Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Waskita Karya Incar Dana Rp 20 T dari Divestasi Bisnis Jalan Tol

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. menyatakan penjualan aset perseroan melalui Indonesia Authority Investment (INA) memiliki potensi yang besar.

8 Mei 2021 | 22.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pembangunan Tol Becakayu di kawasan Kebon Nanas, Jakarta, Kamis, 4 Maret 2021. Waskita menargetkan nilai seluruh divestasi ruas tol tahun 2021 ini sebesar Rp 10 sampai 11 triliun. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - PT Waskita Karya (Persero) Tbk. menyatakan penjualan aset perseroan melalui Indonesia Authority Investment (INA) memiliki potensi yang besar. Perseroan menilai keberhasilan penjualan aset tersebut membuat perseroan dapat membangun setidaknya 1.000 kilometer jalan tol. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Operasi II Waskita Karya Bambang Rianto menargetkan dapat mendapatkan dana segar senilai Rp20 triliun dari penjualan 12 ruas tol perseroan pada INA. Adapun, total ruas tol yang dimiliki Waskita saat ini sekitar 17 ruas. "Dengan debt to equity ratio di posisi 3-4 persen, dengan Rp20 triliun kami bisa leverage kemampuan kami 3-4 kali untuk mengerjakan infrastruktur. Jadi, kami bisa mengerjakan infrastruktur [sampai] Rp60 triliun dan bisa bangun 1.000 kilometer tol lagi," katanya di Jakarta, Jumat 7 Mei 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bambang menilai ke-12 ruas milik perseroan telah layak untuk diambil alih oleh investor asing melalui INA. Menurutnya, saat ini INA berminat untuk menyewa 6-12 ruas tersebut untuk segera diakuisisi atau dibeli oleh investor. Dia berharap akuisisi tersebut dapat teralisasi pada tahun ini agar perseroan memiliki kemampuan untuk membangun infrastruktur lain pada 2022.

Bambang mengatakan pihaknya saat ini sangat membutuhkan pembiayaan berkelanjutan agar dapat segera melakukan divestasi. “Tahun ini kami merencanakan ada 9 ruas yang didivestasikan. Satu ruas sudah deal dan sudah kami eksekusi, 1 ruas dalam proses. Kemudian tiga ruas kami divestasi dengan pola share-swap,” katanya.

Adapun, divestasi 5 ruas tol pada 2020 yang urung terjadi membuat beban keuangan perseroan kian berat. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 memukul perekonomian sehingga investor banyak yang menunda keputusannya termasuk dalam hal menyerap saham ruas tol.

Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, PT Waskita Karya membukukan kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi senilai Rp411,06 miliar atau anjlok 95,43 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp9,01 triliun.

Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), mencatat sembilan ruas jalan tol yang akan didivestasi adalah jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (seksi 1-7), Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat (seksi 1-6), Cibitung-Cilincing (seksi 1-4), Cinere-Serpong (seksi1-2), Bogor-Ciawi-Sukabumi (seksi1-4).  Selain itu ada juga ruas Depok-Antasari (seksi 1-3), Pemalang-Batang (seksi 1-2), Batang-Semarang (seksi 1-5), dan Krian-Legundi-Bunder-Manyar (seksi 1-4).

Secara total, panjang jalan tol yang akan didivestasi oleh Waskita Karya adalah sekitar 483,53 kilometer. SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ratna Ningrum sebelumnya mengatakan pihaknya telah menentukan beberapa skema divestasi sembilan ruas jalan tol tersebut. Adapun, skema yang dimaksud adalah shareswap, direct sell, dan penerbitan instrumen ekuitas.

"Mayoritas jalan tol yang ditawarkan Waskita telah beroperasi, baik pulau Jawa dan Sumatera, dan memiliki investment return rate (IRR) serta lalu lintas harian yang baik. [Hal tersebut] menjadikan aset tol tersebut cukup menarik untuk ditawarkan kepada para investor maupun sovereign wealth fund (SWF)," katanya.

Ratna berujar aksi divestasi tersebut ditujukan agar perseroan mendapat dana segar. Selain itu, dana hasil divestasi akan digunakan untuk mengurangi utang dan beban bunga yang terkonsolidasi. Alhasil, ucap Ratna, perseroan dapat melakukan investasi pada proyek-proyek investasi lainnya.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hendy Rahadian mengatakan Waskita Karya melakukan divestasi tersebut karena perseroan mengalami kesulitan likuiditas. Adapun, lanjutnya, pihaknya tidak akan mencampuri terlalu dalam aksi korporasi tersebut. "Ini memang sebenarnya bukan full goverment problem. Jadi, kami tidak masuk terlalu dalam, kecuali Waskita Karya butuh dukungan," ucapnya.

BISNIS.COM

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus