TELEVISI Pendidikan Indonesia (TPI) akan menambah jam siarannya mulai 10 November mendatang. Setelah siaran pagi (pukul 05.30-13.30), kemudian istirahat satu setengah jam, TPI akan mengudara lagi malam hari, pukul 16.00-21.00. Siaran malam tambahan ini untuk sementara cuma untuk pemirsa di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek). Di luar Jakarta, hanya mereka yang mempunyai antena parabola yang bisa mengikutinya. Khusus untuk siaran malam itu, TPI menggunakan stasiun pemancar sendiri di Pondok Gede, dekat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Artinya, siaran malam ini tidak lagi menumpang fasilitas TVRI seperti selama ini. Namun, perangkat pemancar TPI di Pondok Gede itu baru peralatan master control. Belum ada studio. Karena itu, siaran malam TPI untuk sementara hanya tayangan rekaman yang dibuat di Studio 12 TVRI. Selain film dan sinetron, ada kuis keluarga, drama komedi, dan ceramah agama. Juga beberapa film yang menyedot pemirsa, seperti Mahabharata, akan diputar ulang malam hari, mulai episode pertama. Tidak seperti siaran siang hari, siaran malam TPI tidak menayangkan acara pendidikan. Menurut Direktur Operasi TPI Fahmi Alatas, karena siaran malam ini belum nasional. "Jika pendidikan disiarkan malam hari, yang tambah pintar cuma masyarakat Jakarta, dong," katanya tertawa. Siaran Jakarta itu menunjukkan TPI mencoba mandiri. Untuk ini, diperlukan investasi cukup besar. Menurut sebuah sumber TEMPO, untuk menyewa satelit saja dibutuhkan dana Rp 12 milyar setahun. Sedangkan untuk membangun stasiunnya, TPI sudah mengeluarkan dana Rp 24 milyar. Semua itu belum termasuk peralatan master control dan antena pemancar yang dibeli dalam bentuk pinjaman. Padahal, stasiun pemancar di Pondok Gede itu masih jauh dari rampung. Di lokasi seluas 11 hektare ini terlihat cuma satu bangunan setengah jadi, yang kelak digunakan sebagai ruang master control. Namun, dengan menyelenggarakan siaran malam, TPI mengharapkan bisa mengumpulkan modal melalui iklan. Sejauh ini pendapatan iklan TPI memang cukup menjanjikan. Kendati belum mencapai target 20% dari waktu siaran, pengisian iklan sebesar 12% dari delapan jam siaran, TPI berhasil mengumpulkan dana Rp 5 milyar sebulan. Menurut data Survey Researsch Indonesia (SRI), sampai Agustus silam, ada 50 produk yang dipromosikan lewat TPI. Bagaimana dengan siaran malam? "Kami optimistis," kata Ellasari, staf Proteam, perusahaan marketing yang dikontrak TPI. Sekarang saja sudah terdaftar iklan bernilai Rp 500 juta. Padahal, target iklan siaran malam ini hanya Rp 2,5 milyar. "Kalau begini, naga-naganya target itu akan terlampaui," kata Ellasari yakin. Selain itu, ujar Ella lagi, banyak produk yang sasaran pasarnya kawasan Jabotabek. Di kawasan ini, menurut survai SRI, jumlah televisi hitam putih lebih banyak. Jenis pesawat itu hanya bisa menangkap siaran TPI dan TVRI yang menggunakan frekuensi tinggi. Semakin ramainya jam siaran televisi swasta pada malam hari, buntut-buntutnya meramaikan pula persaingan merenggut iklan televisi. Terjadi adu perhitungan dan strategi. Munculnya TPI di malam hari, menurut sebuah sumber TEMPO, disambut baik oleh biro-biro iklan. "Dengan begitu, RCTI tak memonopoli siaran niaga. Kalau harga iklannya terlalu tinggi, pemasang iklan bisa lari ke TPI," kata sumber TEMPO tadi. Lalu apa kata RCTI? "Kami sudah mengantisipasi hal ini," ujar Manajer Humas RCTI Eduard Depari. Soalnya, kata Eduard, orang sudah biasa nonton RCTI di malam hari. "Tidak mudah mengubah channel." Apalagi jika televisi di rumah cuma satu. "Acara RCTI, karena sejak awal disiarkan malam hari, sudah menjadi social event, sedangkan TPI, karena tadinya disiarkan pagi hari, sifatnya individual event," kata Eduard lagi. Namun, Eduard mengakui, pada tiga bulan pertama, TPI akan menarik perhatian pemirsa. Untuk memenuhi rasa ingin tahu, orang memindah saluran RCTI ke TPI. Tentang iklan, mungkin saja ada iklan yang tersedot ke acara TPI. Khususnya ke acara yang menarik seperti Mahabharata. Tetapi pengaruhnya kecil, kata Eduard, karena sasaran iklannya berbeda. Target RCTI kelas menengah ke atas, sedangkan TPI menengah ke bawah. Dari 32% iklan televisi, 25% sasarannya publik RCTI. RCTI ternyata punya juga rencana pengembangan. Televisi swasta ini sedang bersiap-siap masuk ke siaran pagi. Permohonannya untuk menyelanggarakan siaran nasional, secara tidak langsung juga sudah disepakati Menteri Penerangan. Artinya, RCTI boleh segera membangun stasiun transmisi, begitu surat keputusan Menteri Penerangan keluar. Jadi, kelak RCTI bisa ditangkap seluruh penduduk Indonesia, dengan atau tanpa antena parabola. Kesepakatan Menteri Penerangan itu tidak lain rencana merevisi SK (Surat Keputusan) Menpen Nomor 111 tentang Penyiaran Televisi di Indonesia. Dalam SK ini, hanya TVRI dan televisi pendidikan yang boleh mengadakan siaran nasional. Televisi swasta hanya boleh menyiarkan siaran lokal, dan dilarang menggunakan jaringan transmisi untuk menyebarluaskan siarannya ke daerah. Semua yang tidak boleh itu akan menjadi boleh. Sri Pudyastuti R. dan Sri Wahyuni
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini