MUDAH-mudahan anda tidak menderita sakit batuk sesudah 15
Nopember. Bahan baku obat batuk, Succus, sekarang hilang dari
pasaran. "Sebelumnya tak pernah terjadi seperti ini," kata
Siswanto dari Apotik Titi Murni di Jakarta.
Banyak yang beranggapan obat batuk tersebut sangat manjur. Maka
para pemilik apotik nampaknya tidak memperdulikan berapa harga
obat itu sekarang, asal barangnya ada.
Cairan infus seperti Amino Fusin memang tidak lenyap dari
peredaran cuma harganya tetap melangit Dari Rp 3.500 menjadi
hampir Rp 5000 dan sekarang mantap Rp 4550.
Kenaikan yang tak terhindarkan nampaknya terjadi pada obat
impor. Cairan infus dalam negeri buatan pabrik Onitsuka di
Lawang, Jawa Timur, tidak mengalami kenaikan. Pabrik ini sampai
sekarang masih bisa memberikan kredit 2 sampai 3 bulan untuk
pedagang farmasi. Keringanan ini sudah tak bisa diberikan oleh
perusahaan farmasi asing.
Pengusaha apotik mengakui, beberapa hari setelah 15 Nopember
mereka terpaksa menaikkan harga. Daftar tarif yang baru segera
dikeluarkan. Harga obat buatan dalam negeri naik 30%, dibanding
yang impor 50%. "Tapi waktu itu volume penjualan menurun sampai
30%. Dan banyak pembeli hanya menebus obatnya separuh, satu
kebiasaan yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan mereka,"
ujar Siswanto.
Boleh disebutkan hampir semua apotik menjual obat sampai pada
harga eceran tertinggi yang diperbolehkan dinas kesehatan.
Padahal sebelumnya di bawah HET mereka masih bisa untung. Dengan
sulitnya memperoleh obat, karena persediaan yang kosong dan
persyaratan bayar-kontan, apotik bermodal kecil kewalahan. Hanya
apotik besar, seperti Mahakam dan Melawai, untuk daerah Jakarta,
bisa membeli obat dalam jumlah besar ketika suasana harga belum
mantap setelah 15 Nopember.
Himbauan pemerintah supaya pengusaha farmasi menekan biaya
produksi dengan mengurangi iklan dan menyederhanakan kemasan
masih belum berpengaruh. Nopember, penghasilan TVRI dari iklan
obat-obatan masih tetap 27,7%, menurut Rosmaniar, kepala urusan
iklan TVRI.
Obat sakit kepala dan rupa-rupa rasa nyeri masih dibungkus
dengan kemasan blister. Bukan itu saja, pembungkus obat ini
dicetak sedemikian rupa pula, supaya tidak bisa dipalsukan, kata
seorang manajer pabrik Hoechst, produsen Novalgin. Sudah
berkali-kali ia melaporkan kepada Depkes tentang adanya
pemalsuan terhadap obat pusingnya itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini