SETIAP hari ratusan orang berdesakan di serambi belakang sebuah
gedung tua. Mereka datang untuk mcminta pinjaman atau mengambil
pinjaman. Kantor Koperasi Pegawai Kotamadya Bandung KPKB)
memang terlalu sempit untuk melayani 4.466 orang anggotanya
Apalagi menjelang lebaran dan menjelang tahun ajaran baru
sekolah. "Dalam suasana seperti itu saya merasa sedih, karena
belum mampu melayani kebutuhan setiap anggota," kata Igun
Sarbini, 53 tahun, Ketua KPKB kepada Hasan Syukur dari TEMPO.
Igun, yang memimpin koperasi itu selama dua periode, menjelaskan
selama Juni lalu tak kurang dari 650 anggota yang memohon
pinjaman. Jumlahnya sebanyak RP 64 juta, sedang kemampuan
koperasi cuma RP 30 sampai RP 35 juta. "Apalagi tahun ini tak
ada gaji ke 13," katanya.
Selama kepemimpinannya itulah KPKB -- yang tahun ini meraih
juara pertama nasional koperasi non KUD berkembang cepat. Selama
1973 simpanan anggota baru RP 9 juta. Pada 1979, dengan 7.000
karyawan Kotamadya Bandung, simpanan wajib sudah meIonjak
mencapai Rp 108 juta. Begitu juga kredit barang yang di tahun
1973 hanya Rp 1,5 juta, selama tahun kemarin naik menjadi lebih
RP 10 juta. Alhasi 1, kekayaan (assets) koperasi yang pada 1976
mencapai RP 46 juta, sampai Juni lalu sudah senilai RP 191 juta.
Usahanya pun macam-macam mulai dari sebuah toko sandang-pangan,
parkir sampai menang tender 50 ton beras Pemda Kotamadya
Bandung. "Dari parkir saja selama tahun lalu masuk keuntungan RP
4,6 juta," kata Igun bangga.
Ingin Mengetes
Masih banyak usaha yang dilakukan KPKB. Tapi yang menarik adalah
pandangan Igun, yang sudah 20 tahun aktif dalam koperasi.
Dibebaskan dari kegiatan sehari-hari sebagai pegawai Pemda ayah
dari 6 putra dan 2 putri itu berpendapat usaha koperasi itu
bukan kerja sambilan. "Koperasi banyak yang ambruk karena
pengurusnya kurang menghayatinya dan tidak sabar," katanya.
Penghayatan itu nampaknya melekat betul pada diri Ny. M. Zaafril
Ilyas, 55 tahun, Ketua Umum Koperasi Setia Budi Wanita di Malang
yang berhasil merebut juara kedua non KUD. Mulai terjun dalam
kegiatan koperasi sejak 1956, wanita berdarah Madura itu pernah
masuk penjara gara-gar dituduh "kontrev oleh PKI di tahun
1960-an.
Ny. Zaafril, istri seorang geneakolog yang suka berpakaian
sederh ana itu kembali membangun usahanya pada 1975, bermula
sebagai arisan para ibu di Malang. Kini apa saja yang tak
dipunyai SBW yang serba usaha itu. Sebuah gedung cukup besar
dekat stasiun KA Madung yang strategis itu, kini sudah mereka
miliki, dibeli dari duit para anggota.
Hari itu, 10 Juli lalu, penggerak dari Koperasi SBW itu nampak
biasa saja ketika mengajak tamu utamanya Ny. Butanil Arifin,
istri Menteri Muda Urus Koperasi, melihat-lihat kegiatan unit
pertanian dan peternakan. Agak di luar kota SBW juga sudah
memiliki sebuah pabrik makanan ayarn kecil-kecilan. Dan sebuah
Imit percetakan, yang di samping mencetak majalah bulanan SBW
sebanyak 4.200 eksemplar, juga merencanakan untuk membuat buku
tulis. "Setelah kami mempunyai 5 mesin cetak karni ingin
memiliki mesin potong dan mesln garis, supaya unit ini nantinya
dapat membuat buku tulis sendiri, untuk keperluan putra-putri
anggota," kata Ny. Zaafril.
Tak berlebihan kalau Walikota Malang Kol. Soegijono melihat SBW
sebagai kebanggaan kota Malang. "Kalau ke Malang, tak melihat
SBW, rasanya kok kurang lengkap," katanya yang disambut riuh.
Tapi koperasi yang kini beromset sekitar Rp 1,2 milyar, dan
mempunyai simpanan sebanyak Rp 900 juta itu, tak hanya berhenti
sampai di Malang. SBW sudah melebar sampai ke Kecamatan Dampit
dan kota Lawang dan mempunvai kegiatan di urahava. Porong,
Jombang dan Probolinggo. "Saya ingin mengetes, bisa tidak
dikembangkan di kota lain, kata Ny. Zaafril. Bahkan di Jakarta
kabarnya akan dil-uka perwakilan untuk marketing.
SBW selain punya simpanan pokok, wajib dan mana suka, juga
mengenal simpanan tanggung renteng. Di sini para anggota
yang dibagi-bagi dalam kelompok 15-30 orang, diminta untuk
menanggung seorang calon anggota kelompoknya. "Jadi ada perasaan
saling mengawasi dan tanggungjawab yang lebih besar, " kata Ny
Zaafril.
Koperasi yang memiliki musik angklung dan drumband wanita itu,
menurut Bustanil Arifin bukan mustahil akan merenggut juara
pertama tahun depan.
Kagi Jawa Timur tahun ini agaknya tahun baik buat koperasi. Di
samping SBW yang juara kedua non-KUD, dari KUD sendiri Ja-Tim
tergolong top dengan terpilihnya KUD Nugroho, di Kecamatan
Purwosari, Kabupaten Kediri, sebagai juara pertama.
Diketuai Soepardi, KUD Nugroho ketika didirikan di tahun 1975
sudah beranggota 1.764 petani. Kini anggotanya mencapai 2.250
orang meliputi 23 desa. Mereka juga memiliki 3 gudang, unit
pertokoan dan unit kredit candakkulak. Dan ketika Menteri Muda
Bustanil Arifin setengah berteriak menanyakan, apa yang mereka
inginkan sebagai hadiah, para petani yang berkumpul di Balai
Desa Wonotengah itu saling bersahutan "Sapi sapi..."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini