Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis saraf di RS Siloam Kebon Jeruk, Frandy Susatia, menjelaskan jenis obat dan terapi untuk penderita Parkinson. Menurutnya, obat-obatan dapat meningkatkan atau menggantikan dopamin dalam tubuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jenis obat-obatan yang dapat diresepkan dokter antara lain antikolinergik untuk mengurangi tremor, Levodopa untuk menangani gangguan gerak tubuh dan tremor, serta Agonis Dopamin untuk menggantikan fungsi dopamin di dalam otak. Adapun jenis terapi yang dianjurkan antara lain fisioterapi, terapi bicara, psikoterapi, hingga terapi okupasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada tiga jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk pasien Parkinson, melalui obat-obatan, terapi fisik, dan metode operasi. Obat-obatan menjadi metode utama dalam mengelola Parkinson. Dokter dapat meresepkan berbagai macam obat yang bertujuan untuk mengontrol gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Fisioterapi menjadi bagian penting dalam mengelola Parkinson. Terapis fisik akan bekerja sama dengan pasien untuk mengembangkan program latihan khusus untuk meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi gerakan. Latihan kondisi dan keseimbangan dapat membantu pasien meningkatkan kemampuan bergerak dan mengurangi risiko jatuh.
Ada juga prosedur bedah Deep Brain Stimulation (DBS) untuk mengurangi gejala Parkinson yang tidak terkontrol dengan obat-obatan. Proses itu melibatkan penanaman elektroda tipis ke dalam area otak yang bertanggung jawab pada kontrol gerakan.
Teknologi bantu penderita Parkinson
"Saat ini sudah menjadi tren penggunaan wearable device seperti jam tangan yang dapat digunakan untuk membantu dalam mengatur kebutuhan seseorang dalam sehari-hari,” ujar Frandy.
Jam tangan dapat mengontrol waktu tidur, istirahat cukup, pengingat jadwal minum obat, kinatometer penghitung banyak getaran yang dialami untuk membantu dan mengontrol penderita parkinson. Selain penggunaan wearable device, ia juga menjelaskan sedikit mengenai Deep Brain Stimulation (DBS) yang berfungsi untuk mencegah keparahan penderita parkinson. Menurutnya, DBS dilakukan pada tahap awal menderita Parkinson agar penyakit tersebut tidak bertambah parah.
"Jika DBS dilakukan pada pasien tingkat lanjut Parkinson terdapat risiko tinggi dalam operasi, kualitas hidup pasien juga sudah menurun (tidak bisa bergerak, tidak bisa menelan),” tambah Frandy.
Ia menjelaskan ada tiga tujuan DBS, antara lain mengurangi komplikasi motorik, mengurangi dosis obat yang dikonsumsi, dan mengatasi tremor. Pada umumnya, perawatan Parkinson perlu pendekatan multidisiplin yang melibatkan kerja sama antara dokter, terapis fisik, terapis okupasi, serta tim medis yang komprehensif.
Setiap pasien Parkinson memiliki kebutuhan khusus sehingga penting untuk berkonsultasi dengan dokter yang memiliki spesialisasi pengobatan Parkinson untuk menentukan strategi pengobatan terbaik sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Grup RS Siloam saat ini memiliki kelengkapan dalam penanganan penyakit Parkinson.