TEMPO.CO, Jakarta -Perajin busana Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten kewalahan melayani permintaan pasar yang meningkat hingga 100 persen.
"Sejak dua bulan terakhir permintaan meningkat, yang sebelumnya 10 kodi kini menjadi 20 kodi per bulan," kata Husen, perajin busana Baduy di Ciboleger Kabupaten Lebak, Kamis, 7 Oktober 2021.
Meningkatnya permintaan itu, katanya, setelah Presiden Joko Widodo atau
Jokowi mengenakan busana adat Badui pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 16 Agustus 2021 lalu.
Produk busana Baduy yang diminati, katanya, antara lain baju, celana kampret dan pengikat kepala atau lomar.
Menurut dia, harga produk busana Baduy itu tergantung mutu, namun rata-rata sekitar Rp 1,5 juta per kodi. Satu kodi terdiri atas 20 potong. Jika berhasil menjual hingga 20 kodi maka bisa menghasilkan pendapatan Rp 30 juta.
"Kami kewalahan memenuhi meningkatnya permintaan itu karena terbatasnya tenaga dan modal, " katanya.
Begitu juga perajin busana Baduy lainnya, Ambu Silvi mengatakan bahwa dirinya kini bisa menjual produk kain tenun hingga 15 potong dari sebelumnya tiga potong per pekan.
Produksi kain tenun itu dijual antara Rp 120 ribu sampai Rp 130 ribu per potong.
"Kami saat ini bisa menghasilkan hingga Rp 1,6 juta per bulan " katanya.
Kudil, seorang pedagang busana Baduy mengaku saat ini permintaan konsumen cenderung meningkat, bahkan pesanan ada yang datang dari Provinsi Bali.
Selama itu, kata dia, wisatawan yang berkunjung ke pemukiman Baduy juga mulai ramai."Kami sekarang bisa menghasilkan pendapatan hingga Rp 15 juta dari sebelumnya relatif kecil, " kata Kudil.
Sementara itu, Tetua Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan saat ini aktivitas perajin dan pedagang busana Badui kembali bergairah, dan roda perekonomian mulai berputar.
Sebelum pandemi, kunjungan wisatawan ke pemukiman Baduy biasanya ramai pada akhir pekan, namun selama pandemi sempat turun tajam, dan mulai naik dalam dua bulan terakhir, biarpun belum pulih seperti sebelum pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini