Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengusaha Murdaya -Wi--dya-wimarta Poo muncul saat Perusahaan Listrik Negara meluncurkan stasiun pengisian kendaraan listrik umum. Di kantor PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya, Gambir, Jakarta Pusat, ia datang bukan sebagai pemilik mobil listrik. Pria 78 tahun ini rupanya pemilik stasiun daya tersebut. “Stasiun pengisian ini punya saya,” kata Murdaya Poo, yang tahun lalu masuk daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes, Selasa, 29 Oktober lalu. Kepada Retno Sulistyowati dan Khairul Anam dari Tempo, anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 2004-2009 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini berapi-api menceritakan “mainan” barunya: bisnis stasiun pengisian kendaraan listrik.
Sudah lama tak terdengar, Anda tiba-tiba muncul di sini….
Ini karena saya sangat bergairah bekerja sama dengan PLN.
Bagaimana cerita Anda masuk ke bisnis pengisian daya kendaraan listrik?
Kami diminta pemerintah berpartisi-pasi. Ignasius Jonan dan Airlangga Hartarto, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta Menteri Perindustrian periode sebelumnya, meminta saya masuk ke sini. Pak Jonan mendukung mobil listrik. Ia tahu saya bekerja sama dengan ABB Group, perusahaan multinasional yang bermarkas di Zurich, Swiss, sudah sekitar 30 tahun. Saya membentuk joint venture, namanya PT ABB Sakti Industri.
Berapa persen kepemilikan Anda di perusahaan itu?
Komposisi kepemilikan saham di ABB Sakti Industri 45 : 55 persen. Saya yang 45 persen.
Apa saja yang diproduksi?
Alat-alat kelistrikan untuk pembangkit, gardu induk, jaringan transmisi, distribusi PLN, industri semen, sampai pabrik bubur kertas dan kertas. Siemens, GE, dan ABB itu sama-sama pemimpin industri elektronik dunia.
Sejak kapan terjun ke sektor mobil listrik?
Ini menjadi salah satu divisi kami. Setelah Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan terbit pada 12 Agustus 2019, kami baru mulai aktif. Dulu tidak ada yang mau berinvestasi di sektor mobil listrik di Indonesia.
Apa peran Anda dalam program ini?
Kami membuat alat pengisian fast charging. Kami bekerja sama dengan ABB Group. Nanti setiap investor, PLN ataupun stasiun pengisian bahan bakar umum Pertamina, Shell, atau pusat belanja, bisa memiliki stasiun fast charging sampai kapasitas 350 kilowatt. Kerja sama stasiun pengisian mobil listrik dengan PLN baru tahun ini.
Bagaimana rencana pengembangan stasiun daya selanjutnya?
Setelah ada satu di kantor PLN, kami akan buka satu lagi di area parkir menara WTC, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Mungkin akhir bulan depan akan kami resmikan. Jadi fasilitas ini penting untuk memudahkan pemilik kendaraan listrik. Nantinya ada di mana-mana. Kami undang semua, termasuk Panasonic.
Apakah pasar mobil listrik di Indonesia sudah siap?
Pasar ada, tapi pemerintah belum mengeluarkan peraturan turunan. Jadi mobilnya masih mahal. Kalau di negara lain, mobil listrik diberi subsidi. Karena apa? Bahan bakar. Penggunaan kendaraan untuk 400 kilometer, misalnya, bila memakai gasolin, Rp 500 ribu. Tapi, kalau pakai mobil listrik, hanya Rp 70 ribu. Luar biasa bedanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo