Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Untuk Yang Tidak Miskin

Kantor berita antara menawarkan mesin penerima dan pengirim foto (radio foto). para langganannya bisa mendapat pelayanan lebih cepat 2 atau 3 hari. tak mahal harganya bagi yang mampu.

19 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI Hongkong United Press International (UYI) melancarkan pada jam-jam tertentu lewat saluran radio. Dan langganannya di Asia, termasuk Antara di Jakarta, memonitor dan menerima foto. Cepat sekali. Tapi kantor-berita nasional itu selalu terlambat melayani para langganannya, yaitu foto UPI tadi baru 2 atau 3 hari kemudian tiba di Medan dan Banjarmasin. Biasanya Antara--setelah mereproduksi foto UPI yang diterimanya--menyampaikan ke para langganannya dengan speda motor, keretaapi dan pesawat terbang. Pelayanan secara ekspedisi itu sudah terasa kuno dalam zaman satelit ini. Maka Antara, yang sedang membenah diri kembali ingin mengadakan perubahan radikal dalam pelayanan fotonya. Ia sudah memesan 4 alat penerima foto model Unifax 11 dan 5 alat pengirim foto model 16-S dari UPI. Kedua model itu pekan lalu dipamerkan di auditorium Departemen Penerangan. Palapa Harganya "tidak begitu' mahal," kata A. Marpaung, pemimpin umum Antara. "Tapi karena kita miskin, kita tak mampu membelinya." Unifax II dalam harga jual UPI di Amerika mencapai US$ 12.200 (Rp 7.686.000). Ada kemungkinan langganan A ntara bisa memperolehnya seharga Rp 8 juta, jika tidak lebih. Dengan mesin ini pemiliknya bisa menerima foto lewat saluran telepon maupun radio. Foto yang diterimanya sudah dalam bentuk positif, langsung bisa dipakai redaksi koran dalam keadaan tergesa-gesa, tanpa harus mencetaknya lagi di kamar gelap. Setiap foto jadi yang keluar dari Unifax II, menurut taksiran Paul Wdel, manajer UPI untuk Asia Tenggara, mungkin terpokok Rp 50 saja, dibanding biaya cetak yang mungkin mencapai Rp 1.000 untuk ukuran yang sama. Dalam mesin itu terdapat satu set bahan kimia yang cukup untuk memroses dua rol kertas. Tiap rol kertas bisa menghasilkan 900 gambar. Alat pengirim model 16-S, menurut harga jual UPI di Amerika, mencapai US$ 5.200 (Rp 3.276.000). Mungkin langganan Antara bisa mendapatnya dengan harga Rp 4 juta, jika tidak lebih. Ia bisa diangkut seperti mesin-tik. Reporter yang bertugas di lapangan bisa mengirim foto dengan 16-S, asalkan ada line telepon, ke kantornya yang memiliki Unifax II. Misalkan seorang reporter koran Surabaya meliput pertandingan sepakbola di Medan. Dia memotret, kemudian mencuci dan mencetak film di hotelnya, lantas memutar telepon ke Surabaya -- yang kini gampang dapat sambungan lewat Palapa. Dan mesin 16-S menyampaikan fotonya ke kantornya dalam tempo 7 menit paling cepat atau 15 menit paling lalmbat. Kecepatannya bisa disetel. Unifax di kantornya secara otomatis menerima kiriman itn, mungkin hanya dua jam sesudah sang - reporter memotret. Polisi di Amerika biasa memakai alat itu untuk mengirim sidik jari seseoranr yang dicurigai dari satu ke lain kota. Bahkan satuan tentara yang sedang latihan bisa juga menggunakannya untuk mengirim foto tentang situasi dan kondisi medan, misalnya. Maka Depart-men Pertahanan Malaysia, kata Wedel, tertarik pada mesin UPI itu. Djok Mentaja, Pemimpin Redaksi Banjarmasin Pf.s, juga tertarik. Ia sengaja terbang ke Jakarta untuk melihat peragaan mesin itu. "Kami mampu membelinya," katanya. Korannya, walaupun masih beroplah kecil, adalah satu-satunya harian di seluruh Kalimantan. M. Hamidy, direktur pemasaran Antara, mengatakan sedikitnya 14 surat kabar--yang tidak miskin sudah menyatakan bersedia membelinya. Sudah berkeliling ke berbagai daerah mempromosikan mesin foto itu, Hamid nampaknya optimistis jumlah peminatnya akan bertambah lagi. "Bahkan ada koran yang memesan bukan hanya Unifax, tapi juga 16-S," katanya. Tapi pemakaian mesin itu baru dimulai bila Antara sudah pindah ke gedungnya yang baru di Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta diharapkan awal 1981. Sementara itu kantor-berita nasional ini masih harus membicarakan dengan Perum Telekomunikasi beberapa kemungkinan. Persoalan ialah bagaimana semua pemakai Unifax yang terpencar di berbagai daerah itu bisa menerima foto kiriman Antara secara simultan. Jika lewat transmisi radio, itu tidak sulit tapi tiap langganan harus memasang tambahan radio penerima dan antena yang baik dan tinggi letaknya. Jika lewat lin telepon, biaya transmisinya akan tinggi dan perlu dipasang panel distribusi yang mahal harganya. Jika ternata sedikit langganan yang berminat, mungkin proyek ini tidak tidak dari segi bisnis. Tapi mungkin pula bukan segi bisnis melulu yang dijadikan pertimbangan. "Momentumnya adalah sekarang," kata Marpaung. Ia ingin meyakinkan para gubernur bahwa arus foto akan sama penting dengan arus berita. Untuk memperlancar arus berita dari Jakarta ke berbagai daerah dan sebaliknya, Antara sudah memasang teleprinter di 18 tempat yang terpencar dan berjauhan. Investasi ini jelas belum layak dari segi bisnis. Karena jumlah langganannya yang memakai mesin penerima berita itu masih sedikit. Namun Antara setidaknya sudah merintis pelayanan secara modern. Zaman pelayanan berita dan foto lewat sepedamotor dan pesawat terbang secara berangsur akan ditinggalkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus