DALAM kenyataannya, kaum wanita memang menjadi korban terbanyak
dari tumor ganas atau kanker. Mengapa begitu? Masih belum bisa
dijelaskan, sebelum para ahli dapat menguraikan sebab musabab
penyakit tadi. Dan jenis kanker yang paling banyak diderita kaum
ibu kita itu menurut dr Lukito Husodo, Kepala Sub Bagian Kanker
Kandungan RSCM, "maka kanker mulut rahim paling banyak ditemukan
di sini".
Saban tahun, menurut catatan, penderita kanker kandungan yang
masuk ke rumahsakit itu mencapai 400 orang. Sebagaimana keluhan
para dokter di mana saja dan dalam spesialisasi apa saja, maka
pasien datang dalam keadaan sudah parah. "70 sampai 75", sudah
pada stadium III dan IV", kata Lukito yang sejak tahun 1951
mengkhususkan dirinya menangani penyakit kandungan tersebut.
Operasi, radiasi, gabungan keduanya dan kemoterapi dipergunakan
dalam usaha menyembuhkan penyakit kanker kandungan di RSCM.
Namun yang paling banyak digunakan adalah radiasi yang lama
pengobatannya sekitar 2 bulan. Menurut Lukito cara ini yang
terbaik untuk pasien di sini, berhubung tarifnya yang relatif
tidak mahal dan pasien pun lebih suka memilih cara ini
dibandingkan dengan operasi. Jarang pasien mau dioperasi
berhubung ongkosnya yang mahal dan banyak pasien tidak mau
kehilangan sesuatu dari tubuhnya.
Apakah diantara mereka yang mendapatkan pengobatan macam itu ada
yang tertolong? "Sekitar 60% dari penderita penyakit dalam
stadium II dan III bisa disembuhkam Stadium I tentu lebih banyak
lagi. Dan yang saya katakan sembuh di sini adalah mereka yang
terus-menerus diamat-amati sampai lima tahun sejak pengobatan
dimulai. Lima tahun merupakan batas waktu untuk menyatakan
sembuh tidaknya seseorang dari kanker", jawab Lukito. Tetapi
jika kanker itu meyangkut penyakit kanker kandungan yang
bernama "kehamilan anggur" dia seratus prosen yakin bisa
disembuhkan.
Untuk kemajuan pengobatan kanker di sini, Lukito sangat
menyayangkan belum adanya fasilitas untuk melaksanakan basic
research. Dia termasuk mereka yang kecewa dengan gagalnya
pembangunan rumahsakit dan pusat kanker yang masih saja tinggal
jalan, di Slipi, Jakarta. Padahal Pusat kanker itu sudah
direncanakan sejak zaman Sukarno dan masih terkatung-katung
terus sampai pemerintah pusat belum lama ini mengambil oper
penyelesaiannya dari Yayasan Pemberantasan Penyakit Kanker
Indonesia yang diketai dr Tambunan. Lukito sendiri duduk
sebagai sekretaris yayasan tersebut, tetapi kemudian
mengundurkan diri karena agaknya dia merasakan kebrengsekan
organisasi yayasan tersebut menjadi kanker dalam bentuk lain.
Sekalipun sudah diambil oper Departemen Kesehatan, namun
kekayaan yang terkumpul berjumlah Rp 7,5 milyar dari berbagai
sumbangan, menurut kabar belum juga diserahterimakan
berbarengan dengan pengambilalihan tadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini