Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suny selalu bersinar. Lajang 27 tahun ini senantiasa tampil cerah. Dia juga pantang menyerah. Sebagai wartawan di sebuah media nasional di Jakarta, pontennya cukup tinggi dalam menembus sumber berita. Kelemahan si nona jurnalis ini cuma satu: dia tak betah berlama-lama memelototi layar komputer. Jika dipaksa, "Saya pusing. Huruf di layar juga seperti menari-nari bertumbukan," katanya.
Berbagai obat tetes mata yang beredar di pasaran sudah dicobanya. Percuma. Sudah setahun terakhir, matanya kerap terasa pegal, perih, dan pandangan jadi kabur, terutama saat bekerja di hadapan komputer. Jika siksaan mata datang, Suny cuma bisa memalingkan wajah dari layar atau berjalan kaki mengitari ruangan kantor. "Yang penting, obyek pandangan berganti," katanya. Lima atau sepuluh menit kemudian barulah Suny kembali memelototi layar komputer. "Repot, sih, buat saya yang pekerja media," ujarnya pekan lalu.
Beberapa bulan lalu barulah Suny memeriksakan diri ke dokter. Misteri mata si nona mulai tersingkap. "Tekanan bola matanya melebihi angka normal," kata Bamby Sutrisno, dokter spesialis mata Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta, yang menangani Suny. Normalnya, tekanan bola mata ada pada rentang 10-20 mmHg. Tapi, pada Suny, tekanan bola matanya di atas 21 mmHg.
Suny mengalami hipertensi mata (ocular hypertension), begitu diagnosis dokter. Tekanan bola mata meninggi, Bamby menjelaskan, bermuara pada tidak lancarnya aliran cairan bola mata (aqueous humor) dari bilik mata depan ke lapisan luar mata. Cairan inilah yang membawa nutrisi yang bertugas menunjang fungsi mata.
Kini Suny dibekali dua obat tetes mata. Satu digunakan untuk "mengairi" matanya yang kering. Satu lagi berfung-si menurunkan tekanan bola mata.
Menurut Bamby, mengenali adanya hipertensi mata gampang-gampang susah. Sebab, seperti hipertensi pada umumnya, gejala melonjaknya tekanan pada bola mata sering tak dirasakan si empunya mata.
Tengok saja pengakuan Taufik, rekan Suny, yang juga didiagnosis dokter mengidap hipertensi mata. Gangguan itu ketahuan saat ia menjalani pengecekan kesehatan menyeluruh. Selama ini penglihatannya hampir tanpa keluhan. Tapi, setelah dokter mengecek dengan alat tonometer (pengukur tekanan mata), tampaklah bahwa tekanan bola mata Taufik ada di atas normal. Seperti Suny, untuk mengobati gangguan itu, "Saya dikasih obat tetes mata," kata Taufik. Kini, pria 41 tahun ini rajin menetesi matanya dua kali sehari.
Penanganan saat tekanan bola mata meningkat penting dilakukan agar penglihatan tak makin aus. Bila dibiarkan, kondisi itu akan menyebabkan kerusakan pada saraf penglihatan sehingga terjadi glaukoma. Selain penciutan lapang pandangan, penyakit ini bisa memicu kebutaan total. Yang bikin miris, kebutaan akibat glaukoma bersifat permanen, tak seperti akibat katarak, yang masih bisa dipulihkan.
Tingkat kebutaan di negeri ini terhitung tinggi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1993-1996 menyebut tingkatnya mencapai 1,5 persen atau sekitar 3,3 juta penduduk. Angka itu lebih tinggi dibanding Bangladesh (1 persen) dan India (0,7 persen).
Glaukoma merupakan penyebab kedua terjadinya kebutaan di Indonesia (0,2 persen) setelah katarak (0,78 persen). Penyebab lain adalah refraksi (0,14 persen) dan kelainan kornea (0,10 persen).
Nah, sebagai kondisi yang bisa melaju menuju glaukoma dan kebutaan, hipertensi mata perlu disimak serius. Beberapa faktor diketahui sebagai pemicu risiko glaukoma, antara lain mereka yang orang tuanya punya riwayat glaukoma, pengidap miopia atau rabun jauh, juga penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid dalam tempo lama. "Penggunaan obat steroid memang jadi masalah jika dilakukan terus-menerus atau tanpa kontrol dokter," kata Bamby.
Sederet hal lain juga layak digarisbawahi adalah adanya penyakit sistemik seperti diabetes, hipertensi, dan kardiovaskular. Situs National Library of Medicine, National Institute of Health (www.nih.nih.gov) menyebutkan, berbagai penyakit ini mempengaruhi kualitas jutaan saraf optik pada mata. Jutaan kabel elektrik yang membawa sinyal visual dari retina menuju otak pun terganggu. Biasanya, glaukoma ditandai dengan gejala awal seperti adanya kilatan cahaya yang muncul dari ekor mata. Kilatan inilah yang disebut titik buta (blind spot) yang bisa terus melebar ke seluruh mata apabila tidak segera ditangani.
Secara konvensional, diketahui bahwa usia di atas 40 tahun adalah faktor pemicu glaukoma. Maklum, seiring dengan berjalannya usia, ditambah adanya berbagai penyakit sistemik dan keringnya bola mata, glaukoma berpeluang lebih besar untuk tampil. Itulah sebabnya glaukoma juga dikelompokkan dalam age-related macular degeneration, yakni penurunan fungsi makula terkait dengan pertambahan usia.
Persoalannya, menurut Bamby, belakangan pasien glaukoma juga mencakup pasien usia muda. Bamby pernah menangani pasien berusia 17 tahun yang sudah buta akibat glaukoma. "Saya juga kaget dengan fenomena ini," katanya. Bamby belum tahu betul apa penyebab glaukoma juga menyerang orang muda.
Lalu, bisakah glaukoma disembuhkan? "Kalau sudah buta dan saraf mata telanjur mati, kami angkat tangan," kata Bamby. Ibarat tali sutra yang putus, saraf optik yang mati tak bisa lagi dipulihkan. Itulah sebabnya, mereka yang memiliki risiko tinggi terkena glaukoma mesti rutin memeriksakan diri ke dokter agar penanganan tak terlambat.
Pada stadium awal, misalnya masih berupa hipertensi mata seperti pada Suny dan Taufik, terapi bisa dilakukan dengan obat-obatan, baik tetes maupun tablet. Terapi ini bertujuan menurunkan tekanan bola mata. Biasanya, pasien diberi timolol maleate, levabunolol, dan pilocarpine. Memang, serangkaian obat ini ada efek sampingnya, antara lain menurunkan detak jantung, libido, dan tekanan darah. Karena itu, konsultasi dengan dokter wajib dilakukan pasien.
"Penggunaan obat juga butuh pemantauan dan evaluasi," kata Bamby. Jika tekanan bola mata sudah menurun, bisa saja dosis dikurangi. Bahkan, tak tertutup kemungkinan, pasien bisa terbebas dari penggunaan obat-obatan jika tekanan bola mata sudah stabil dan normal.
Dwi Wiyana
Rawat Permata Anda
Agar dunia terang terus, dua mata kita perlu dirawat dan disayang. Berikut ini beberapa tips yang disarikan dari Glaucoma Research Foundation dalam situsnya.
air putihRiset menunjukkan pasien glaukoma yang minum air putih sekaligus dalam volume besar cenderung mengalami sedikit peningkatkan IOP. Karena itu, untuk amannya, pasien glaukoma dianjurkan minum air putih secara perlahan-lahan.
WortelKonsumsi nutrisi berkualitas. Wortel, bayam, apel, disebut-sebut sebagai nutrisi yang kaya lutein zeaxanthin yang berguna untuk menyehatkan mata.
kopiRiset menunjukkan minum kopi bisa menyebabkan peningkatan tekanan bola mata (intraocular pressure, IOP) selama 1-3 jam setelah minum kopi. Memang, riset lain tidak membuktikan adanya kaitan antara IOP dan kopi. Tapi ada baiknya pengidap hipertensi mata dan glzaukoma jangan terlalu banyak mengkonsumsi kopi.
olah ragaStudi menunjukkan bahwa olah raga teratur selama tiga bulan bisa menurunkan tingkat IOP pasien glaukoma. Syaratnya, sekali lagi, dilakukan secara teratur. IOP bisa kembali tinggi jika pasien bolos olah raga dua minggu. Posisi kepala di bawah (head stand) atau bahu di bawah (shoulder stand) tidak dianjurkan untuk latihan fisik pasien glaukoma. Hal ini karena aliran darah menderas ke arah kepala-juga mata-sehingga bisa meningkatkan tekanan bola mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo