Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Utang Brasil, dari Krisis ke Krisis

12 Mei 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Brasil tersohor ke seantero jagat karena tiga hal: tarian samba, sepakbola, dan utang-utangnya. Belitan utang telah menyebabkan negara yang sumber daya alamnya melimpah itu jadi sengsara dan miskin papa. Bencana utang berawal pada periode 1970-1980, ketika negara bagian di Brasil berlomba mencari pinjaman untuk membiayai proyeknya. Namun pengelolaan utang negara bagian itu sangatlah buruknya, sehingga utang lama terpaksa dibayar dengan utang baru. Untuk menutupi utang yang jatuh tempo, pemerintah negara bagian menerbitkan obligasi yang ditanggung oleh bank komersial negara bagian dan dijual ke investor. Negara bagian terbesar di Brasil, Sao Paulo, malah meminjam langsung dari bank komersialnya, Banespa. Penyakit gali lubang tutup lubang ikut memperparah krisis ekonomi di Brasil, yang merupakan warisan krisis utang internasional pada tahun 1980. Saat itu negara bagian serta pemerintah federal tidak mampu membayar utangnya kepada kreditor luar negeri. Pemerintah federal pun tak berhasil membujuk negara bagian agar melunasi cicilannya. Lantas, pemerintah federal duduk bersama dengan kreditor, dan pada 1989 tercapai persetujuan yang pada intinya menetapkan bahwa status tunggakan utang negara bagian diubah menjadi utang pada Badan Keuangan Federal. Tidak kurang dari US$ 19 miliar atau senilai Rp 180 triliun yang dijadwal ulang dalam perjanjian itu. Selesai? Ternyata masalah utang tidak berhenti sampai di situ. Krisis kembali menggoyang ekonomi Brasil karena negara bagian kembali terbelit utang. Kali ini utang kepada institusi keuangan federal. Lalu dilakukan lagi penjadwalan utang sebesar US$ 28 miliar atau senilai Rp 266 triliun pada 1993. Lagi-lagi Badan Keuangan Federal menjadi juru selamat dengan menampung utang negara bagian. Tak pelak lagi, keuangan negara semakin terbebani. Pemerintah federal lantas mengetatkan pinjaman terhadap negara bagian. Selain melarang negara bagian untuk tidak berutang, pemerintah federal juga ikut mengontrol keuangan negara bagian. Namun, pada akhir 1994, utang negara bagian yang tidak terbayar sudah melonjak jadi US$ 31 miliar. Tak pernah terbebas dari krisis, Brasil yang kaya kembali terseok-seok. Pada 1994 inflasi menggila dan mencapai puncaknya dengan laju 929 persen, sehingga pemerintah terpaksa meminjam dana besar-besaran. Untuk menanggulanginya dikeluarkan Plano Real, sebuah kebijakan uang ketat. Hasilnya, inflasi bisa dijinakkan ke angka 9 persen pada tahun 1996. Ketika krisis ekonomi melanda negara-negara berkembang pada 1997, Brasil sudah tidak berdaya. Virus utang telah menggerogoti negeri itu dan menyebabkan Brasil terseret dalam krisis ekonomi untuk ketiga kalinya pada 1999.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Ā© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus