Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Sepatu Bata Tbk. Sanusi Kamad menyatakan pandemi yang memukul daya beli masyarakat juga berimbas ke penurunan penjualan perseroan selama tahun 2020. Akibatnya, sepanjang tahun lalu, perseroan terpaksa menutup 50 gerai yang tak menguntungkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan begitu, hingga akhir Mei 2021, perusahaan dengan kode saham BATA tersebut tercatat memiliki 460 toko. Adapun tahun ini, Sepatu Bata berfokus menggenjot penjualan lewat online daripada membuka gerai baru.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fokus pada bisnis digital ini akan jadi strategi utama perseroan agar bisa bertahan di masa pandemi Covid-19. Sejumlah platform digital sudah disiapkan, di antaranya lewat ChatShop, website, dan juga bekerja sama dengan berbagai platform e-commerce.
“Kita fokus kepada digital bisnis ya, walaupun toko bermasalah dalam artian harus ditutup tapi tetap kita memfokuskan diri kita menambah penjualan kita di lini yang bersifat digital,” kata Sanusi dalam acara paparan publik BATA secara virtual, dikutip pada Kamis, 17 Juni 2021.
Selama dua tahun terakhir perseroan mencatat tak hanya penurunan penjualan, tapi juga nilai aset. Pada tahun 2020, aset BATA sebesar Rp 775,32 miliar atau turun dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp 863,15 miliar.
Ekuitas Sepatu Bata juga turun dari Rp 653,25 miliar pada tahun 2019. Adapun tahun lalu, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 477,94.
Sementara penjualan yang berhasil dibukukan perseroan tahun lalu senilai Rp 459,58 miliar. Angka itu jeblok hingga 50,65 persen jika dibandingkan dengan penjualan tahun sebelumnya yang mencetak Rp 931,27 miliar.
Adapun mayoritas atau sebanyak 93,4 persen penjualan perseroan pada 2020 berasal dari bisnis ritel yaitu Rp 428,76 miliar. Sisanya disumbang oleh 5,1 persen berasal dari penjualan e-commerce sebesar Rp 23,58 miliar.
Khusus penjualan online yang dibukukan oleh Sepatu Bata pada tahun lalu itu, angkanya meningkat ketimbang tahun 2019. Sebab, pada tahun 2019, pangsa pasar penjualan lewat online hanya sebesar 1,3 persen atau Rp 12,25 miliar.
BISNIS