PENGOBATAN dengan metode akupungtur tampaknya bakal meluas. Ini karena terus membanjirnya penemuan baru yang makin memudahkan cara berobat dengan tusuk jarum itu. Salah satu di antaranya malah sudah dilempar ke pasaran Jepang sejak Juli lalu. Namanya electrocare, semacam alat akupungtur elektronik yang bisa dipakai semua orang dan di sembarang tempat. Dijual sekitar 18.000 yen atau sekitar Rp 150.000 per buah, electrocare agaknya bisa dianggap sebagai alat akupungtur paling unik di dunia. Bukan saja karena alat ini tanpa jarum penusuk. Tapi, karena alat itu tak lagi memerlukan jasa seorang ahli akupungtur, atau sinse seperti yang lazim selama ini. Berbentuk seperti pisau lipat, alat bikinan Jepang itu mampu mengobati sejumlah penyakit, di antaranya sakit kepala, sakit gigi, imsomnia, asma, dan darah tinggi. Semua dengan metode pengobatan akupungtur. Tidak dengan tusukan jarum, tapi dengan listrik yang digerakkan oleh dua batere kecil (tipe UM2) berkekuatan 3 volt. Caranya mudah. Setiap penderita, cukup menggeserkan electrocare, yang besarnya mirip pulpen itu, kesekujur tubuh yang dirasakan sakit, dengan terlebih dahulu memencet tombol yang ada di bagian tubuh alat tersebut. Penggeseran ini mula-mula dimaksudkan untuk mencari titik akupungtur. Yakni, daerah yang di dalamnya terdapat simpul saraf otonom dan pembuluh darah. Lalu, seperti diketahui, biasanya dari daerah yang dalam bahasa Jepang disebut tsubo inilah pengobatan akupungtur dilakukan. Bisa dengan menusukkan jarum atau memasukkan aliran listrik. Dengan kedua cara ini pelbagai gangguan dalam tubuh, misalnya ketidakberesan pada metabolisme, dinormalkan kembali. Nah, dengan eletrocare, suatu hal yang dipermudah adalah pencarian titik akupungtur tadi. Ada pelbagai versi banyaknya titik akupungtur di tubuh manusia. Ahli Cina misalnya menyebut jumlah sekitar 2.000, sedangkan ahli akupungtur Jepang menyebut sekitar 600. Tapi, pencarian titik itu bisa terbantu dengan electrocare. Sebab, alat yang dilengkapi dengan lampu hijau dan mikrofon kecil, akan berbunyi dan lampunya berwarna hijau akan hidup, jika menemukan titik akupungtur tadi. Lalu, di daerah itulah electrocare ditekankan 15 hingga 20 detik lamanya sebelum digeser ke titik akupungtur yang lain. Dengan begitu, ia akan memancarkan getaran-getaran listrik masuk ke peredaran darah. Dan inilah sekaligus yang disebut pengobatan akupungtur dengan batere. Belum dibeberkan khasiat penemuan baru ini dalam penyembuhan pelbagai penyakit yang tadi disebutkan. Tapi, penemunya, Dr. Alexander Kairis, ahli biophysics Uni Soviet yang kini tengah jadi dosen tamu di Universitas Tokyo, Jepang, memastikan, "Orang boleh makan obat untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya dengan sedikit khawatir pada efek sampingnya. Namun, dengan electrocare kekhawatiran itu sama sekali tak berguna." Beristri wanita Jepang, Kairis, 40, lulusan Universitas Moskow, adalah salah seorang ahli akupungtur terkenal Soviet. Dia kini pemilik hak paten penemuan baru ini dan mendapat royalti dari Waco Corporation yang berniat memasarkan barang itu ke seluruh dunia. Electrocare sendiri merupakan hasil kerja sama ahli empat negara. Selain Kairis, ikut juga Andy Deller? ahli Inggris yang merancang desain alat itu, lalu ahli dari Jepang sendiri, dan kemudian Ronnie Colsen, orang Yahudi warga negara AS yang tiga tahun lalu membujuk Kairis untuk merampungkan pembuatan alat baru ini. Colsen, bos Waco Corporation, menghabiskan dand sekitar Rp 700 juta untuk membiayai persiapan pembuatannya. Kairis mengaku memang tak bisa mengembangkan penemuannya di negerinya, antara lain, karena kesulitan biaya. Di Uni Soviet, menurut dia, pengobatan dengan akupungtur baru diizinkan setelah 1975. "Sebelum itu dilarang," kata Kairis kepada Seiichi Okawa, wartawan TEMPO di Tokyo. Dia berterus terang, Sekjen Partai Komunis Soviet Almarhum Leonid Breznevlah yang memberikan kelonggaran setelah ia merasakan manfaatnya. Breznev pernah menderita penyakit pitam (brain stroke) menjelang Kongres Partai. Sudah pelbagai dokter didatangkan untuk mengobati penyakit, tapi penyakit Breznev tak juga bisa disembuhkan. Dan baru setelah Kairis dipanggil bersama seorang ahli akupungtur Korea Utara, Breznev bisa disembuhkan sehingga dia sempat muncul di Kongres Partai. "Miracle" inilah yang kemudian, menurut Kairis, menyebabkan orang nomor satu Soviet itu minta agar metode pengobatan akupungtur diselidiki dan dikembangkan. "Sekitar 5 sampai 6 juta dolar dihabiskan untuk mengimpor peralatan yang berhubungan dengan akupungtur. Hasilnya, kini pengobatan akupungtur di Soviet amat maju, mungkin lebih maju dari RRC atau Jepang," kata Kairis. Baru beredar bulan lalu, alat baru ciptaan Kairis itu, untuk tahap pertama direncanakan Waco bisa terjual sekitar 50.000 buah setahun. Ke Indonesia sendiri alat ini belum masuk. "Saya belum melihat alat itu. Perlu dites dulu, sebelum kita berikan komentar. Tapi, melihat kepraktisannya, sudah pasti alat baru itu lebih ditekankan untuk penyakit yang ringan-ringan saja. Misalnya, pegal-pegal, atau sedikit pusing-pusing," kata Dokter Haryanto Budi, Wakil Kepala Unit Akupungtur RSCM Jakarta. Dia terus terang sangsi alat ini bisa menyembuhkan kelumpuhan atau penyakit berat, misalnya asma, seperti disebutkan di brosur yang mengampanyekannya. Marah Sakti, Laporan Seiichi Okawa (Tokyo) dan Gatot Tryanto (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini