Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Ahli: Abu Vulkanik Lebih Berbahaya dari Asap Rokok dan Polusi

Warnanya abu-abu muda, abu vulkanik dapat dihirup ke dalam paru-paru dan menyebabkan iritasi bahkan pada orang yang sehat.

11 Mei 2018 | 14.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Material vulkanik erupsi Gunung Sinabung menyembur di udara, Karo, Sumatera Utara, 19 Februari 2018. Gunung Sinabung kembali meletus hebat pada sekitar pukul 09.00 WIB. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bahaya abu vulkanik tampaknya kini harus diwaspadai oleh masyarakat di sekitar Gunung Merapi . Seperti diberitakan bahwa pagi tadi, 11 Mei 2018, Gunung Merapi mengalami letusan freatik. Meskipun letusan tersebut tidak membahayakan, warga sekitar diimbau tetap waspada dan mengenakan masker, dikarenakan terjadi hujan abu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melihat imbauan yang diberikan untuk selalu mengenakan masker, nampak bahwa paparan abu vulkanik menjadi perhatian utamanya. Terlebih, dalam kasus gunung meletus, paparan abu vulkanik sangat diperhatikan. Mengapa demikian?

Baca juga: Gunung Merapi, Simak 9 Langkah Menghindari Bahaya Abu Vulkanik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Abu vulkanik terbuat dari partikel halus batuan vulkanik yang terfragmentasi, seperti dikutip dari NBC News. Warnanya abu-abu muda sampai hitam dan teksturnya bisa sehalus bedak. Abu vulkanik dapat dihirup ke dalam paru-paru dan menyebabkan iritasi bahkan pada orang yang sehat.

Beberapa ahli bahkan mengungkapkan bahwa abu vulkanik jauh lebih berbahaya daripada asap rokok atau polusi.

Dilansir dari Canada, dampak jangka pendek akibat dari paparan abu vulkanik akan menyebabkan iritasi mata, hidung dan tenggorokan. Orang yang memiliki masalah jantung dan paru-paru, mungkin akan paling berisiko terhadap paparan abu vulkanik. Risiko ini dianggap sama ketika orang tersebut menghirup asap.

Beberapa efek negatif terhadap kesehatan dari menghirup asap adalah terjadinya masalah pada pernapasan, kemudian penyakit jantung dan paru-paru yang semakin parah. Bahkan, kemungkinan jika tidak segera diobati bisa mengakibatkan kematian dini.

Baca juga:
Pernah Duet dengan Ahmad Dhani, Ini Perjalanan Karir Dewi Perssik
Tak Hanya Milik Pria, Intip 5 Khasiat Masturbasi

Diberitakan NCBI, gas vulkanik yang dikeluarkan selama letusan dapat sangat beracun bagi manusia jika konsentrasinya tinggi. Seperti menyebabkan iritasi pada selaput lendir mata, iritasi pada saluran pernapasan bagian atas, dan juga mempengaruhi kesehatan kulit. Bahkan, partikel-partikel kecil dari abu vulkanik dapat masuk dan mencapai daerah paru-paru Anda.

Badan Perlindungan Kesehatan Inggris mengatakan bahwa orang-orang dengan masalah pernapasan, seperti bronkitis dan asma, mungkin mengalami lebih banyak gejala saat terpapar abu vulkanik. Yaitu mata yang gatal, sakit tenggorokan dan juga batuk kering. Ia menyarankan bagi penderita bronkitis dan asma untuk selalu membawa inhaler atau obat-obatan mereka.

CANADA | NCBI | NBC NEWS

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus