Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Cerita tentang dullah dan linus

Semua orang berperan serta dalam keluarga berencana. semua instansi jadi unit pelaksana. pandailah mengatur kerja karena bila sebuah perkara jadi tanggung jawab semua berarti tak satupun menyelesaikan.

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DULLAH dan Linus bukan bersaudara. Walaupun keduanya berteman: sama-sama putra PKBI. Bedanya, induk Dullah adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Sedang induk Linus, itulah Perkumpulan Kebun Binatang Indonesia. Kedua perkumpulan memang berkepedulian dengan soal makhluk Tuhan. Cuma yang satu makhluk berakal, yang lain makhluk tidak atau kurang berakal. Urusan Linus melestarikan dan mengembangbiakkan makhluk yang jarang ada. Melalui pemasyarakatan KB alias kebun binatang. Urusan Dullah sebaliknya menjarangkan berkembangbiaknya makhluk yang melimpah, juga melalui pembudayaan KB alias keluarga berencana. Linus peduli untuk mematutmatut pasangan agar dapat berketurunan secara alami. Dullah berangan-angan agar pasangan mau mematut diri, kapan mereka pantas berketurunan. Bila perlu dengan bantuan kontrasepsi. Dengarlah cerita Linus. Soal gajah Srilangka yang emoh kawin dengan gajah Kenya. Atau singa Botswana yang berhasil berketurunan dengan harimau dari Sumatera. Telur komodo sepuluh berhasil menetas delapan di kebun binatang Surabaya. Bukankah itu berita suka? Itulah dunia perikebinatangan. Lain lagi perkara Dullah. Bila di kampung orang berpesta, ramai-ramai merayakan temanten remaja, Dullah bisa gundah gulana. Sebaliknya bila gadis mau menunda perkawinannya. Meningkatnya usia kawin dirayakan Dullah sebagai kemajuan sosial budaya. Disanjung peneliti sebagai salah satu jalan menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. Pria egois yang tak peduli kesehatan dan beban istrinya dituding sebagai biang kesengsaraan. Wanita berspiral atau bersusuk diangkat sebagai pahlawan pembangunan. Kepedulian Dullah tertuju ke kota dan desa, ke gunung dan lembah. Pokoknya di mana saja Anda berada, KB ditawarkan, diajarkan, dianurkan, diprogramkan. Linus punya rekan. Seperti juga Dullah punya rujukan. Ambillah kawan-kawan Linus yang ahli perburungan. Soal cucakrawa, perkutut, poksay, emprit sampai prenjak, tanyalah pada Pak Kamil. Bukan cuma warna bulu dan nyanyiannya. Tetapi juga makna misteri penampilan dan bunyi mereka. Anglingdarma dari Cirebon ini bukan hanya kamus berjalan soal perburungan. Bahkan juga insiklopedi perkara perbinatangan. Perkutut putih, kakatua hitam, jalak penyu, nuri merah atau bulbul cokelat, dialah embahnya. Ada lagi suku ular dan binatang melata. Itulah Mas Harsono Rajak Mangunsudarso. Bila digigit ular, jangan buru-buru gentar. Ular weling, welang, ijo, pyton, kobra, lareangon, Harsonolah pawangnya. Beliau juga menjual obat penawar bisa. Bila sampai dunia monyet, kera, siamang sampai orang utan, tanyalah Barita Mannulang segala persoalannya. Kapan monyet menyanyi atau siamang menangis, dia yang dapat membedakannya. Juga bila binatang itu jatuh cinta atau putus asa: Barita ikut trenyuh meratapinya. Bila Linus rujukannya terbatas, Dullah berteman banyak sekali. Dalam soal Keluarga Berencana semua orang berperan serta. Semua instansi adi unit pelaksana. Mau meninjau dari sudut agama, ada banyak ahlul kitabnya. Mau menilik dari segi sosial budaya, tanyalah Masri Singarimbun, misalnya. Mau menguak aspek kedokteran, Dr. Sudradji salah satu otoritasnya. Yang bagian halo-halo, boaaanyak sekali jago-jagonya. Semua orang berperan serta. Semua pibak bertanggung jawab. Bapak Supardjo Rustam orang bijaksana. Nasihatnya tulus dan selalu mengena. Beliau berpesan kepada jajaran keluarga berencana: Pandai-pandailah mengatur kerja antar-para pelaksana. Jangan sampai, karena banyaknya pemeran serta, kita menjadi salah terka. Dikira kerja tertentu telah dilakukan seorang rekan atau suatu jawatan. Ternyata semuanya cuma saling menduga dan saling mengandalkan. Di benak Dullah teringat matematika pengelolaan. Bahwa everybody's responsibility is equal to nobody responsibility. Bila sebuah perkara sudah menjadi tanggung jawab semua, bisa berarti tak seorang menyelesaikannya. Resep Pak Pardjo: agar digalang saling pengertian dan ditumbuhkan kemauan saling mengisi dan saling mengingat-ingatkan. Dr. Soewardjono Soeryaningrat, pemancang tonggak program nasional KKB, arif berkeimbangan dan rendah hati, juga bertutur wanti-wanti. Agar dijaga semangat kepeloporan. Menjual gagasan baru selalu ada risiko menyentuh soal-soal yang masih tabu. Teguhkan iman dan keberanian di atas semangat pengabdian yang tulus dan ikhlas. Semangat kerelawanan. Tahap program KB sudah lanjut. Pandailah berbagi kerja. Terus kobarkan kesetiakawanan dalam perkumpulan. Beliau tetap setia sebagai relawan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. Sekali PKBI tetap PKBI. Seluruh anggota perkumpulan menunduk takzim. Juga gajah, singa, burung-burung dan sato keqoan lainnya sirep rep doto pitono. Kedua ksatria, Sang Gatutkaca dan Sang Abimanyu sedang diberkati. Sebagai anggota kehormatan PKBI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus