Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Sarinah (Persero) mencatatkan pendapatan selama semester satu tahun 2019 sebesar Rp 208 miliar. Angka itu sekitar 49 persen dari target yang dicanangkan semula yakni Rp 443 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumlah tersebut juga lebih rendah dari realisasi pencapaian penjualan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 412 miliar. Presiden Direktur Sarinah, Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa mengatakan, tak tercapainya target semester satu tahun ini disebabkan unjuk rasa selama 21-22 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Demonstrasi yang dilakukan sepanjang jalan Thamrin yang berkembang tak kondusif, kata Sugiarta, membuat perusahaan terpaksa menutup gerainya selama lima hari. "Secara umum tentunya memang kami harus mengakui semester jika dibandingkan dengan semester satu 2018, kita belum bisa melampaui target," ujarnya di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, 27 Agustus 2019.
Akibat penutupan gerai Sarinah selama lima hari itu, pendapatan perseroan jeblok hingga 35 persen dari total omzet. "Karena ada gangguan demo masa yang membuat kita tutup selama lima hari pas pas di peak seasonnya Mal Sarinah. Padahal bulan Ramadan bagi Sarinah sebenarnya bulan rejeki," ucapnya.
Untuk mencapai target pendapatan Sarinah tahun ini sebesar Rp 982 miliar, Sugiarta menuturkan pihaknya bakal berusaha semaksimal mungkin. "Alhamdulillah semester dua aktifitas perdagangan kami mulai menggelinding dan mudah-mudahan akhir tahun kita bisa mencapai dari target yang ditetapkan."
Adapun rincian kontribusi tiap sumber pendapatan Sarinah antara lain bisnis retail sebesar 16 persen, properti 17 persen, perdagangan 8 persen dan Sari Valas (bisnis tukar uang Sarinah) sebesar 59 persen. Proporsi bisnis tukar uang tersebut terbesar dibanding bisnis inti dari Sarinah sendiri yakni retail dan perdagangan.