. Saudi Fransi Capital memprediksi nilai Axis mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 11 triliun, termasuk utang.

XL telah mendapat izin prinsip dari Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk membeli Axis. Namun, kata juru bicara Kementerian Komunikasi, Gatot S. Dewabroto, "Izin prinsip belum jaminan." Kementerian Komunikasi bersama BRTI membentuk tim khusus yang mengkaji spektrum, persaingan usaha, dan potensi pelanggaran regulasi. Kajian spektrum akan menyoroti potensi XL menguasai lima blok di spektrum 3G. Nonot menilai penguasaan itu membuat persaingan tidak sehat. "Akan ada kocok ulang."

Penataan ulang berujung pada pengurangan blok frekuensi hasil merger. BRTI akan membahas blok yang bakal dikurangi dan diambil negara. Setelah diambil, blok kosong itu akan ditawarkan ke tiga operator GSM, yaitu Telkomsel, Indosat, dan PT Hutchinson CP Telecommunication, pemilik operator merek 3.

Analis PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, memprediksi XL bakal tidak terbendung menguasai lima blok. Konsolidasi dua operator bukan hal baru. Sebelumnya pernah terjadi pada operator Code Division Multiple Access (CDMA), yaitu antara PT Mobile 8 Telecom Tbk dan PT Smart Telecom serta Sampoerna Telecom dan Bakrie Telekom. Gatot S. Dewabroto menilai konsolidasi berjalan mulus karena mempertahankan nama badan usaha pemilik frekuensi. "Polanya lewat holding, konsolidasinya di induk usaha," ujarnya.

Kiswoyo menilai merger XL dan Axis tidak berimbas pada penurunan tarif yang menguntungkan pelanggan. Apalagi 92 persen pendapatan sektor ini dikuasai Telkomsel, Indosat, dan XL. "Tarif tidak akan turun, potensi kartel lebih diwaspadai," ujarnya.

Akbar Tri Kurniawan


Lebar Frekuensi Jaringan dan Jumlah Pelanggan

OperatorLebar pita di spektrum (MHz) Total (MHz)Pelanggan
(juta)
900 MHz11.800 MHz2.100 MHz
Telkomsel7,522,51545122
Indosat1020104056
XL7,57,5153049
Axis-15102517
3-10102022

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus