KABAR baik buat pencari rumah yang mau utang. PT Papan
Sejahtera, lembaga keuangan nonbank yang melayani pembiayaan
pemilikan rumah, menurunkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) dari 18% jadi 15% setahun. Penurunan suku bunga itu
berlaku surut bagi mereka yang sebelumnya sudah meminta KPR
dengan bunga 18%. Langkah itu "dilakukan untuk memperluas, dan
memeratakan KPR," ujar Fermanto (Ferry) Soejatman, Dirut Papan
Sejahtera.
Bunga lebih rendah itu jelas akan menyebabkan jumlah angsuran
pokok dan bunga, yang harus dibayar peminjam setiap tahun, jadi
lebih kecil. Dengan demikian seseorang, yang kini berpenghasilan
Rp 200 ribu sebulan, bisa memanfaatkan KPR. Nilai rumah dan
tanah yang bisa dibeli lewat fasilitas itu maksimum Rp 37,5 juta
untuk yang berlokasi di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Sedang di
kota lain maksimum Rp 28,5 juta. Lokasi rumah di real estate,
dan beas memilih.
Siswono Judo Husodo, Dirut PT Bangun Tjipta Sarana, salah satu
pembangun rumah (developer) terkemuka, menduga penurunan bunga
itu "mungkin akan meningkatkan permintaan." Tapi, katanya pula,
"karena ada devaluasi rupiah, yang menyebabkan harga naik, kami
belum membuat statistik pemesanan rumah." Bangun Tjipta telah
membangun banyak rumah yang harganya Rp 10 juta ke atas untuk
golongan menengah ke atas, calon debitur Papan Sejahtera.
Berkat uluran tangan Bank Indonesia pula, yang memberi subsidi
bunga 7,5%, Papan Sejahtera mampu menurunkan bunga KPR. Tingkat
bunga itu, menurut Fermanto Soejatman, akan tetap berjangka 5
tahun. Namun demikian "kami juga punya kebijaksanaan untuk
meninjau suku bunga itu setiap 5 tahun," ujarnya.
Sejak didirikan dua tahun lalu, sudah 676 pemohon memanfaatkan
KPR Papan Sejahtera. Rupanya lembaga keuangan nonbank ini ingin
lebih berkembang. Artinya, butuh dana besar. Dalam upaya
memperoleh dana itulah, Papan Sejahtera menyatakan akan menjual
obligasilewat Pasar Modal yang dikemukakannya dalam acara dengar
pendapat akhir pekan lalu di Badan Pelaksana Pasar Modal. Dana
yang diperoleh lewat penjualan obligasi pertama itu, dengan
bunga 15,5% akan berjumlah Rp 6 milyar.
Jika dana sebesar itu berhasil ditarik, modal lembaga keuangan
nonbank itu akan menjadi Rp 11 milyar. Sejumlah Rp 5 milyar dari
modal disetor itu yang sudah . habis dipasarkan, antara lain
berasal dari Asuransi Jiwa Bumiputra 1912 dan Friesch
Groningsche Hypotheek Bank NV dari Belanda - sebagai pemegang
saham. Dengan penerbitan obligasi itu masyarakat kelak juga
berperanan sebagai pemegang saham di situ. Dengan cara itu pula
Papan Sejahtera berusaha mengurangi ketergantungannya pada BI.
Penampilan perusahaan itu sendiri cukup meyakinkan. Laba
bersihnya naik dari Rp 259 juta (1981) menjadi Rp 386 juta tahun
lalu. Toh Dirut Soejatman merasa repot juga. "Laba terlalu kecil
pemegang saham kurang puas, kalau terlalu besar fungsi sosialnya
jadi tidak ada," katanya. Ya, yang sedang sajalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini