Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima hari berkantor di Kemen-terian Badan Usaha Milik Negara, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Erick Thohir mulai membahas kekosongan kursi direksi perusahaan pelat merah. Salah satunya Direktur Utama Bank Mandiri. Rapat bersama Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo dan Budi Gunadi Sadikin serta semua deputi kementerian itu berlangsung pada Rabu siang, 30 Oktober lalu.
Rupanya, Erick telah mengantongi sejumlah nama calon Mandiri-1—sebutan untuk nakhoda Bank Mandiri. Sebelum menggelar rapat di Kementerian BUMN, ia menghadiri rapat di kantor Kemente-rian Koordinator Perekonomian. “Yang pasti lulusan atau masih orang dalam Mandiri,” ujar Erick di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian.
Ia harus segera menambal -kekosongan setelah Presiden Joko Widodo melantik Kartika menjadi Wakil Menteri BUMN pada Jumat, 25 Oktober lalu. Seusai pelantikan, bekas orang nomor satu di Mandiri itu pamit dari perusahaan yang membesarkannya selama lebih dari 15 tahun tersebut. Acara perpisahan dengan karyawan Mandiri digelar pada Jumat malam di Plaza Mandiri, Jalan Gatot Subroto, sekitar pukul 20.00. Hampir semua direktur melepas Tiko—sapaan Kartika—malam itu. Malam perpisahan ditutup dengan foto bersama.
Sepeninggal Tiko, Wakil Direktur Utama Sulaiman Arif Arianto langsung mengemban tugas dan kewenangan Direktur Utama Mandiri. Sekretaris Perusahaan Mandiri Rohan Hafas mengatakan hal itu diatur dalam anggaran dasar Bank Mandiri sehingga perseroan tak perlu lagi menunjuk pelaksana tugas direktur utama. “Secara langsung kewenangan wakil direktur menjadi utuh seperti kewenangan direktur utama. Semua berjalan normal,” kata Rohan, Senin, 28 Oktober lalu.
Namun Erick tak ingin membiarkan kursi orang nomor satu di bank beraset Rp 1.276 triliun itu kosong terlalu lama. Makanya, seleksi calon Direktur Utama Bank Mandiri terlihat lebih cepat dibanding pencarian kandidat Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) pengganti Budi Gunadi, yang juga menjadi Wakil Menteri BUMN. Sejumlah sumber di Kementerian BUMN menyebutkan, dari pembahasan internal, muncul dua nama kandidat. Mereka adalah Wakil Direktur Utama Sulaiman Arif Arianto dan Direktur Korporasi Royke Tumilaar. Keduanya dinilai memiliki pengalaman dan jejaring yang luas.
Jejak Sulaiman sebagai bankir terentang sejak ia berkarier di Bank Rakyat Indonesia pada 1984. Posisi terakhirnya di BRI adalah direktur komersial. Baru pada 2015 ia ditunjuk sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri di bawah pimpinan Budi Gunadi. Saat itu, Sulaiman menggantikan Riswinandi, yang diangkat menjadi Direktur Utama Perusahaan Umum Pegadaian sebelum berlabuh di Otoritas Jasa Keuangan.
Dari masa jabatan dan pengalaman, Sulaiman disebut-sebut cocok menggantikan Tiko. Namun Sulaiman bukan orang yang sejak awal berkarier di Mandiri. Sejumlah pejabat di Kementerian BUMN mengatakan latar belakang Sulaiman sebagai petinggi Mandiri non-organik dikhawatirkan sulit diterima karyawan bank berkode emiten BMRI tersebut.
Calon yang diusulkan menjadi direktur utama adalah orang yang bisa menjaga keberlanjutan rencana bisnis Mandiri. Itu sebabnya dibutuhkan sosok dari dalam.
Adapun Royke Tumilaar bergabung dengan Bank Mandiri sejak 1999. Ia pernah menjabat Komisaris Mandiri Sekuritas. Namanya juga per-nah masuk bursa calon Direktur Utama Bank Mandiri saat Budi Gunadi akan pensiun pada pertengahan 2016. Nama Royke kala itu muncul bersama Kartika Wirjoatmodjo dan Pahala N. Mansury, yang saat ini menjadi Direktur Keuangan Pertamina.
Kementerian BUMN telah -menyetorkan nama Sulaiman dan Royke ke Otoritas Jasa Keuangan dan Presiden Joko Widodo. “Dua nama itu bahkan sudah diterima Istana,” ucap dua pejabat di Kementerian BUMN. “Dari dua ini, Royke menjadi kandidat terkuat.” Juru bicara Presiden, Fadjroel Rachman, tak membenarkan ataupun menyanggah informasi tersebut. “Silakan dita-nyakan ke Menteri BUMN.”
Saat dimintai konfirmasi mengenai hal ini, Tiko hanya menjawab singkat: “Calon yang diusulkan menjadi direktur utama adalah orang yang bisa menjaga keberlanjutan rencana bisnis Mandiri.” Apalagi Bank Mandiri memiliki tradisi menjalan-kan rencana “lima tahunan”. Itu sebabnya, kata dia, dibutuhkan sosok dari dalam yang punya energi yang bisa mengawal keberlanjutan Mandiri. Direktur utama yang baru juga harus bisa menjadi jembatan untuk menyiapkan pemimpin Mandiri berikutnya.
Royke Tumilaar, yang namanya selalu muncul dalam setiap pemilihan calon Direktur Utama Mandiri, mengaku tak tahu masuk daftar yang disodorkan ke OJK dan Istana. Royke mengaku sedang berada di Toronto, Kanada, saat dihubungi pada Kamis, 31 Oktober lalu. Ia sempat hadir dalam acara perpisahan Tiko dan bertemu dengan Tiko beberapa kali sebelum bertolak ke kota di Provinsi Ontario itu. “Pokoknya urusan calon direktur utama itu black box-nya ada di menteri,” tutur Royke, yang tahun ini menginjak usia 55 tahun.
Sejumlah pengurus Perhimpunan Bank Nasional mengatakan budaya Bank Mandiri mengangkat direktur utama dari struktur organik memang tak bisa dihilangkan. Dengan dipimpin orang dalam, manajemen Mandiri bisa berfokus mengerjakan apa yang mesti didahulukan. Sebaliknya, kehadiran direktur utama dari lingkungan nonorganik bisa menimbulkan sedikit penolakan dari kalangan internal.
Selain nama Sulaiman dan Royke, nama Hery Gunardi sebenarnya sempat muncul sebagai kandidat pengganti Tiko. Di Mandiri, Hery sedikit lebih senior dibanding Royke. Ia memulai kariernya di Bank Pembangunan Indonesia dan ikut menangani proses merger pendirian Bank Mandiri pada 1998-1999. Ia pernah bertugas di AXA Mandiri dan menjadi komisaris utama di perusahaan tersebut.
Beberapa nama direktur muda, seperti Ahmad Siddik Badruddin, yang menjabat Direktur Manajemen Risiko; Rico Usthavia Frans, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi; serta Alexandra Askandar, Direktur Hubungan Kelembagaan, juga santer digaungkan untuk melengkapi daftar kandidat. Siddik dan Alexandra, menurut sejumlah praktisi perbankan, bisa menjadi kandidat utama pada pemilihan berikutnya.
Kepala Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Toto Pranoto, mengatakan kandidat Direktur Utama Mandiri harus bisa membawa bank tersebut menjadi bank berkualifikasi tinggi di tingkat ASEAN. Untuk itu, kandidat mesti memiliki kompetensi teknis dan pengalaman sebagai bankir di bank umum kelompok usaha 4. “Supaya Mandiri bisa bersaing melawan raksasa di ASEAN, seperti DBS dan OCBC,” ujarnya.
Toto juga menyoroti pekerjaan rumah Menteri BUMN baru segera mengangkat direktur utama definitif di PT Inalum, PT Perusahaan Listrik Negara, dan PT Perkebunan Nusantara III. Direktur Utama PLN dan PTPN III terjerat kasus korupsi sehingga posisinya kini diisi pejabat pelaksana tugas. “Makin lama itu dibiarkan, dikhawatirkan aksi korporasi akan jalan di tempat,” Toto menjelaskan. Ia meminta Erick memperketat rekrutmen agar direksi BUMN terpilih dapat menjalankan tata kelola yang baik.
Apakah kandidat Direktur Utama Bank Mandiri yang dipilih Erick telah memenuhi syarat itu? Sosok direktur utama baru rencananya diumumkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Bank Mandiri pada 9 Desember mendatang.
PUTRI ADITYOWATI, DIAZ PRASONGKO, CAESAR AKBAR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo