Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BEBERAPA peristiwa penting akhir-akhir ini menambah keraguan apakah pemulihan ekonomi masih dapat terjadi tahun ini. Bank Indonesia pun sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan 2016 dari estimasi awal 5,4 persen ke 5,2 persen. Dan langkah pemerintah untuk memicu pertumbuhan ekonomi, yang tadinya ada beberapa pilihan, sudah terlihat menyusut.
Salah satu peristiwa penting itu adalah gagalnya tujuh negara industri (G-7) menyepakati koordinasi kebijakan moneter dan fiskal agar dapat memulihkan pertumbuhan ekonominya. Dalam pertemuan mereka di Tokyo, Amerika Serikat menentang keinginan Jepang yang hendak menahan menguatnya nilai yen terhadap dolar Amerika.
Yen yang lemah akan mendorong ekspor Jepang, tapi mengurangi impornya. Ada pula perbedaan pendapat mengenai kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Beberapa negara lebih mengandalkan pelonggaran kebijakan moneter dengan penurunan suku bunga, sementara yang lain cenderung memilih kebijakan fiskal dengan menambah belanja negara. Masalahnya buat Indonesia sama saja: kita tak bisa mengandalkan ekspor sebagai pemicu pemulihan ekonomi karena kelesuan pasar dunia akan terus berlangsung.
Peristiwa lain adalah rencana Federal Reserve Amerika Serikat terus menaikkan tingkat suku bunganya. Pasar telah mengantisipasi kenaikan akan terjadi Juni tahun ini. Pekan lalu, dolar Amerika sudah terlihat menguat terhadap mata uang dunia lain, termasuk rupiah. Dan, dengan rupiah yang lemah, BI akan sulit menurunkan lagi suku bunganya untuk memicu pertumbuhan.
Otoritas keuangan mencoba mengatasi hal ini dengan menerbitkan regulasi baru agar bank dan perusahaan multifinance dapat lebih mudah mengucurkan kreditnya. Persyaratan uang muka pinjaman properti dan kendaraan bermotor mulai diturunkan. Bank juga akan dikenai penalti jika tidak memenuhi rasio pinjaman terhadap deposito (loan-to-deposit ratio atau LDR) tertentu. Masih harus dipantau apakah langkah ini akan efektif membantu pertumbuhan ekonomi.
Sinyal lain datang bersama kunjungan Presiden Amerika Barack Obama ke Vietnam, yang menunjukkan peningkatan persaingan di antara negara ASEAN untuk menarik investasi asing. Indonesia memang memiliki pasar domestik yang lebih besar, tapi infrastruktur dan aturan tenaga kerja di Vietnam jauh lebih menarik bagi investor manufaktur untuk reekspor.
Di sinilah serangkaian paket deregulasi yang dikeluarkan pemerintah diharapkan punya peran. Tapi lagi-lagi persoalan koordinasi kebijakan dan implementasi di level birokrasi tetap menjadi tanda tanya. Ini juga menimbulkan keraguan sejauh mana paket deregulasi akan berhasil meningkatkan investasi ke Indonesia.
Tumpuan lain yang dicoba dibangun adalah pengampunan pajak (tax amnesty). Dengan cara ini, pemerintah ingin menarik pulang dana perorangan dan perusahaan Indonesia yang diparkir di luar negeri. Menteri Keuangan optimistis rancangan undang-undang ini akan mulus di parlemen dan bisa dijalankan pada bulan-bulan mendatang.
Mereka yang mau membawa kembali dananya ke Indonesia hanya akan dikenai tarif pajak 1-6 persen, tergantung seberapa cepat dana dibawa kembali. Tak ada lagi tuntutan atau penalti lain. Jika berhasil, pemerintah berharap akan mendapat tambahan untuk menambal jebolnya penerimaan pajak tahun ini. Dana yang dibawa pulang juga akan diminta tetap di sini dalam jangka tertentu dan digunakan membiayai proyek infrastruktur lewat paket investasi, seperti reksa dana.
Sekarang tergantung seberapa lama parlemen membutuhkan waktu membahas undang-undang ini agar dampaknya dapat terasa menjelang akhir tahun. Rupanya, pemilihan pemimpin Partai Golkar, yang baru berlangsung, ditentukan pula oleh pihak mana yang akan lebih mudah menggiring proses perundangan ini.
Manggi Habir (Kontributor Tempo)
KURS
Rp per US$
Pekan sebelumnya 13.467
13.615 Penutupan 26 Mei 2016
IHSG
Pekan sebelumnya 4.704
4.784
Penutupan 26 Mei 2016
INFLASI
Bulan sebelumnya 4,45%
3,6%
April 2016 YoY
BI RATE
Sebelumnya 6,75%
6,75%
19 Mei 2016
CADANGAN DEVISA
31 Maret 2016 US$ 107,543 miliar
US$ miliar 107,711
29 April 2016
Pertumbuhan PDB
2015 4,73%
5,3%
Target 2016
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo