BERKALI-KALI diduga ajalnya sudah dekat. Ternyata koran The
Times akan segera muncul kembali.
Les Dixon, pemimpin Serikat Grafika Nasional Inggeris (NGA),
setelah lama berunding dengan manajemen Times Newspaper Limited,
keluar dengan wajar berseri pekan lalu. l rhe Times akan ter
bit secepatnya," kata Marmaduke J. HusseyJ Direktur Utama Times
Newspaper, yang mengelola koran di London itu. Persetujuan
rupanya tercapai hanya beberala jam menjelang deadline, bats
waktu yang diberikan pihak manajemen dalam perundingan itu.
Yang paling gembira tentu Lord Thomson of Flcet, ketua Thomson
Organization, pemegang saham terbesar Times Newspaper. "Terima
kasih Tuhan -- saya sangat berbahagia rasanya," katanya.
Adalah 620 karyawan yang tergabung dalam NGA, yang menyebabkan
Times dan The Sunday Times beserta 3 lampirannya tidak beredar
sejak 30 Nopember tahun silam. Mereka menolak dimasukkannya
teknologi komputer ke bagian setter dan opmak, yang akan
mengambil alih sebagian besar peranan manusia. Dengan sistem
komputer itu, pekerjaan menerbitkan koran makin cepat, dengan
tenaga manusia yang makin sedikit pula.
Kaum buruh selalu menentang usaha modernisasi ini sambil makin
galak menuntut kenaikan upah. Pihak majikan terakhir terpaksa
mengadakan 69 pembaharuan perjanjian upah kerja dengan 54
kelompok buruh setempat. Namun masih saja terjadi pemogokan
liar, yang menyebabkan Times terganggu terbit.
Manajemen pernah berusaha mengatasi gangguan di London dengan
rencana mencetak Times edisi internasional di Frankfurt. Serikat
buruh Jerman menentangnya, hingga rencana itu April lalu
dibatalkan. Karyawan NGA, yang peranannya terancam komputer,
tetap menuntut perjanjian kerja yang lebih baik. Selama ini 620
karyawan NGA yang lebih trampil dan berpendidikan, diupah lebih
rendah ketimbang 2.000 karyawan buruh cetak Times yang tergabung
dalam Natsopa. Times memiliki 4.260 karyawan, di antaranya 450
wartawan yang berhimpun dalam serikat sekerja tersendiri (NUJ).
Kepincangan itu disebut Les Dixon sebagai "tragedi berdarah."
Karena "pihak manajemen pernah memakainya sebagai alasan untuk
menutup Times, " kata Dixon. Tapi setelah melewati perundingan
yang amat meletihkan, diumumkan dengan resmi Times akan turun ke
jalan 13 Nopember, sementara Sunday Times pada 11 atau 18
Nopember.
Siapakah pemenang dalam pertarungan ini? Times Newspaper, karena
harus tetap menggaji karyawan, rugi œ30 juta. Karyawan NGA,
walaupun akan dikurangi, memperoleh kenaikan upah antara 34-40%.
Tapi sementara itu manajemen Times Newspaper belum memperoleh
persetujuan mengenai penempatan kamar mesin, dan bilamana
komputer itu akan diterapkan. Keputusan terperinci akan
diperoleh 3 tahun mendatang, yang akan diajukan pada suatu panel
penilai yang diketuai Badan Arbitrasi Inggeris setempat.
"Ini adalah suatu persetujuan dan perkenalan teknologi terbaik,
yang pernah terjadi," sebut Dir-Ut Hussey. "Setiap orang yang
bekerja dengan kami, tentu akan menerima upah terbaik."
Sekalipun banyak koran Inggeris menyambut baik kembalinya Times,
beberapa koran yang menjadi tetangganya di Fleet Street.
mengecam persetujuan itu suatu pertanda menyerah pada pihak
buruh. Ada yang cemas persetujuan kenaikan upah tadi akan
mendorong buruh tetangganya menuntut perbaikan serupa.
Bagaimana pun Times yang berusia 194 tahun adalah koran
berpengaruh, sudah melembaga. Ia seolah tonggak keempat di luar
lembaga yudikatif, eksekutif dan legislatif dalam demokrasi
Inggeris. Tajuk rencana koran International Herald Tribune
menyebutnya sebagai ujung tombak revolusi persuratkabaran, yang
memelopori perubahan dramatis abad ke-18 dan 19.
Tidak berlebihan sanjungan itu. Presiden Abraham Lincoln adalah
orang pertama yang menyambut baik, ketika Times mengirimkan
wartawan perangnya, William Russel, untuk meliput Perang Saudara
di Amerika. "Sesungguhnya Times suatu kekuatan dunia," kata
Lincoln. "Saya tidak tahu cara mengukur kekuatannya, kecuali
dengan sungai Mississippi."
Times mulanya diterbitkan John Walter, yang gagal dalam bisnis
asuransi, dengan nama The Daily Universal Register di tahun
1785. Namanya 3 tahun kemudian jadi The Times. Oplah
terakhirnya, sebelum diganyang pemogokan, 293.000 eksemplar --
dan Sunday Times 1,4 juta sehari. Meskipun oplahnya jauh di
bawah koran lain yang enteng dan populer sifatnya, Times jadi
sarapan bagi kelompok establishment Inggeris.
Demikian kuat posisinya, hingga orang menggambarkannya dengan
pameo "Inggeris tanpa Times adalah hal yang tak terpikirkan."
Itulah sebabnya ketika koran tadi menyatakan dirinya terancam,
lapor pembantu TEMPO di London -- Gabriel Gay, banyak lembaga
swasta maupun pemerintah kecewa. Parlemen yang 85% anggotanya
membaca Times bahkan sempat menyelenggarakan sidang darurat 11
bulan lalu dan membicarakan nasib koran yang sangat berprestasi
di masyarakat Inggeris itu.
Kini ia akan datang lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini