Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga emas diperkirakan terus naik pada awal 2024.
Kebijakan moneter netral saja sudah cukup untuk mendukung reli harga emas.
Potensi koreksi perlu diwaspadai mengingat harga emas sudah tinggi.
JAKARTA — Harga emas diperkirakan terus naik pada awal 2024. Kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), yang akan menjadi penentunya. Dalam perdagangan kemarin, harga emas berada di posisi US$ 2.059,51 per troy ons. Pada bulan ini, harga emas bahkan pernah menyentuh US$ 2.075,09 per troy ons, yang merupakan harga tertinggi sepanjang masa.
Hingga akhir tahun ini, harga emas diperkirakan masih tetap tinggi. Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, keputusan The Fed menahan suku bunga acuan di angka 5,25-5,5 persen selama tiga bulan berturut-turut menjadi penguat emas. "Ini berdampak pada pelemahan dolar Amerika Serikat dan mendorong harga emas," katanya kepada Tempo, kemarin.
Melihat tren tersebut, Ibrahim memperkirakan opsi The Fed di kuartal pertama 2024 hanya menahan atau memangkas suku bunga. Rencana pemangkasan itu sempat disinggung dalam Federal Open Market Committee pada 13 Desember lalu. Dalam dokumen anggota The Fed, terdapat indikasi tiga kali pemangkasan suku bunga pada 2024. Penurunan suku bunga direncanakan berlanjut hingga 2026 sampai ke angka 2-2,5 persen.
Infografis Harga Emas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terlepas dari realisasinya nanti, Ibrahim menuturkan, setidaknya potensi kenaikan suku bunga The Fed sudah pupus. Artinya, ada ruang bagi emas untuk mempertahankan momentumnya. Namun, dia menyebutkan, nilai komoditas ini tak akan setinggi pada 2023. "Secara teknikal bisa naik di atas level US$ 2.000. Sedangkan kalau terkoreksi, mendekati level US$ 1.850," ujarnya.
Selain faktor suku bunga The Fed, Ibrahim menyebutkan, pergerakan harga emas dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik. Sejak Israel menyerang Palestina pada Oktober lalu, harga emas sempat melambung. Namun dampak invasi Israel tersebut tidak sebesar dampak sentimen suku bunga.
Cukup Kebijakan Netral
Pedagang menunjukkan emas batangan 1 kilogram di Jakarta. TEMPO/Imam Sukamto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengamat komoditas dan pendiri Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono, juga menilai kecil kemungkinan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan. Dia memproyeksikan bank sentral AS masih akan menahan diri. "Kebijakan moneter netral saja sudah cukup untuk mendukung bullish emas, apalagi jika ada pemangkasan suku bunga," katanya.
Wahyu mengatakan, hingga akhir tahun nanti, emas akan berkonsolidasi di angka US$ 1.900-2.100 per troy ons. Dia yakin emas masih bisa mencetak rekor harga tertinggi baru. Harga logam mulia ini diperkirakan berada di angka US$ 1.800-2.300 per troy ons. Untuk jangka panjang, Wahyu memprediksi ada potensi kenaikan menjadi US$ 2.200-2.500 per troy ons.
Proyeksi optimistis mengenai harga emas juga datang dari Tim Analis Bareksa. Perusahaan fintech investasi ini memperkirakan The Fed memangkas suku bunga acuan. Kondisi ini membuat kurs dolar AS melemah dan imbal hasil obligasi AS turun. "Emas menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang selain dolar AS." Walhasil, daya tarik emas sebagai aset investasi kian menarik.
Karyawan melayani pelanggan di dekat etalase perhiasan emas di Galeri 24, Jakarta, 5 Desember 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Konflik geopolitik juga berpeluang mempengaruhi harga emas, seperti invasi Israel ke Palestina, serangan kelompok Houthi Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah, hingga pemilihan umum di Taiwan.
Dengan pertimbangan tersebut, Tim Analis Bareksa memprediksi harga emas di dalam negeri bisa menyentuh level Rp 1,15-1,25 juta per gram pada 2024. Kemarin, harga beli emas di dalam negeri di angka Rp 1,04-1,13 juta per gram.
Melansir analisis PT DEU Calion Futures, pialang penyedia layanan investasi keuangan, belum ada sentimen negatif yang berpotensi menekan kenaikan harga emas. "Kenaikan ini cenderung masih akan berlangsung lama, mungkin sampai Januari 2024." Alasannya masih sama, yakni spekulasi pemotongan Fed Fund Rate pada tahun depan. Meski demikian, potensi koreksi tetap perlu diwaspadai karena harga emas sudah tinggi.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo