Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Budi Gunadi Sadikin mengungkap kebutuhan jarum suntik di Indonesia kepada pelaku industri baja nasional. Cerita ini dia sampaikan di tengah permintaan baja yang tengah menurun akibat pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“BUMN itu memiliki 70 rumah sakit dengan 7.000 kamar. Saya diminta mengurusi untuk menghadapi Covid-19,” kata Budi dalam acara Steel Industry Roundtable Online pada Rabu, 20 Mei 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari situlah, Budi mengetahui bahwa bahan jarum suntik berasal dari baja. Di Indonesia, kebutuhannya mencapai 2 jarum per kapita. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200-an juta orang, maka kebutuhan jarum suntik mencapai 400 juta lebih.
Jumlah ini, kata Budi, ternyata masih terbilang rendah. Sebab di negara maju, kebutuhan jarum suntik mencapai 10 jarum per orang. Sehingga jika dihitung dengan jumlah penduduk Indonesia, dengan patokan itu, kebutuhan jarum suntik bisa mencapai 2,5 miliar jarum.
Budi menyadari permintaan baja di industri kesehatan tidaklah besar. Namun hal ini, kata dia, menggambarkan bahwa masih ada peluang lain di tengah Covid-19 ini. “Dengan kondisi sekarang, tentu permintaan jarum suntik meningkat,”kata dia.
Karena itu, Budi meminta para pelaku industri baja bisa menjalin komunikasi yang lebih baik lagi dengan para pelanggan mereka. “Coba dicari dengan cermat ,ada ga opportunity-nya,” kata dia.
Adapun dalam acara ini, sejumlah pelaku industri baja kompak megeluhkan turunnya permintaan di tengah Covid-19. Penurunan permintaan baja disebut mencapai 60 hingga 70 persen.