Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Waspada Proyek di Lahan Gempa

Pemerintah diingatkan ihwal prosedur ketahanan proyek jalan, jembatan, dan terowongan pasca-gempa Sumedang.

2 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kendaraan masuk terowongan di tol Cisumdawu di kawasan Pamulihan, Sumedang, Jawa Barat, 2022. TEMPO/Prima mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Gempa yang terjadi di Sumedang sejak Ahad lalu merusak 248 rumah.

  • Dinding terowongan jalan tol Cisumdawu sempat dikabarkan retak.

  • BMKG meminta warga Sumedang bersiaga selama sepekan ke depan.

JAKARTA – Gempa dengan magnitudo tertinggi 4,8 (M4,8) yang terjadi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sejak Ahad, 31 Desember 2023, hingga kemarin, menjadi alarm tidak hanya bagi bangunan permukiman warga, tapi juga infrastruktur publik.

Salah satu infrastruktur publik yang mendapat perhatian akibat gempa dengan kedalaman 5-10 kilometer itu ialah terowongan kembar jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu). Kabar retaknya dinding terowongan, walau kemudian dibantah, menjadi alarm soal pentingnya keselarasan antara desain infrastruktur dan pemetaan bencana.

Penyelidik Bumi Madya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Supartoyo, mengatakan desain infrastruktur sipil, seperti terowongan jalan tol di area rawan gempa, cenderung lebih rumit lantaran harus disesuaikan dengan kondisi geologis. 

Berkaitan dengan potensi gempa, lahan di Kabupaten Sumedang menjadi salah satu lokasi yang menantang bagi pembangunan proyek baru. “Semakin terlihat pentingnya katalog gempa dan pemetaan sesar dalam proyek infrastruktur,” kata Supartoyo kepada Tempo, kemarin.

Sejak Ahad lalu hingga berita ini ditulis, Sumedang sudah berkali-kali diguncang gempa dengan magnitudo lebih dari 4. Gempa tertinggi tercatat sebesar M4,8. Akibatnya, kabupaten seluas 1.558,7 kilometer persegi itu kini berstatus tanggap darurat. 

Di samping laporan kerusakan 248 unit rumah, gempa tersebut sempat dikabarkan menimbulkan retakan pada dinding terowongan jalan tol Cisumdawu. Kabar itu menjadi perhatian publik mengingat fasilitas tersebut baru diresmikan pemerintah pada Juli 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Warga berada di tenda pengungsian pasca-gempa bumi dengan magnitudo 4.8 di Kampung Babakan Hurip, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara, Sumedang, Jawa Barat, 1 Januari 2024. TEMPO/Prima mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, setelah melakukan pemeriksaan kemarin siang, pemerintah memastikan informasi tersebut tidak benar. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengklarifikasi bahwa "retakan" yang dimaksudkan hanya garis kotoran di dinding yang tidak rata.

Meski dugaan retak tak terbukti, Supartoyo tetap mengingatkan pengembang soal skenario ketahanan gempa pada proyek infrastruktur. Dalam tahap perancangan, kata dia, pengembang harus menimbang kekuatan guncangan maksimum yang mampu ditahan oleh struktur proyek, baik bangunan maupun jalan. 

Di Indonesia, PVMBG menjadi salah satu pemasok data potensi bencana geologis. “Di awal proyek, kami selalu menyiapkan rekomendasi dan analisis yang bisa membantu penyusunan desain bangunan.”

Berada di Atas Sesar Cileunyi-Tanjungsari

Sumedang sudah lama dikenal sebagai daerah rawan gempa lantaran berada di garis sesar Cileunyi-Tanjungsari, patahan aktif yang memanjang dari Desa Tanjungsari ke lembah Sungai Cipeles.

Morfologi kabupaten yang berada di arah timur laut Cekungan Metropolitan Bandung atau Bandung Raya itu didominasi dataran bergelombang dan perbukitan yang terbentuk dari batuan vulkanis atau hasil perombakan gunung api. 

Dengan batuan gunung yang berumur muda, lahan Sumedang berupa endapan kuarter—sebutan untuk karakter tanah yang lunak dan belum kompak atau unconsolidated. Faktor ini yang menguatkan efek guncangan ketika gempa.

Dalam pengembangan infrastruktur baru, kata Supartoyo, pemerintah harus mewaspadai titik gempa yang tidak menghasilkan guncangan selama puluhan atau ratusan tahun. Alih-alih aman, titik tersebut justru berpotensi menyimpan energi guncangan yang bisa terlepas sewaktu-waktu.

Ruas tol Cisumdawu, Sumedang, Jawa Barat di Twin Tunnel Cisumdawu, 11 Juli 2023. TEMPO/Prima Mulia

Sesar Cileunyi-Tanjungsari, dia meneruskan, pernah menimbulkan gempa bermagnitudo 4 pada 1972. Kondisi serupa pun terjadi pada 2010. Adapun guncangan menjelang malam tahun baru 2024 dianggap sebagai dampak pelepasan energi yang tertahan selama belasan tahun. “Titik yang gempanya tidur dalam waktu panjang itu harus diwaspadai dalam konsep rancangan tata ruang,” tuturnya.  

Direktur Pembangunan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum Budi Harimawan Sumihardjo memastikan pembangunan terowongan dan jembatan yang telah rampung selalu disertai dengan sertifikasi kelayakan. Terowongan kembar Cisumdawu sepanjang 472 meter pun diklaim sudah memenuhi kelayakan desain dan konstruksi. “Ada pemantauan tahunan berupa pemeriksaan secara visual serta pemeriksaan kondisi geometrik terowongan,” tuturnya, kemarin.

Dia mengatakan terowongan kembar itu adalah rute pintas jalan tol Cisumdawu yang memanjang di area pegunungan Sumedang. Didesain dengan umur ketahanan 100 tahun, twin tunnel ini bisa mempersingkat perjalanan dari Bandung ke Kecamatan Dawuan, Subang, menjadi 45-60 menit. Lantaran dibangun di lahan material vulkanis, terowongan itu digarap dengan metode penggalian bertahap New Austrian Tunneling Method (NATM).   

Jalan tol Cisumdawu merupakan jalur krusial antar-pusat ekonomi di Jawa Barat. Jalan tol sepanjang 61,6 kilometer itu juga dipromosikan sebagai akses penyokong infrastruktur unggulan, seperti Bandar Udara Kertajati di Majalengka serta Pelabuhan Patimban di Subang. Selain jalan tol Cisumdawu, Sumedang dilintasi jalan provinsi sepanjang 115,8 kilometer dan jalan kabupaten sepanjang 774,3 kilometer.

Walau dugaan retak sudah terbantahkan, Budi memastikan lembaganya akan memantau struktur twin tunnel jalan tol Cisumdawu secara berkala, terutama di tengah kerawanan gempa. “Untuk meyakinkan bahwa terowongan secara keseluruhan aman dan dapat beroperasi.”

Perlu Alat Deteksi Dini

Koordinator Indonesia Toll Road Watch Deddy Herlambang menyarankan penempatan alat deteksi dini khusus gempa di terowongan jalan tol. Dengan skema itu, terowongan jalan tol bisa ditutup secara otomatis bila terjadi guncangan besar, misalnya di atas magnitudo 2. “Sistem ini belum ada dalam standar pelayanan minimal jalan tol.”

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandung Teguh Rahayu mewanti-wanti masyarakat Sumedang untuk bersiaga selama sepekan ke depan, antisipasi jika gempa susulan masih berlanjut. Pemerintah di daerah yang terkena dampak pun diminta mengawasi bangunan permukiman. Dia menengarai adanya struktur bangunan yang bergeser akibat guncangan berulang. “Karena bangunan kita bukan bangunan yang didesain tahan gempa.”

YOHANES PASKALIS | ALIF ILHAM FAJRIADI | AHMAD FIKRI (BANDUNG)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus