Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA — Ruang tunggu keberangkatan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin siang, terasa lengang. Tak ada satu pun penumpang di sana. Hanya terlihat beberapa petugas keamanan dan kebersihan yang sedang menjalankan tugasnya. Di luar ruang tunggu, sejumlah restoran tampak sudah buka.
Tanggal 1 September 2022 merupakan hari pertama pengoperasian kembali Bandara Halim secara komersial setelah menjalani revitalisasi landasan pacu, apron, dan terminal penumpang sejak 26 Januari 2022. Revitalisasi tersebut dikerjakan oleh Kementerian Perhubungan. Selama tujuh bulan, Bandara Halim ditutup dari semua aktivitas penerbangan komersial.
PT Angkasa Pura II (Persero), yang menjadi operator Bandara Halim bersama PT Angkasa Transportindo Selaras (ATS), menyebutkan kegiatan operasional penerbangan dan layanan penumpang pada hari pertama pengoperasian berjalan lancar. "Fasilitas keamanan, keselamatan, dan pelayanan berfungsi dengan baik," kata Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin.
Executive General Manager Bandara Halim, Nandang Sukarna, menuturkan slot penerbangan di bandara tersebut diisi maskapai Citilink Indonesia, Batik Air, dan Wings Air. Khusus pada hari pertama, kata dia, terdapat empat penerbangan di Halim yang semuanya dilayani oleh Citilink dengan rute dari dan ke Denpasar serta Surabaya.
“Secara umum, operasional hari pertama Bandara Halim dalam melayani penerbangan komersial setelah revitalisasi berjalan lancar,” tutur Nandang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suasana Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta, 30 Agustus 2022. Tempo/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, menyatakan Batik Air dijadwalkan membuka layanan penerbangan dari Bandara Halim mulai 6 September 2022. Pada tahap awal ini, layanan penerbangan Batik akan mencakup sembilan rute, yakni dari dan ke Kualanamu, Medan; Padang; Palembang; Bengkulu; Semarang; Yogyakarta Kulon Progo; Malang; Surabaya; serta Bali.
“Layanan penerbangan akan disesuaikan dengan permintaan pasar dan akan dikembangkan secara bertahap untuk rute lama yang diterbangi kembali dan rute baru.” Dia mengimbuhkan, Batik Air akan selalu berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan, TNI Angkatan Udara, pengelola bandara, serta para pihak terkait lainnya.
Di luar kegiatan revitalisasi, Bandara Halim belakangan ini sedang menjadi pusat perhatian karena kisruh pengelolaan. PT ATS mengklaim sebagai pengelola lapangan terbang itu setelah meneken nota kesepakatan dengan Induk Koperasi TNI AU Pukadara (Inkopau) pada 2004. Berniat mengoptimalkan tanah seluas 21 hektare, ATS dan Inkopau memantapkan kerja sama pada 2006.
Namun, meski sudah memberikan kompensasi ke TNI AU, ATS tak kunjung bisa memanfaatkan lahan Halim. Perusahaan itu kemudian menggugat Inkopau ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur pada November 2010 atas tuduhan wanprestasi. Belakangan terungkap bahwa aset itu belum bisa dipakai karena hak kelolanya masih dipegang PT Angkasa Pura II yang menggantikan Departemen Perhubungan.
Sengketa pun bersambung lantaran Angkasa Pura II mengajukan peninjauan kembali, walau akhirnya ditolak pengadilan. Cerita berkembang pada tahun lalu. TNI AU memberikan kesempatan kepada ATS dan Angkasa Pura II mengikat kerja sama operasi. ATS, yang tidak memiliki status badan usaha bandar udara (BUBU), sepakat menggandeng kembali Angkasa Pura II sebagai pemegang BUBU.
JELITA MURNI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo