Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang Berdering di Kuping Rakyat

30 Januari 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kita hitung saja, subsidi bahan bakar dipangkas, dari sekitar Rp 23 triliun (realisasi subsidi BBM tahun ini) menjadi hanya Rp 18 triliun. Akibatnya, harga listrik dan bahan bakar minyak rata-rata diperkirakan naik sekitar 20 persen. Sudah begitu, gaji pegawai juga akan naik, 20 persen. Kenaikan gaji ini bukan cuma tepat, kalau bisa mestinya malah lebih tinggi. Tapi buntutnya tak terhindarkan: harapan inflasi alias expected inflation—hantu yang akan mengerek harga-harga jauh dari semestinya—akan melaju lebih kencang. Barangkali, dalam perekonomian yang serba kepepet seperti sekarang, tak ada yang lebih menakutkan rakyat ketimbang kenaikan harga. Dengan manajemen moneternya yang baru, Bank Indonesia (BI) memang sudah menargetkan inflasi tahun ini tak akan melebihi lima persen. Tapi, jangan lupa, inflasi yang dimaksud dalam target BI adalah core inflation alias inflasi yang didorong hanya oleh kebijakan moneter. Di luar pengaruh kebijakan moneter, BI tidak bertanggung jawab. Lalu berapa kira-kira tingkat pertumbuhan harga yang sebenarnya? Pengumpulan pendapat para analis regional Asia menunjukkan perkiraan inflasi Indonesia sekitar 6 persen. Dalam sembilan bulan terakhir tahun 2000, dengan gerak ekonomi yang lebih ''meriah", asumsi inflasi 4,8 persen seperti tercantum dalam RAPBN 2000 masih bisa diterima. Namun, Dewan Ekonomi Nasional (DEN) punya suara yang berbeda. Lembaga penasihat ekonomi presiden ini menilai asumsi itu kelewat optimistis. Menurut perkiraan DEN, lebih masuk akal bila inflasi dipatok sedikitnya 7 persen. Mohamad Ikhsan, Wakil Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, sepakat dengan DEN. Namun, Ikhsan juga yakin ada beberapa kondisi yang mengerem laju inflasi. Kenaikan harga bahan bakar tak akan diikuti dengan lonjakan permintaan karena daya beli masyarakat sudah terbanting. Selain itu, pengadaan pangan, yang bobotnya cukup besar terhadap inflasi, tampaknya juga cukup aman. Selain karena pemerintah masih memberikan subsidi, iklim yang tenang juga menjanjikan panen yang baik. Moga-moga saja tak ada gejolak dan bencana alam seperti diperkirakan sejumlah paranormal. Mardiyah Chamim, Setiyardi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus