ORANG-ORANG Portugis di Tim-Tim, campuran maupun asli, diberi
kesempatan memilih kewarganegaraan: RI atau Portugal. Pilih yang
terakhir ini berarti pulang. Sampai sekarang sudah tercatat
sekitar 350 orang yang menyatakan ingin kembali ke Portugal,
umumnya pegawai negeri.
Di antara mereka adalah Domingos Ambrosio Da Silva (39 tahun).
Lahir di Evora, Reguemboo (Portugal), ia ada di Tim-Tim sejak
berusia 20 tahun. Di Dili ia bekerja pada Florestas yaitu dinas
kehutanan. Terakhir berpangkat Guarda Florestal de primeira
classe, kira-kira setingkat dengan Pengatur Kehutanan Tingkat I.
Sebelum memutuskan jadi WN Portugal ia bekerja di Dinas
Pertanian Prop. Tim-Tim. Delapan tahun lalu ia menikahi Maria De
Fatima Leent, seorang gadis asli TimTim kelahiran Tutuala.
"Orang tua saya di Portugal dan saya takut kehilangan pensiun,"
kata Ambrosio ketika ditanya alasannya memilih WN Portugal.
Memang ia juga mengakui di zaman penjajahan Portugis ia digaji
sekitar 8.000 Escudo (lebih dari Rp 100.000) sebulan dan sebagai
pegawai RI sekarang dengan 4 anak hanya mendapat Rp 42.000. Tapi
setelah memutuskan hendak pulang ke Portugal 2 bulan lalu, ia
tak menerima gaji lagi.
Ketika pergolakan terjadi, Ambrosio memilih masuk Uni Demokrasi
Timor (UDT), partai pegawai orang-orang keturunan Portugis.
Bersama keluarganya ia pernah ditangkap Fretilin, tapi sempat
melarikan diri dan menyerahkan diri kepada sukarelawan
Indonesia. "Saya hanya angkat tangan saja, sebab tak bisa bahasa
Indonesia," ungkapnya tentang penyerahan dirinya itu. Bersama
keluarganya Ambrosio kini tinggal di sebuah rumah tua di samping
kiri Kantor Gubernur Tim Tim di Dili.
Jose Augusto juga sekarang sedang menunggu keberangkatan ke
negeri asalnya, Portugal. Sejak 36 tahun lalu ia sudah ada di
Tim Tim sebagai pegawai di bagian keuangan pemerintahan
penjajahan Portugis. Gajinya waktu itu 14.000 Escudo sebulan.
Tapi sejak memutuskan pulang ke negara asalnya, Augusto
menghidupi keluarganya dengan menjadikan mobil pribadinya
sebagai taksi umum.
Berbeda dengan kedua orang itu adalah Aderito Fernandes (50
tahun). Ia berada di Tim-Tim sejak 1959. Meskipun orang
Portugis, tapi ia ingin meninggalkan Tim-Tim untuk pergi ke
negara ketiga. Ia mengaku sebagai partisan anti komunis. Bahkan
ia menunjukkan kartu pengenal dari organisasinya. Ketika
pergolakan rakyat TimTim untuk masuk RI, Fernandes memihak
Apodeti dan bergabung dengan sukarelawan Indonesia.
Menurut pengakuannya sejak kecil ia sudah berjuang melawan
komunis di Portugal. Tahun 1949 ia ada di Macao, terus ke Kanton
untuk melanjutkan perjuangannya. Mengapa ia tak kembali ke
Portugal? "Saya mau menumpas komunis di negara itu," ucapnya
sambil minta agar negara yang hendak ditujunya tak disebutkan.
Sebab, katanya, namanya sudah dikenal di mana-mana sebagai
pejuang yang gigih melawan komunis. Malahan, katanya, Fretilin
pernah menyebarkan pengumuman dan akan memben hadiah kepada
siapa yang berhasil membunuh Fernandes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini