Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Widjojo dan kebun kapas

Menteri ekuin/ketua bappenas prof.dr. widjojo nitisastro berkunjung ke pt. kapas indah indonesia di kab. punggaluku, sulawesi tenggara. merupakan patungan american trade sales inc dengan pt. berdikari. (eb)

8 September 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK alasan kalau Bustanil Arifin Menteri Muda Koperasi dan Ketua Bulog itu merasa gembira setelah Lebaran ini. Bukan saja karena stok beras impor masih cukup untuk mengimbangi serangan wereng. Tapi kebun kapas milik PT Kapas Indah Indonesia (Kll)--usaha patungan American Trade Sales Inc. (60%) dengan PT Berdikari -- kali ini berhasil panen, setelah gagal tahun lalu. Terletak di atas bekas padang ilalang seluas 1.200 hektar, di Kabupaten Punggaluku, Sulawesi Tenggara, mekarnya bunga-bunga kapas yang putih itu memang membesarkan hati. Lebih-lebih buat negeri yang 98% kebutuhan kapasnya masih diimpor. Namun ada satu kegembiraan khusus bagi Bustanil, Pejabat Sementara Direktur PT Berdikari itu: hadirnya Menteri Ekuin/Ketua Bappenas Prof. Dr. Widjojo Nitisastro. Kalungan bunga kuning menyambut pejabat ekonomi nomor satu di Indonesia, sesaat setelah pesawat Twin Otter yang membawa rombongan dari Ujungpandang mendarat di lapangan terbang punya PT KII akhir Agustus lalu. Dan Bustanil Arifin kemudian menyerahkan tamu utamanya hari itu kepada manajer umum Ronald W. Jett. Orang Amerika itu, yang bercelana jin putih dan baju lengan panjang kotakkotak, tak menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Diajaknya Widjojo keliling kebun, melihat proses penanaman danpengolahan bunga kapas, melewati jalan tanah berdebu. Widjojo sempat menaiki mesin pemetikan kapas yang serba mekanis itu, sembari menonton demonstrasi yang diperlihatkan anak buah Ron Jett. Mengamati dari jarak dekat, Bustanil Arifin siang itu banyak memberi penjelasan kepada Alwin Arifin, puteranya, 23 tahun. Dia kabarnya dipersiapkan untuk duduk sebagai tenaga pimpinan di PT KII. Melihat Widjojo masih belum turun dari mesin pemetik itu, dengan cepat dia memberi isarat kepada juru kamera TV-RI untuk membidiknya. Tapi Widjojo, seperti biasa banyak senyum, kemudian bertanya: "bagaimana dengan tenaga kerja?" Bagi perkebunan yang menggunakan alat-alat serba mekanis seperti di Amerika itu, tentu rak bisa diharapkan menampung banyak buruh. Ada 45 tenaa terlatih Indonesia, di samping 5 tenaga asing, yang menurut Ron Jett mengoperasikan alatalat besar yang belum bisa dikendalikan tenaga Indonesia. "Tapi kami juga mengajar," katanya. Mengusap rambutnya yang kian memutih, Prof. Widjojo pun mengangguk-angguk. Dia kabarnya gembira juga mendengar ada 26 keluarga transmigran disekitar perkebunan itu yang menanam kapas dan dibeli oleh PT KII. Dia juga mendengar dari orang Amerika itu, perkebunannya menggunakan tenaga kasar untuk mencabuti rumput yang tak bisa dibabat oleh traktor, dengan upah Rp 500 seorang sehari. Tapi mengapa harus Menteri Ekuin sendiri yang datang? "Saya datang ke sini karena lokasinya sesuai dengan asas pemerataan," kata Widjoja. Dia lalu menyatakan perlunya investasi patungan itu berpencar di berbagai daerah. Dan tidak cuma berpusat di tempat-tempat yang nyaman seperti Jakarta-Bogor. Pancing Usaha untuk membuka areal kebun hapas seluas 1.800 hektar memang sudah lama direncanakan di 5 kabupaten Sulawesi Selatan: Jeneponto, Bulukumba, Bantaeng, Takalar dan Sinjai. Tapi agal, terutama akibat hujan lebat tahun lalu. Tak heran kalau Bustanil Arifin pesimis sasaran Pelita III yang ingin membuka areal kebun kapas 100 ribu hektar akan tercapai. "Masih tanda tanya besar," katanya. Dari dulu target yang ditetapkan itu tidak pernah tercapai. Di mhun 1975/1976 ditetapkan target 28.150 hektar. Cuma 7.346 hektar yang tercapai. Kini pemerintah mengincer hutan ilalang di Sulawesi Selatan, NTB dan NTT yang panas itu untuk ditanami pohon kapas. Tapi merasa punya pengalaman Bustanil beranggapan sukar untuk memancing modal asing menanam uangnya dalam industri agraria. "Iklim di sini terlalu membawa risiko," katanya kepada A. Margana dari TEMPO. Berhasilnya panen kapas sekali ini terlalu penting bagi Bustanil untuk dilewatkan begitu saja. "Kita tunjukkan, kita mampu membuat kebun itu, agar kita dapat mengundang masuk modal asing lagi," katanya. Adakah calon investor asing lain yang berminat masih harus ditunggu. Tapi yang pasti, Ketua Bulog itu sudah berhasil membawa Menteri Ekuin Widjojo sendiri ke sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus