Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Mereka ingin pulang

Orang-orang portugis boleh pilih: jadi warga negara indonesia atau warga negara portugal. sebagian besar bekas pegawai pemerintah penjajah memilih pulang. (dh)

3 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG-ORANG Portugis di Tim-Tim, campuran maupun asli, diberi kesempatan memilih kewarganegaraan: RI atau Portugal. Pilih yang terakhir ini berarti pulang. Sampai sekarang sudah tercatat sekitar 350 orang yang menyatakan ingin kembali ke Portugal, umumnya pegawai negeri. Di antara mereka adalah Domingos Ambrosio Da Silva (39 tahun). Lahir di Evora, Reguemboo (Portugal), ia ada di Tim-Tim sejak berusia 20 tahun. Di Dili ia bekerja pada Florestas yaitu dinas kehutanan. Terakhir berpangkat Guarda Florestal de primeira classe, kira-kira setingkat dengan Pengatur Kehutanan Tingkat I. Sebelum memutuskan jadi WN Portugal ia bekerja di Dinas Pertanian Prop. Tim-Tim. Delapan tahun lalu ia menikahi Maria De Fatima Leent, seorang gadis asli TimTim kelahiran Tutuala. "Orang tua saya di Portugal dan saya takut kehilangan pensiun," kata Ambrosio ketika ditanya alasannya memilih WN Portugal. Memang ia juga mengakui di zaman penjajahan Portugis ia digaji sekitar 8.000 Escudo (lebih dari Rp 100.000) sebulan dan sebagai pegawai RI sekarang dengan 4 anak hanya mendapat Rp 42.000. Tapi setelah memutuskan hendak pulang ke Portugal 2 bulan lalu, ia tak menerima gaji lagi. Ketika pergolakan terjadi, Ambrosio memilih masuk Uni Demokrasi Timor (UDT), partai pegawai orang-orang keturunan Portugis. Bersama keluarganya ia pernah ditangkap Fretilin, tapi sempat melarikan diri dan menyerahkan diri kepada sukarelawan Indonesia. "Saya hanya angkat tangan saja, sebab tak bisa bahasa Indonesia," ungkapnya tentang penyerahan dirinya itu. Bersama keluarganya Ambrosio kini tinggal di sebuah rumah tua di samping kiri Kantor Gubernur Tim Tim di Dili. Jose Augusto juga sekarang sedang menunggu keberangkatan ke negeri asalnya, Portugal. Sejak 36 tahun lalu ia sudah ada di Tim Tim sebagai pegawai di bagian keuangan pemerintahan penjajahan Portugis. Gajinya waktu itu 14.000 Escudo sebulan. Tapi sejak memutuskan pulang ke negara asalnya, Augusto menghidupi keluarganya dengan menjadikan mobil pribadinya sebagai taksi umum. Berbeda dengan kedua orang itu adalah Aderito Fernandes (50 tahun). Ia berada di Tim-Tim sejak 1959. Meskipun orang Portugis, tapi ia ingin meninggalkan Tim-Tim untuk pergi ke negara ketiga. Ia mengaku sebagai partisan anti komunis. Bahkan ia menunjukkan kartu pengenal dari organisasinya. Ketika pergolakan rakyat TimTim untuk masuk RI, Fernandes memihak Apodeti dan bergabung dengan sukarelawan Indonesia. Menurut pengakuannya sejak kecil ia sudah berjuang melawan komunis di Portugal. Tahun 1949 ia ada di Macao, terus ke Kanton untuk melanjutkan perjuangannya. Mengapa ia tak kembali ke Portugal? "Saya mau menumpas komunis di negara itu," ucapnya sambil minta agar negara yang hendak ditujunya tak disebutkan. Sebab, katanya, namanya sudah dikenal di mana-mana sebagai pejuang yang gigih melawan komunis. Malahan, katanya, Fretilin pernah menyebarkan pengumuman dan akan memben hadiah kepada siapa yang berhasil membunuh Fernandes.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus