Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Badan Pangan Nasional mulai kemarin, 2 September, mendistribusikan 25 ton atau sebanyak 10 truk telur bagi para pedagang di seluruh pasar di DKI Jakarta. Pasokan telur tersebut disalurkan setiap hari untuk menurunkan harga telur ayam ras yang belakangan ini sedang tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan Pangan menjual telur-telur tersebut ke pedagang dengan harga Rp 25 ribu per kilogram, sementara pedagang diharuskan menjual ke konsumen seharga Rp 27 ribu per kilogram. Harga itu di bawah harga rata-rata telur ayam ras yang berdasarkan data Informasi Pangan Jakarta sebesar Rp 30.521 per kilogram.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Badan Pangan, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa puluhan ton telur yang dipasok saban hari itu merupakan 5 persen dari kebutuhan telur harian Jakarta. “DKI Jakarta dipilih karena kontribusinya terhadap inflasi nasional mencapai 25-27 persen,” tuturnya dalam operasi pasar telur di Pasar Minggu, kemarin.
Dalam acara yang sama, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengaku optimistis harga telur akan terus turun hingga pekan depan. Menurut dia, kenaikan harga telur ayam merupakan dampak dari kembali tingginya permintaan yang didukung oleh pemulihan aktivitas ekonomi.
“Pada Agustus lalu banyak pesta, acara, dan sebagainya. Tapi, sekali lagi, harga telur sudah berangsur-angsur turun,” ucap Zulkifli. Harga telur di DKI mulai naik sejak 11 Agustus lalu dari sehari sebelumnya, Rp 27.979, menjadi 28.170 per kilogram. Harga mencapai puncaknya pada 28 Agustus lalu sebesar Rp 31.170 per kilogram.
Pedagang telur melayani pembeli di Pasar Kebayoran, Jakarta, 22 Agustus 2022. TEMPO/Tony Hartawan
Disepakati Pedagang dan Pengusaha Telur
Arief mengimbuhkan, penetapan harga acuan penjualan telur, baik untuk produsen maupun konsumen, merupakan hasil kesepakatan antara Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, badan usaha milik negara, asosiasi pedagang pasar, pengusaha telur, serta Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai pemasok jagung untuk pakan ternak.
“Operasi pasar ini bukan mau menjatuhkan harga telur, tapi harga ini adalah harga yang disepakati bersama dalam pertemuan terakhir dengan kementerian dan lembaga,” ucap Arief.
Menurut ia, penghiliran merupakan salah satu kunci penting untuk menstabilkan harga telur, baik di hulu maupun di hilir. Arief mengatakan, Badan Pangan akan menyerap produksi telur petani yang disokong oleh Kementerian Pertanian. “Jadi, jangan dipotong ayamnya, jangan diaborsi. Itu kesuksesan dari Kementerian Pertanian yang sudah memproduksi,” ucap Arief.
Arief menuturkan, dalam melakukan stabilisasi harga telur, Badan Pangan melibatkan berbagai asosiasi pedagang pasar, seperti Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) dan Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI), serta PD Pasar Jaya dan BUMD DKI lainnya.
Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri mengungkapkan, begitu Badan Pangan melakukan operasi pasar, para pemain besar telur buru-buru menurunkan harga jual. “Para pemain besar menurunkan harga sampai habis. Mereka jual dengan harga Rp 24.800 per kilogram,” ucap Mansuri dalam acara yang sama. Para pemain besar melakukan tindakan ekstrem tersebut karena takut kehilangan pasar.
JELITA MURNI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo