ERALDIN yang sejak semula dianggap sebagai obat jantung yang
mujarab, kini terancam akan ditarik samasekali dari peredaran,
karena efek sampingnya yang parah terhadap mata, telinga, kulit
dan perut. Obat yang dibuat oleh perusahaan farmasi ICI dan
dipasarkan sejak tahun 1970 itu, di luar kemauan telah
mengakibatkan paling tidak 18 orang meninggal karena kerusakan
selaput perut sebagai akibat sampingnya. Lebih dari 100 orang
menderita sakit perut yang sama dan dua di antara mereka
terpaksa menjalani operasi meskipun tetap tak tertolong juga.
Sedang 40 orang lainnya menderita kerusakan mata dua puluh di
antaranya buta. Inilah deretan korban yang jatuh dari para
pemakai Eraldin di seantero dunia. Tetangga kita sendiri,
Singapura, sejak Juli yang baru lalu telah melarang impor obat
tersebut. Sementara kalangan dokter dan perwakilan ICI yang ada
di Indonesia mengatakan bahwa obat jantung tersebut tidak pernah
masuk ke mari.
ICI telah mengirimkan surat kepada para dokter dan ahli farmasi
seluruh dunia bahwa sejak 1 Oktober 1975 obat tersebut hanya
boleh dipakai oleh pasien rumahsakit dan dalam jangka pemakaian
yang pendek saja. Namun sepuluh bulan setelah surat itu
diedarkan masih saja ada dokter yang menuliskannya dalam resep.
Keputusan ICI itu sendiri diambil setelah bertubi-tubinya
laporan tentang efek samping dari obat yang dibuatnya.
"Pada pagi hari bola mata saya lengket paaa pelupuknya dan saya
tak bisa menggerak-gerakkannya kecuali kalau saya teteskan obat
tetes mata", keluh seorang penderita. Mata tersiksa seakan-akan
tersiram pasir, seperti terbakar dan tak kuat melihat cahaya.
Pendengaran juga rusak. Sekitar 20 orang menderita peradangan
telinga parah yang juga disebut systenuc upus erythematosus
(SLE). Berapa ratus orang mengidap kudis dan sisikan. "Di
Inggeris saja hampir 600 orang jadi korban Eraldin ini dan
kira-kira sejumlah itu pula yang jatuh di bagian dunia lain.
Namun jumlah yang pasti belum bisa dikatakan sekarang. Karena
efek samping obat itu baru akan muncul kalau si pemakai sudah
menghentikannya", tulis Christine Doyle dalam harian Observer.
Di negara-negara barat di mana para konsumen mendapat
perlindungan dan selalu peka terhadap sesuatu yang akan
merugikan kesehatan mereka, peristiwa Eraldin ini juga mendapat
tanggapan yang bersungguh-sungguh. Para kotban membentuk suatu
perkumpulan yang mereka sebut dengan Eraldin Action Group
(Kelompok Aksi Eraldin) dan mengingatkan para dokter agar lebih
berhati-hati dengan efek samping obat dan lain kali supaya
memperhatikan benar-benar kecurigaan pasien bahwa penyakit yang
mereka derita kemungkinan akibat samping dari obat yang mereka
makan. Dan janganlah serta-merta percaya terhadap perusahaan
farmasi mentang-mentang mereka telah mengeluarkan jutaan dollar
untuk penelitian dalam rangka memprodusir sesuatu obat.
Seorang laki-laki dari Midlands, tulis koran Inggeris itu, pada
tahun 1973 Dernah mencurigai bahwa dia menderita penyakit yang
kemungkinan diakibatkan oleh Eraldin. Tapi dokternya tak
menggubrisnya. Berat badannya melorot dan matanya hampir buta
karena kering. Setelah mendekam beberapa lama di rumahsakit,
laki-laki tadi bunuh diri karena tak sanggup menanggung sakit
lebih lama. Beberapa kecurigaan seperti ini terjadi beberapa
kali, di beberapa tempat.
Ketika malapetaka muncul di mana-mana, banyak dokter yang
beranggapan bahwa tak banyak yang bisa dilakukan untuk
memperkecil korban. "Ini merupakan bagian dari harga yang harus
dibayarkan masyarakat untuk keselamatan obat. Sedangkan bagi
pasien, dokter dan pengusaha farmasi kejadian itu merupakan sial
belaka". Sementara itu para korban yang bergabung dalam Kelompok
Aksi Eraldin beranggapan bahwa pikiran seperti itu berbahaya
sekalipun mereka tetap berpendapat bahwa reaksi jelek dari obat
modern memang tak terelakkan. Kelompok ini menganjurkan agar
diadakan penyelidikan yang lebih luas ke tengah-tengah
masyarakat, sebab siapa tahu korban yang jatuh lebih banyak dari
yang tercatat sekarang."Dengan menganjurkan penyelidikan semacam
ini kami tidak bermaksud untuk membuat malu ICI maupun dokter.
Kami hanya menghendaki supaya tragedi ini dihadapi dengan sikap
jujur dan menarik pelajaran dari padanya", kata mereka.
Pil Lelaki
Bagaimanapun pemasaran obat jantung ini tidak dilakukan secara
serampangan. Satu percobaan yang kabarnya lebih ketat dari yang
dianjurkan oleh Committee on Safety of Medicines (Komite
Keselamatan Obat). Selama percobaan klinis yang berlangsung tiga
tahun, 2100 pasien telah meminum obat itu di bawah pengawasan 90
dokter dan tersebar di seluruh dunia. Semua berjalan baik. Dalam
percobaan tersebut memang sudah kelihatan efek samping Eraldin,
berupa mabuk, muntah, pusing, letih dan kudis-kudis ringan.
Namun dianggap biasa, sebab obat lainpun akan menunjukkan hal
yang sama. Tetapi kebanyakan pasien yang ikut dalam percobaan
klinis itu hanya menggunakannya dalam satu-dua bulan saja. Hanya
223 yang meminumnya untuk masa yang lama, rata-rata 10 bulan.
Sedangkan efek samping yang serius dikatakan akan muncul kalau
obat itu diminum sampai 20 bulan.
Obat ini digunakan untuk penyakit dengan denyut jantung yang tak
beres dan menekan darah tinggi. Dari pengalaman dokter,
kelihatan Eraldin bekerja baik untuk penderita jantung yang juga
menderita bronchitis dan asma. Berbeda dengan obat jantung yang
lain, dia tidak berpengaruh jelek terhadap saluran pernafasan.
Di Inggeris saja dia sudah dipakai oleh seperempat juta orang.
Obat yang dalam sekejap jadi terkenal kemanjurannya itu,
terkenal pula dengan sebutan "pil lelaki", karena kaum inilah
yang kemungkinan besar telah dan akan dapat serangan jantung.
Inggeris telah ditimpa malapetaka. Sedangkan Amerika Serikat
terhindar dari kejadian itu, sama seperti mereka luput dari
thalidomide. Hanya karena kebetulan Food and Drug Administration
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam percobaan-percobaannya.
Sikap yang berhati-hati ini malangnya mendapat kecaman juga dari
tukang kritik. "Ini hanya akan membikin orang mati karena tak
diizinkan menggunakan obat selain yang sudah disyahkan", kata
mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini